18. Galau

94 82 29
                                    

Saya Terima karmanya, Sesak bin Nyesek, dengan seperangkat rasa sakit, dibayar penyesalan.

___oOo___

Edel berjalan lunglai menuruni tangga. Ia malas. Luar biasa malas untuk bergerak. Energinya sudah terkuras habis akibat menangis semalaman.

Jangan tanya penampilannya minggu pagi ini. Seperti mayat hidup. Hidup segan mati tak mau. Pandangannya kosong, matanya sembab, dengan lingkaran hitam dibawah kelopak mata. Hidung bangirnya merah tomat. Rambutnya awut-awutan seperti belum disisir sebulan. Padahal baginya penampilan itu nomor satu diatas segalanya.

Awalnya cewek cantik itu ingin mengisi weekend nya dengan bergalau ria di dalam kamar seharian. Tapi apalah daya, sang kakak malah menyeretnya keluar. Tapi baguslah, jadi ia tak perlu menurunkan gengsi untuk mengisi perut yang keroncongan.

Nara yang sedang menata rapi sarapan diatas meja buru-buru menghampiri putrinya khawatir. "Edel?,,,, ini Edel anak mama kan?". Tanyanya, meneliti setiap inci putrinya.

"Anak mangki dia ma". Faulin berjalan dibelakang Edel menjawab, melewati adik dan mamanya menuju meja makan. Ia yang sedang menarik kursi untuk duduk langsung mendapat teguran dari Rommy.

"Enak aja kamu ngomong, papa sama mama bukan mangki ya".

Faulin nyengir tanpa merasa dosa.

Nara menuntun putri bungsunya menuju meja makan, menarik dua kursi untuknya dan untuk putrinya.

"Kalau ngomong jangan sembarangan, Edel anak mangki lalu kamu anak siapa? Anak pungut?".

"Becanda mah ihh, baperan amat". Sesal Faulin. Kini Ia beralih menatap jijik sang adik. "Lo mau makan del?".

"Gak! Mau berak gw". Balas Edel tak bergairah. Langsung mendapat teguran dari Nara.

"Hush jangan ngomong jorok kalau lagi di meja makan".

"Lo cuci muka dulu sana, jijik gw liatnya, tuh bekas iler masih nempel di pipi yang kata lo mulus itu. Jorok".

Edel sedang menyiuk nasi menoleh sekilas, tatapannya datar, benar-benar tidak bergairah.

"Lo bahkan lebih jorok dari gw, lo ambil sisa-sisa nasi yang nyempil di gigi lo terus gak lo buang malah lo makan lagi".

Skakmat. Sejak kapan adik laknat nya mengetahui rahasia besar yang ia tutup sangat rapat?. Faulin berusaha tenang. "Kalau itu ya baguslah. Berarti selama ini gw gak buang-buang makanan. Lagipula enak kali, berasa sensasi rasa jigong nya". Ia membalas dengan guyonan.

"Mah,,, selera makan papa berkurang". Rengek Rommy. Pria setengah baya itu hanya bisa mengeluh manja pada sang istri. Inginnya sih mengumpat. Tapi walau bagaimanapun, dan se jorok apapun, mereka tetep darah dagingnya. Buah cintanya. Tapi sepertinya dia tak pernah baca bismillah waktu membuat mereka, jadi begini kan akhirnya.

"Faulin, Edel". Tegur Nara selembut mungkin.

Mereka pun akhirnya terdiam, menikmati sarapan pagi tanpa suara. Hanya terdengar dentingan sendok yang beradu dengan piring.

**

Edel duduk selonjoran di depan TV, yang Sedang menayangkan siaran kartun dua anak kembar. Satu botak kayak tuyul, satu lagi memiliki sehelai rambut melingkar.

Lalu dari arah dapur Faulin baru saja selesai membantu Nara membereskan bekas sarapan mereka. Ia berjalan sambil bernyanyi fals, bergaya seperti penyanyi profesional.

Putus cinta soal biasa
Sedihnya jangan lama-lama
Nanti kau bisa mati rasa
Tegarkan hatimu dan melangkahlah.

Faulin bernyanyi semakin keras, saat Edel sama sekali tak tersindir.

Suatu saat nanti kan kau dapatkan
Pujaan hati yang kan kau dambakan
Ini semua telah Tuhan rencanakan
Jadi jangan bersedih lagi.

Lagi, Edel sama sekali tidak menghiraukan Faulin yang terus menyindirnya lewat lagu.

