10. sebuah chat.

119 113 22
                                    

Cara ngingetin makan lo konyol del. Sumpah dari orok gw gak pernah lupa kalo soal makan. Lo bisa jadi cewek gw sekarang itu jadi bukti kalo gw selalu inget makan.

___ChantavitLD__

Part ini khusus Avi😁

Happy Reading.

Avi beranjak dari kamar, perutnya keroncongan minta diisi. Ia mulai menuruni tangga tapi langkahnya terhenti saat mendengar perdebatan antara ayah dan bundanya.

"Ya biarin lah, mau dia makan mau enggk bunda gak peduli". Ucap Leni, sambil menyiuk nasi.

"Tapi bun, kasian Avi belum makan". Kilah Tio.

"Suruh siapa jadi anak gak nurut sama orang tua". Leni tetap kukuh dengan pendapat nya.

"Bun, Avi itu anak kamu, anak kita. Kamu jangan terlalu keras sama dia, lagipula kenapa sih kamu terlalu mementingkan anak sahabat kamu itu ketimbang anak sendiri?".

"Mas, Siska itu nitipin anaknya ke aku, aku harus menjaga amanah dari dia".

Tio yang hilang kesabaran menggebrak meja. "Kalau kamu bicara tentang amanah, Lalu Avi kamu anggap apa? Hah? Dia juga amanah, apalagi dia amanah yang dititipkan langsung oleh Tuhan ke kita". Bentak Tio.

Avi yang tidak ingin mendengar perdebatan itu mencoba melerai, tapi masih di posisinya.

"Ayah, bunda,,, ". Tegur Avi. Keduanya menoleh. "Jangan berantem lagi karena Avi ya".

Tio menetralkan raut mukanya, lalu menyunggingkan senyum untuk Avi. "Avi nak, sini makan, kamu pasti lapar, ayo". Ajak Tio, menepuk kursi di sebelahnya.

Avi tidak lagsung menjawab, ia menoleh pada Leni yang masih bersikap acuh. "Makasih yah, ayah sama bunda makan aja, Avi gak lapar". Bohong sangat bohong, jelas jelas, perut Avi tidak berhenti berbunyi dari tadi. Memang nya Avi makan apa sampai gak lapar?.  Avi berbalik kembali ke kamarnya. Seperti nya ia harus menahan lapar sedikit lebih lama.

"Kamu mau kemana mas?". Tanya Leni, begitu Tio beranjak. "Kamu makan aja sendiri, aku mau berangkat".

"Tapi sarapan kamu masih utuh".

"Aku makan diluar, nafsu makan aku hilang disini". Tiopun pergi meninggalkan Leni di meja makan.

Dikamar Avi terus saja memegangi perutnya yang terus keroncongan sambil rebahan. Avi meraih ponselnya dinakas, ingin memesan gofood. Tapi ia urungkan. Ia tidak punya cukup uang. Inilah akibatnya jika ia tidak pandai menabung.

Avi hanya bisa menelan ludah berkali-kali, para cacing di perutnya, tidak berhenti demo.

Avi kembali meraih ponselnya. Untuk menghilangkan kegabutannya, juga untuk melupakan rasa laparnya.

Ia menyalakan Data ponselnya, beberapa pesan masuk lewat aplikasi whatsapp. Avi men scrol pesan yang sudah masuk. Matanya tertuju pada salah satu kontak yang namanya kini selalu membimbangkan perasaanya. Penasaran Avi membuka pesan itu. Pesan yang di kirimkan pada jam 7.00 dan yang terakhir 5 menit yang lalu.

From : Edel narsis.

Vi?
Vi lo jemput gw kan?
Vi lo kesiangan ya?
Vi ayolah bangun, kita bisa telat, dan gw gak mau di hukum, make up gw bisa luntur.

Dasar cewek narsis, masih saja mengurusi make up nya. Tapi Avi merasa bersalah karena membuat Edel menunggu harusnya ia memberi tahu Edel terlebih dahulu jika dirinya tidak pergi sekolah.

Story About Edel (TERBIT)Where stories live. Discover now