16. Putus

94 90 17
                                    

Seseorang datang ke kehidupan ku.
Ia memberi tawa tapi membuat air mata.
Ia memberi canda namun juga memberi hampa.
Memberi suka namun juga memberi duka.
Dan memberi cinta namun juga memberi luka.

Ia membuat tenang menjadi bimbang.
Membuat jernih menjadi keruh.
Membuat indah menjadi suram.
Membuat terang menjadi gelap.
Dan membuat Manis menjadi pahit.

Cinta sesekali kau membuat perasaanku berkelana dalam rasa yang membawa ku seperti ke awang. Tapi dalam sedetik kau hempaskan aku ke dasar jurang tanpa perasaan.

Aku sakit tapi tak berdarah. Hati ku terasa linu tapi tak terdapat luka lebam. Cinta? Mengapa kau datang dengan membawa kehancuran?

__Diary Edel___

___oOo___

Deve berjalan menuju kantin. Untuk mengisi perutnya yang mulai lapar. Hanya seorang diri. Berhubung ia murid baru disana. Ia belum mempunyai teman. Jangan tanya soal Damar! Teman sebangku sekaligus satu-satunya teman yang baru ia dapat itu sedang dihukum karena tidak mendapat contekan akuntansi. Alhasil ia tidak bisa mengumpulkan tugas. Dan kini cowok itu tengah dijemur dibawah tiang bendera sambil hormat.

Deve sempat nyasar. Ia belum tahu seluk-beluk sekolah ini. Murid baru itu sempat bertanya pada beberapa siswi.
Alih-alih menjawab mereka malah berteriak histeris dengan alaynya.

Jadi Deve memutuskan untuk mencari sendiri dimana lokasi kantin berada. Sekalian jalan-jalan mengelilingi sekolah agar nanti ia tidak nyasar lagi seperti sekarang.

Wajah tampan bak malaikat nya tidak bisa tidak membuat para cewek histeris. Sepanjang ia berjalan banyak sekali pujian yang terlontar untuknya. Kadang ia memamerkan sedikit senyum yang ia memiliki, agar terkesan ramah. Tapi ternyata sulit sekali menjadi cowok ganteng. Ia ibarat matahari dan cewek-cewek disana ibarat eskrim, sedikit saja ia senyum bisa membuat para hawa itu meleleh. Apalagi ia tembak mereka satu persatu. Bisa bolong dada mereka. Yakali Deve! Emang ditembak pake pistol? Ada-ada saja.

Back to the topic. Akhirnya Deve menemukan kantin setelah kakinya lelah berjalan. Ia memasuki kawasan kantin. Disana, yang semula tenang seketika menjadi riuh karena kedatangan nya. Seluruh cewek disana berteriak histeris mengagumi kesempurnaan nya. Tapi hanya ada satu orang yang mampu mencuri perhatian nya.

Ia menatap cewek itu lekat. Cewek yang pernah ia tolak mentah-mentah karena penampilan nya yang begitu culun, cupu, kucel, dan tidak enak dipandang pada masanya. Berbanding balik dengan sekarang, cewek itu menjadi sosok yang menawan, menjelma menjadi primadona, cewek paling cantik seantero sekolah.

Andai waktu bisa diputar kebelakang. Ia tidak akan menyia-nyiakan nya saat itu. Deve cukup menyesal, ahh sepertinya ia bahkan sangat menyesal.

Deve dapat melihat, cewek itu kini juga sedang menatap nya. Kontak mata mereka terkunci. Cewek itu mengangkat tangan memegang dada. Mungkinkah jantungnya masih berdebar untuk Deve, seperti apa yang cowok itu pikir?.

Cewek itu menatap Deve entah dengan tatapan macam apa? Sampai akhirnya ia memutus kontak mata dengan Deve. Celingukan entah apa yang dicari.

Deve berjalan menghampiri, mengabaikan teriakan histeris para cewek yang terang-terangan mengakui kekagumannya. Cewek itu mendongak menatap setelah Deve sudah di depannya.

Story About Edel (TERBIT)Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon