23 : Snapping

10.5K 2K 391
                                    

Karena masih banyak yang bingung, aku kasih clue lagi deh ngahahahaha biar gak salah paham.

Nah, sekarang inget? Pengganggu hubungan orang harus mati, itu kalimat yang pernah diucapin sama siapa?

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Nah, sekarang inget? Pengganggu hubungan orang harus mati, itu kalimat yang pernah diucapin sama siapa?

Nah, sekarang inget? Pengganggu hubungan orang harus mati, itu kalimat yang pernah diucapin sama siapa?

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Johnny duduk termangu seperti orang yang kehilangan arah hidup. Kedua tangannya terkepal kuat, menyiratkan amarah yang menggebu dalam dirinya. Penyesalan selalu ada di akhir, bukan? Dan ini yang sedang ia rasakan. Johnny menyesal, sangat menyesali perbuatannya. Jika sedari awal ia menerima ini baik–baik, hidupnya mungkin tak sehancur ini. Ia bisa hidup bahagia dengan Bitna, menjaga anak dalam kandungan istrinya itu baik–baik, dan hidup selayaknya keluarga yang harmonis.

Tapi sayangnya, Johnny mengambil langkah yang salah. Kesenangan yang ia rasakan dulu, kini berbuah mimpi buruk yang tak pernah Johnny bayangkan sebelumnya. Johnny tak pernah mengira jika salah satu wanitanya sampai hati mencelakakan istrinya dan lagi ia mengaku hamil anaknya. Johnny nyaris gila menerima kenyataan yang terjadi padanya.

Getar ponsel yang Johnny simpan di saku celananya membuat pria itu tersadar dari lamunannya. Nama Wendy terlihat jelas di layar ponsel miliknya. Dan tanpa pikir panjang, ia langsung menolak panggilan wanita itu. Sudah cukup masalah yang menimpanya hari ini, Johnny tak ingin mendengar keluhan Wendy tentang masalahnya. Masalahnya saja sudah menggunung seperti ini, bagaimana bisa Johnny ikut memikirkan masalah orang lain?

"Johnny."

Suara langkah kaki yang mendekat dan seseorang yang memanggil namanya membuat Johnny menoleh. Ia mendapati Mingyu dan seorang wanita di belakangnya tengah menatapnya marah. Dan Johnny tahu, setelah ini ia pasti akan mendapat pukulan telak dari Mingyu.

"Brengsek!" Mingyu menarik kerah baju Johnny yang terlihat begitu pasrah. Johnny amat menyadari ini adalah kesalahannya, jadi untuk kali ini ia membiarkan Mingyu menjatuhkan harga dirinya dengan cara tak melawan sama sekali. "Lo—sialan! Suami nggak becus!"

Mingyu melepas kerah Johnny dengan kasar, memutuskan untuk tak melayangkan tinjunya karena tak ingin membuat keributan di rumah sakit. "Kalau lo nggak sanggup jagain Bitna, lepasin dia!" Mingyu menggertak penuh tekanan. "Laki–laki brengsek kayak lo nggak pantas sama sekali dapetin Bitna. Lo cuma bisa bikin dia nangis, bikin dia menderita. Seharusnya lo mikir! Dia ada salah apa sama lo? Dosa apa yang Bitna lakuin sama lo sampai lo bikin dia menderita sejauh ini?!"

Brak! Mingyu menendang kuat–kuat tempat duduk di sebelahnya, sebagai pelampiasan emosi yang tak bisa ia keluarkan pada Johnny. Tanpa sepatah kata, Mingyu akhirnya meninggalkan Johnny dengan wanita yang memberinya informasi mengenai Bitna.

Johnny mendengus lega karena Mingyu masih bisa menahan emosinya. Baru beberapa hari lalu keduanya terlibat perkelahian dan sekarang Johnny tak ingin lagi membuat wajahnya terluka. Pandangannya kini melirik pada wanita yang berdiri beberapa langkah di depannya. Wanita itu melangkah maju, lalu menyodorkan sebuah ponsel.

"Ponsel punya Bitna," ucapnya.

Johnny mengambil ponsel yang wanita itu sodorkan. Nafasnya berhembus kasar begitu mengingat suara yang meneriakinya di telepon beberapa jam lalu. Ya, wanita ini. Johnny tahu betul.

"Naeun..."