Mungkin dia memang bukan jodohmu
Dipaksakan nanti sakit hatimu
Pilihan Tuhan pasti jauh terbaik
Jadi jangan bersedih lagi.

"Kakak, ini bukan dihutan jangan teriak-teriak, kalau mau teriak sana di hutan duet sama tarzan". Seru Nara dari arah dapur menegur. Faulin kicep lalu berhenti menyanyi. Lantas menghampiri adiknya duduk di atas sofa.

"Woy, galau mulu lo, udah gausah difikirin, lo kan Edel. Fredel Auristella Zeline yang punya segudang cowok. Inget kata pepatah mati satu tumbuh seribu, jadi kalau cowok itu udah gak mau sama lo, tinggal lo cari lagi, gampang kan".

Edel menoleh sekilas Faulin di atas sofa. Tangannya bergerak meraih remote di samping nya, lalu memindahkan ke channel lain, saat saluran yang ia tonton, jeda iklan.

"Gw, udah gak minat nyari cowok lagi".

"Bangke. Emang gw bakal percaya, paling seminggu kemudian lo udah gaet lagi cowok".

Edel menunduk dalam. Lagi dadanya sesak mengingat Avi memutuskannya, terlebih alasannya begitu menusuk, meski sebenarnya, ia sendiri pun sudah tahu jika dirinya dijadikan taruhan.

"Gw gak ngerti bisa sesakit ini pas dia bilang putus". Ucap Edel lirih.

"Lebay lo, siapa suruh lo pake hati sama dia? Biasanya juga enggak kan. Tapi sih mungkin bisa jadi kalau ini karma buat lo. Makanya jangan bandel jadi orang, kena batu sendiri kan". Jawab Faulin mengompori.

Edel menghela nafas kasar. "Lo bukannya hibur gw, malah bikin gw tambah bt tahu gak?".

"Yaudah karena gw lagi baik sama lo, hari ini gw mau ajak lo shoping. Tenang gw yang bayar. mau? Biar lo gak galau lagi". Tawar Faulin, tidak apa-apa lah sesekali mentraktir adik non akhlaqnya.

"Najis, kenapa gak dari dulu aja sih lo ajak gw? Males gw kalau sekarang". Edel berdiri lantas beranjak dari posisinya.

"Yakin lo nolak tawaran baik gw?". Tanya Faulin, menggoda. Edel behenti melangkah lalu menoleh.

"Siapa bilang gw nolak? Gw mau siap-siap dulu, gak mungkin kan gw keluar kayak gini, dikira gembel nanti". Edel kembali melanjutkan langkahnya.

"Kampret, tadi lo bilangnya males woy". Teriak Faulin.

Satu jam waktu yang cukup untuk putri bungsu keluarga Adijaya, berdandan. Hanya berdandan, tanpa mandi tanpa cuci muka bahkan tanpa gosok gigi.

Edel sudah siap dengan setelan casualnya. Menggunakan celana jeans biru diatas mata kaki dan kaos putih kebesaran, juga tas slempang yang hanya cukup untuk menyimpan sebuah ponsel.

Begitupun dengan Faulin yang sudah rapi dengan penampilan nya. Mereka Memasuki mobil Faulin tidak langsung berangkat.

"Kita mau kemana Del?". Tanya Faulin.

"Lah, mana gw tahu kan lo yang ajak gw". Sewot Edel.

"Nyalon?".

"Penampilan gw udh ok".

"Beli baju? Baju gw dikit, kalo keluar suka bingung pake baju itu itu mulu".

"Apa? Baju tiga lemari lo bilang dikit? Rakus amat".

"Terus apa?".

"Ya terserah lo lah".

"Aneh lo, gw nanya mau kemana lo bilang terserah. Gw ngusulin lo malah nolak. Gw ngerasa jadi cowok yang jalan sama cewek tengilnya tahu gak?". Gerutu Faulin. Kesal sambil menjalankan mobilnya.

"Terus sekarang lo mau bawa gw kemana?". Tanya Edel.

"Karena gw baik, gw beliin lo skincare".

"Kan masih banyak?".

" Tapi kan itu punya gw, mau sampe kapan lo nyolong skincare gw huh?".

Edel tak lagi menjawab, terserah lah yang penting hari ini ia bisa melupakan kenangan yang membuat dadanya sesak.

_____

Hmm sorry ya kalo alurnya gak semenarik cerita lain. Aku masih belajar kan. Maklumin maafin ya☺ see you

Story About Edel (TERBIT)Where stories live. Discover now