8. Perasaan Aneh.

128 121 28
                                    

Dalam Kimia, ada asam dan basa agar keadaan tidak selalu netral.
Dalam Aljabar ada perkalian agar A dan B bisa disatukan.
Dalam Matematika Diskrit pelajar diminta untuk mengerjakan logika.

Maka dalam kehidupan.

Ada cinta, dan benci, agar kehidupan tidak selalu netral.
Ada takdir, yang akan selalu bisa menyatukan.
Ada otak agar orang bisa berfikir secara logika.

___oOo___

E

del memasuki pekarangan rumahnya, setelah memastikan Avi sudah tidak lagi terlihat. Memasuki ruang utama, Edel disambut hangat oleh kedua orang tuanya. Inilah yang membuat Edel merasa beruntung berada di tengah-tengah keluarga ini. Mama dan Papanya begitu menyayanginya. Kehangatan dan keharmonisan selalu terpancar dirumah ini.

"Udah pulang sayang". Nara menghampiri putrinya yang baru saja pulang, ia usap halus surai Edel begitu lembut.

"Kamu istirahat dulu, biar gak kecapean". Ucap Rommy yang sedang menonton TV. Edel mengangguk sambil tersenyum.

"Sebentar,,, Brian? Gak di ajak masuk?". Tanya Nara, tidak menemukan seseorang yang mengantarkan Edel, setahu Nara Edel pergi bersama Brian.

"Dia udah pulang mah, udah malem katanya, lain kali mampir". Jawab Edel berbohong. 'Maafin Edel udah bohong mah' lanjut Edel dalam hati. Nara hanya beroh panjang.

Edel melangkahkan kaki jenjangnya, melewati tangga penghubung ke kamarnya. Tubuh Edel sudah gatal ingin segera mandi.

Edel memutar knop pintu membukanya lalu kembali menutupnya setelah masuk. Edel berbalik badan langsung terjengkit, melihat kakaknya sudah duduk diatas kasur, bersidekap, serta menatapnya sinis.

Edel mengelus dada. "Lo ngapain disini?".

"Lo ngapain, ngancurin rencana gw?".

"Apaan sih Fau gw gak ngerti". Edel berjalan melewati Faulin menuju lemari untuk mengambil handuk.

Faulin bangkit dari duduknya. "Kalau lo kayak gini gimana gw bisa deket sama Wildan aaaahhhh".

"Lo berusaha sendiri lah, gausah manfaatin gw".

"Tapi ini cara satu-satunya Del, lo tau? Wildan itu susah banget dideketinnya, kalo lo pacaran sama Brian otomatis lo nanti deket sama Wildan, itu bisa jadi kesempatan gw".

"Gw pacaran sama Brian belum tentu gw deket sama Wildan".

Edel bergegas ingin ke kamar mandi setelah berhasil mendapatkan handuknya. Namun Faulin menahannya.

"Lo duduk dulu". Edel menurut.

"Jadi kenapa lo kabur? Terus cowok yang bawa lo kabur siapa?".

"Avi". Jawab Edel setengah berbisik namun masih bisa didengar Faulin, Edel menunduk.

"Avi? Oh pacar yang jadiin lo bahan taruhan itu? Aduh del lo tau dia jadiin lo bahan taruhan ngapain aaaaarrgghh,,,, lo tuh,,, ". Bibir Faulin otomatis menutup tidak dapat melanjutkan kalimatnya setelah Edel menempelkan telunjuknya di bibir Faulin menyuruh diam.

"Dengerin gw dulu. Akhir akhir ini ada yang gak beres sama gw". Edel mulai bercerita, menatap Faulin serius, sedangkan Faulin  mendengarkan cerita dari adiknya seksama.

"Gw gak tau setiap gw ketemu Avi, gw seneng, gw nyaman deket sama dia, jantung gw juga berdebar deket dia, tapi gw suka debaran itu. Gw selalu Tiba-tiba mikirin dia, gw susah nahan senyum saat dia nyamperin gw. Gw selalu pengen tau sedang apa dia pas jauh dari gw. Gw juga gak tahu kenapa gw merasa bersalah banget pas gw jalan sama Brian. Gw pengen marah, hati gw panas liat dia sama cewek lain. Dan gw seneng banget pas dia lebih milih gw daripada cewek itu, tapi gw gak tau, sebenarnya gw kenapa?".

Story About Edel (TERBIT)Where stories live. Discover now