14. Dia Dari Masa Lalu

102 95 13
                                    

Hai kembali lagi di part 14. Gimana? Masih stay dilapak ini? Yang masih stay, kuy lanjut.

Happy Reading ❤

Cinta itu memang indah, sukar tuk dilukiskan. Rona mewangi bunga, bagaikan dalam syurga.
Namun tak selamanya cinta, seperti apa yang dibayangkan. Kadang cinta menyakitkan bagaikan teriris pedang.

___oOo___

Aileen merengkuh tubuh Edel, memeluknya, mengusap punggungnya, memberikan ketenangan untuk sahabatnya itu. Mei, Anna, dan Ara tidak diam. Mereka ikut menghibur Edel. Salah satu diantara mereka pernah bilang kan, kalau dalam persahabatan nilai solidaritas harus diprioritaskan. Maka dari itu saat Edel galau, merekapun ikut galau.

Aileen berfikir sejenak, lalu berkata. "Kok gw ngerasa, Avi itu karma buat lo ya del".

"Tapi Ai. Ada satu hal yang buat gw benar-benar memutar otak. Jantung gw sekarang berdebar untuk Avi. Tapi jantung gw juga masih berdebar untuk Dia. Gak mungkin gw jatuh cinta sama dua orang sekaligus kan?". Ungkap Edel. Mengeluarkan segala pertanyaan yang membebani fikirannya.

"Kalau itu jangan tanya gw del. Gw gak ngerti soal cinta, lo tahu sendiri gw gak pernah pacaran. Jangankan pacaran cowok aja takut deket-deket gw". Ujar Aileen.

Mei berdiri, menggusur kursinya kedepan, ke meja Edel. "Tapi del, kenapa lo bisa tahu kalo jantung lo masih berdebar untuk Dia?". Tanya Mei penasaran. Setahunya, Edel sudah lost kontak dengan orang yang pernah singgah di masa lalunya.

"Gw ketemu dia di Roftoop minggu lalu". Jawab Edel. Wajahnya seketika murung.

Ara dan Anna beranjak ke meja depan Edel dan Aileen, yang belum didatangi pemiliknya, Anna dan Ara duduk disana. "Sorry ya del, sebagai sahabat gw gak bisa ngasih masukan. Karena kan diantara kita cuma lo yang laku". Sela Ara yang baru mengerti kemana arah pembicaraan sahabat-sahabatnya.

Anna mengangguk setuju. "Biar waktu yang menjawab semua pertanyaan lo, kepada siapa akhirnya hati lo tertambat". Imbuhnya.

"Satu hal yang perlu lo ingat, semua hal yang lo rasain, kita juga merasakannya. Karena kita sahabat, baik dalam suka maupun duka, senang maupun sedih kita akan selalu sama sama". Ujar Mei, menghibur Edel. Keempat sahabat Edel mengusap-usap kepala Edel.

Edel tersenyum, ia bahagia memiliki sahabat seperti mereka, karena tidak semua orang beruntung bisa memiliki sahabat yang selalu ada, bukan hanya saat ceria, tapi juga dikala sedih melanda.

Bel berbunyi, pertanda kegiatan belajar mengajar sudah siap dimulai. Mei, Anna dan Ara kembali ke tempat duduknya. Semua siswa yang masih diluar cepat-cepat masuk kelas.

Semua murid di kelas XI IPS F sudah duduk manis di bangkunya masing-masing. Mereka menunggu kedatangan Bu Susi. Guru yang mengisi pelajaran Akuntansi, pelajaran pertama di pagi ini.

Tak lama kemudian Bu Susi pun datang, lengkap dengan buku paket yang selalu ia bawa. "Pagi anak-anak". Sapanya.

"Pagi bu". Jawab semua murid serempak.

Dengan kacamatanya yang melorot, Susi melirik Edel. Lalu membenarkan kacamata nya menggunakan jari telunjuk. Ia duduk di kursi kekuasaannya. Menautkan kesepuluh jarinya.

"Fredel Auristella Zeline". Susi menyebut nama lengkap Edel tak ada maksud apapun.

Edel menoleh "Saya Bu, ada apa ya?".

Story About Edel (TERBIT)Where stories live. Discover now