22 : Bad Luck

10.2K 2K 531
                                    

"Pinter!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Pinter!"

Bitna mengusap puncak kepala gadis kecil itu, membuatnya tersenyum penuh. "Ayo makannya habisin, nanti Tante Naeun keburu dateng."

Yola, gadis kecil itu mengangguk. Dengan gerakan cepat, ia menyendok sarapan di depannya dan memasukkanya ke dalam mulut dengan lahap. Melihatnya, hati Bitna menghangat. Ia membayangkan bagaimana rupa anak dalam kandungannya kelak. Apakah wajahnya akan mirip Johnny atau dirinya? Atau mungkin keduanya? Tapi satu hal, Bitna memohon dengan amat agar perangai anaknya tak seperti Johnny.

Tak berselang lama, bunyi pintu terbuka membuat Bitna juga Yola menjatuhkan pandangannya ke satu arah. Terlihat Naeun yang masuk dengan dua buah kresek di tangan kanan dan kirinya, wanita itu baru saja pulang sehabis membeli beberapa perlengkapan mandi juga beberapa bahan masakan di minimarket terdekat.

"Sorry, Na, lama ya? Yola nakal nggak?"

Bitna menggelengkan kepala, seraya tersenyum singkat. "Santai aja, Yola nggak nakal kok! Dia nurut, makannya udah mau habis tuh!"

Naeun kemudian ikut mendudukkan diri ditengah–tengah Bitna dan Yola yang masih dalam tahap perkenalan. Yola terlihat tak banyak bicara, mungkin karena Bitna masih asing baginya. Tapi jika bersama Naeun, gadis kecil itu layak mesin yang tenaganya tak habis–habis. Berlari kesana dan kemari, loncat–loncat, dan bermain dengan tak kenal lelah. Yola bisa menjadi begitu merepotkan di waktu–waktu tertentu.

Naeun menatap jam dinding, kemudian beralih pada Bitna yang sepertinya masih betah berlama–lama di kontrakannya. "Kamu nggak ke kantor, Na?"

"Kamu sendiri?"

Naeun tertawa kecil. "Ya gimana mau ke kantor, Yola kan di sini. Aku udah izin sih sama kepala divisi."

Bitna mengangguk. "Mmm, gitu." Wanita itu terlihat ragu, tapi perlahan mulai beranjak dari posisi nyamannya. "Iya, ya. Kalo nggak berangkat sekarang, aku bisa terlambat. Ngomong–ngomong, makasih udah kasih aku tempat. Sorry juga ngerepotin."

Naeun menggelengkan kepalanya dan perlahan menepuk pundak Bitna. "Nggak apa–apa, Na. Kapanpun, kamu bisa ke sini. Dan masalah suami kamu itu, aku percaya kamu wanita yang kuat. Jangan ambil keputusan saat kamu lagi emosi, kamu pasti tau apa yang bakalan terjadi, kan? Tapi, sekali–kali kamu boleh kok kasih laki–laki brengsek itu pelajaran." Naeun tertawa kecil, lalu kembali melanjutkan nasehatnya untuk Bitna. "Kamu bisa ke sini lagi kalau mau. Pintunya terbuka lebar, kok! Nggak usah sungkan, ya, Na?"

Bitna mengangguk, matanya nyaris mengeluarkan bulir air mata karena kebaikan yang Naeun berikan untuknya. Bitna merasa beruntung memiliki teman sebaik Naeun. Kalau Bitna dan Naeun tak pernah bertemu, mungkin saat ini Bitna sudah melakukan hal diluar akal sehatnya. Bitna tak ingin anak di dalam perutnya ini mengalami nasib yang sama dengan ia kala dulu. Papanya meninggalkan mamanya, membiarkan Bitna hidup menderita tanpa kedua orangtua. Bitna tak ingin anaknya kelak sepertinya.

[3] Marriage | Seo Johnny ✔ [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang