1. Edel Si Cewek Narsis

282 168 102
                                    

"Ahh panas". Cewek berambut panjang sepunggung itu mengeluh. Kedua tangan dengan jari lentiknya ia kibas kibaskan ke wajahnya. Semoga saja terik matahari tidak membuat make up yang tadi pagi ia pakai, luntur.

" Wajarlah namanya juga abis olahraga, kalo gamau kepanasan sana ngadem di kulkas".

Edel, cewek berjepit Micky mouse biru, tidak menyahuti sahabatnya. Tangan kanannya merogoh saku celana olahraga. Mengambil sebuah cermin yang selalu ia bawa kemana mana.
Ia membuka cermin lipat itu, lalu menatap pantulan bayangan wajahnya secara intens. Dahinya mengkerut cemas saat tak sengaja matanya menemukan sebuah benjolan kecil kemerahan di pipi mulusnya.

"ASTAGA,, ". Pekiknya. " Ini kenapa bisa ada jerawat di pipi gw? Sumpah ini gak bisa dibiarin, dunia akan berkata apa kalo tau pipi gw yang bahkan lalat aja kepeleset hinggap disana tumbuh jerawat?". Histeris nya mulai lebay, tak peduli dunia dan seisinya akan tetap tenang sekalipun ia dilenyapkan.

Keempat sahabat Edel spontan menutup telinga dengan kedua tangan mereka kuat-kuat. Menggerutu saat tutupan telinga itu masih menembus ke gendangnya.

"Ini gak bisa d biarin. Pokoknya gw harus lebih ekstra perawatan biar jerawat sialan ini gak betah dipipi gw. Buat kecantikan gw berkurang aja, ok bakal gw pastiin lo lenyap secepatnya" Imbuhnya menatap nyalang cermin yang memantulkan bayangan jerawat yang sangat bersalah itu.

"Jangan lebay plis, gausah berlagak seolah-olah jerawat itu bisa bikin lo mati". Cewek berambut sebahu menggeram kesal, ingin sekali ia menendang sahabatnya yang super narsis itu ke daerah yang jauh dari skincare, agar bisa menyadarkan bahwa jerawat yang dimilikinya tidak semengerikan itu.

" Gw emng gak bakal mati Aileen sayang, tapi dunia ini bisa jadi lautan merah dari tangisan para cogan di seluruh pelosok negri". Sahut Edel tidak Terima. Tangannya ia lipat didada pipi tirusnya dikembungkan pertanda tengah menahan kesal.

Tiga sahabat lainnya tidak ingin berkomentar, lebih memilih diam daripada harus mendengar lengkingan yang dapat membuat siapapun tak sengaja mendengar mendadak tuli.
Edel berdiri menyambar tasnya lalu beranjak.

"Lo mau kemana del?". Edel menghentikan langkahnya, berbalik badan, menatap sahabatnya satu persatu.
"Gw mau balik, emang lo pada mau nginep disini?"

"Tapikan belum waktunya pulang del". Kali ini cewek berbandu merah yang menimpali dari name-tagnya tertulis nama Grizelle Chalondra Meisie, namun lebih sering disapa Mei.

Edel menempelkan telunjuknya dibibir, menyuruh sahabatnya diam, kemudian menghitung mundur.
" Lima,,, empat,,, tiga,,, dua,,, satu".

Kringg

Bunyi nyaring dari lonceng sekolah bertepatan dengan hitungan terakhir Edel.

"Tunggu apa lagi ayo cabut". Edel melanjutkan langkahnya.

"Kok bisa pas gitu ya?" Tanya salah satu sahabat Edel bernama panggilan Anna terheran.

"Punya kuncen kali". Jawab sahabat Edel yang lain bernama Ara.

"Stts kalo Edel denger, gendang telinga kalian terancam pecah loh". Nasihat Mei.

"Kalian mau balik gak? Atau mau nginep aja?". Seru Aileen yang sudah jauh menyusul Edel. Merekapun beranjak setengah berlari untuk mengekor.

Edel terus melangkah dibuntuti keempat sahabatnya. Ya walaupun keempat sahabatnya masih jauh dibelakangnya. Namun pandangannya tidak seirama dengan langkahnya. Sepanjang berjalan menuju gerbang Edel hanya fokus pada cermin yang memantulkan bayangan wajahnya, sesekali menggerutu pada jerawat dipipinya, selebihnya mengagumi kecantikannya.

Story About Edel (TERBIT)Where stories live. Discover now