⚜⚜⚜


Suara jeritan yang terdengar dari luar rumahnya membuat Naeun segera keluar dan mendapati Bitna tergeletak bersimbah darah beberapa meter dari dekat rumahnya. Dengan tangan bergetar, ia lantas memanggil mobil ambulan, membawa Yola yang pada saat itu bahkan belum minum setelah makan ikut ke rumah sakit. Gadis kecil itu terus merengek dan menangis sehingga Naeun mau tak harus pulang. Namun, sebelumnya ia menelepon orang terdekat Bitna dan pada saat itu kontak bernama Johnny terlihat menelepon Bitna beberapa kali.

Naeun masih tak habis pikir dengan apa yang ia lakukan saat itu. Ia langsung menggertak suami Bitna yang notabenenya adalah orang asing untuknya. Dan lagi, Naeun takut jika ia salah orang, jika seseorang yang bernama 'Johnny' pada kontak Bitna bukanlah suaminya—berhubung Bitna tak pernah menyebut nama suaminya saat bercerita. Tapi karena banyak telepon masuk dari kontak itu dan didorong oleh firasatnya yang kuat, Naeun mulai yakin bahwa pria yang menelepon Bitna saat itu adalah suaminya.

Wanita itu tak pulang ke rumah, melainkan langsung menuju kediaman kedua orangtuanya untuk menitipkan Yola sementara waktu. Karena Naeun tau, menghubungi kakaknya hanyalah sia–sia. Naeun akhirnya memutuskan untuk kembali bergegas ke rumah sakit, selain karena ponsel Bitna yang masih ada padanya, ia juga akan menemani temannya itu jika suaminya benar–benar tak datang.

Namun lagi–lagi, getar pada ponsel Bitna menginterupsi pergerakannya. Kontak bernama 'Mingyu' terlihat meneleponnya dan segera Naeun angkat karena takut pria ini adalah salah satu kerabat terdekat yang perlu diberi tahu bagaimana kondisi Bitna saat ini. Dan pada saat itulah, asal mula bagaimana bisa Naeun datang bersama Mingyu ke rumah sakit.

Naeun menyamakan langkahnya dengan langkah Mingyu yang terkesan begitu buru–buru. Bahkan Naeun sempat berpikir, pria ini lebih layak menjadi suami Bitna dibanding Johnny.

"Johnny."

Ucapan yang Mingyu lontarkan lantas membuat Naeun sadar bahwa pria yang duduk di depan sana adalah pria yang beberapa waktu lalu ia telepon. Nafasnya berhembus kasar, menyadari sesuatu yang nampaknya terlalu kejam untuk jadi kenyataan.

Naeun hanya terdiam, mengamati bagaimana Mingyu menggertak dan mengumpati pria itu. Dan setelah Mingyu pergi dengan segenap emosi yang masih menggebu, pandangan keduanya bertemu.

Naeun melangkah maju, dengan maksud memberikan ponsel Bitna yang terbawa olehnya. Ia melangkah pelan, lambat laun semakin mendekat pada Johnny. "Ponsel punya Bitna," ucapnya.

"Naeun..."

"Oh? Jadi kamu?"

Wanita itu hanya bisa terdiam, padahal rasanya ingin sekali menghantam wajah pria di depannya ini karena terlalu muak.

"Soal ini—"

"Jauhin Kak Wendy."

Wanita itu menghela nafas dengan kasar, terlihat begitu frustasi. "Kamu nggak tau malu! Kamu jelas–jelas tau kalau Kak Wendy itu udah berkeluarga, dia bahkan udah punya satu anak. Dan kamu—ternyata kamu suami brengsek yang Bitna ceritain? Apa Bitna aja nggak cukup? Bitna kurang apa?! Apa kamu nggak merasa bersalah, kamu punya istri sebaik Bitna tapi masih main di belakang sama Kak Wendy?!"

"Naeun, dengerin saya. Saya sama Wendy udah nggak berhubungan."

"Nggak apanya?! Selama ini kamu yang bikin hubungan Kak Wendy sama suaminya jadi kacau! Kamu nggak kasihan sama anaknya? Yola masih kecil. Gara–gara kamu, Kak Wendy sering bertengkar sama suaminya dan imbasnya jatuh ke Yola. Jadi tolong, tolong jauhin Kak Wendy. Kalian cuma sebatas masa lalu."

"Dan satu lagi, jaga Bitna baik–baik!" Naeun menarik nafas panjang, menahan emosinya yang sudah naik hingga ubun–ubun. "Tau? Bahkan cowok yang tadi lebih layak jadi suami Bitna daripada kamu!"

"Jadi kalau kamu mau pertahanin Bitna, buat diri kamu jadi layak!"

⚜⚜⚜



Kalo masih bingung, boleh nanya di sini wkwkkw

[3] Marriage | Seo Johnny ✔ [end]Where stories live. Discover now