32 : She's Gone

7.6K 1.5K 146
                                    

Sebelum mulai, aku mau promosi dulu hihii~
Mampirin dong guys!:"3

Sebelum mulai, aku mau promosi dulu hihii~Mampirin dong guys!:"3

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Selamat membacaa! Hari ini jangan emosi
bacanya ya yeorobun~ ^^

Selamat membacaa! Hari ini jangan emosibacanya ya yeorobun~ ^^

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Johnny terduduk lemas dengan wajah tertunduk. Sejak mendapat telepon dari sang papi, Johnny sudah menduga nasibnya akan terpojok seperti ini. Sumpah serapah yang terlontar dari mulut papinya itu menusuk Johnny begitu tepat dan Johnny benar-benar tersindir. Pria itu bahkan tak diberi kesempatan untuk bicara, hanya mendengarkan omelan dari kedua orangtuanya, khususnya sang papi.

Johnny mendengus. "Ayolah, Pi. Ini masalah aku sama Bitna. Aku udah dewasa, jadi-"

"Kalau udah dewasa, kenapa nggak pakai otak setiap bertindak?! Apa Papi atau Mami pernah ngajarin kamu ngelakuin hal kayak gitu? Apalagi sampai-ah, kamu itu bener-bener nggak beradab!"

"Sekarang Papi tanya, Bitna ada salah apa sama kamu, hah?! Papi pilih calon istri buat kamu itu nggak main-main ya! Bitna itu berpendidikan, hidupnya mandiri. Kamu nggak malu apa? Kamu nyuruh Bitna nutupin semua kebusukan kamu di depan Papi sama Mami, dari awal pernikahan kalian sampai saat ini. Papi bener-bener nggak habis pikir, kamu itu berpendidikan, punya jabatan tinggi, tapi kenapa? Kenapa bisa serendah ini?"

"Emang udah pilihan yang tepat Bitna minta cerai sama kamu. Biar Bitna bahagia, nggak hidup dibawah tekanan kamu yang bisanya cuma bikin dia menderita!"

Johnny bangkit dari duduknya, mulai bereaksi atas ucapan papinya yang malah mendukung Bitna untuk berpisah darinya. "Papi apa sih? Papi dukung aku pisah sama Bitna?" Johnny berdecak sebal. "Persoalan aku sama Bitna itu cuma-"

Plak!

Satu tamparan dengan telak menghantam pipi kanan Johnny. Pria itu mendesis keras karena perih yang ia rasakan pada wajahnya.

"Cuma? Kamu bilang cuma? Seharusnya kamu mikir! Papi kecewa sama kamu, Johnny."

Pria paruh baya itu melenggang pergi, meninggalkan sang istri dan anaknya yang masih memilih tinggal di ruangan itu. Johnny mendengus, seharusnya ia tidak melawan dan mendengarkan omelan papinya agar semua ini tidak berkepanjangan. Sekarang, lain lagi ceritanya karena Johnny malah menyanggah ucapan papinya dan terkesan meremehkan masalahnya. Pria itu terduduk lemas di sofa, mengatur deru nafasnya yang sedikit menderu.

[3] Marriage | Seo Johnny ✔ [end]Where stories live. Discover now