34 : Visitant

7.9K 1.5K 211
                                    

Hari ini, hari ke–14 Bitna menetap di rumah kakek dan neneknya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hari ini, hari ke–14 Bitna menetap di rumah kakek dan neneknya. Wanita itu ingin benar–benar menghilang dari kehidupan Johnny, pergi tanpa memberi kabar, mengundurkan diri dari pekerjaannya tanpa berita yang jelas, sampai mengganti nomor ponselnya. Bitna ingin hidup dengan tenang, tetapi sampai saat ini ia masih merasa gelisah karena belum ada kabar dari pengacaranya perihal surat gugatan cerai yang saat itu Bitna layangkan untuk Johnny. Bitna masih menunggu kabar terkini, tetapi belum ada kemajuan sama sekali.

"Na, udah jam satu."

Bitna mendengus, lalu beranjak dari tempat tidurnya. "Iya, nek!" pekiknya. Wanita itu segera mengganti pakaiannya dan segera bergegas untuk pergi ke mall di kota. Sebenarnya, sudah sejak pagi sang nenek meminta Bitna pergi ke sana untuk membeli berbagai macam kebutuhan sehari–hari yang hampir habis. Namun, Bitna yang merasa malam terus mengulur–ngulir waktu dan berjanji akan pergi saat waktu menunjukkan pukul satu siang. Dan saat ini, sudah pukul satu siang.

"Mana daftar yang harus aku beli?"

Neneknya memberikan selembar kertas yang mana di sana telah dituliskan berbagai macam bahan makanan dan barang–barang yang harus Bitna beli.

"Pulangnya agak sore nggak apa–apa ya, aku mau makan di luar."

"Iya, hati–hati."

Bitna mengangguk. Wanita itu bergegas pergi setelah berpamitan. Padahal jarak dari rumahnya ke mall kota tidak terlalu jauh, tetapi jangankan pergi ke mall kota, mengambil minum ke dapur saja ia merasa begitu malas. Terhitung dua puluh menit, ia akhirnya sampai. Tanpa membuang waktu, Bitna mengambil troli dan memasukkan apa–apa saja yang ada pada daftar belanjaan dati sang nenek. Begitu ia masuk ke lorong yang berisi camilan, matanya tak sengaja menangkap sosok pria yang tak asing. Bitna melangkah tanpa ragu, lalu menepuk bahu pria itu perlahan.

"Mingyu?"

Pria itu menoleh. Ya, Bitna tidak salah. Itu Mingyu. "Lho, Na? Kok di sini?" tanya pria itu.

"Harusnya aku yang tanya, kamu kok di sini? Ada urusan apa jauh–jauh ke sini?"

Mingyu awalnya terlihat gelagapan. Namun, senyum tipis yang pria itu perlihatkan selanjutnya terlihat begitu alami sehingga siapapun yang melihatnya tak merasa curiga. "Ada urusan," jawab Mingyu. Pria itu memasukkan satu buah camilan ke keranjang belanjanya, lalu kembali menengok pada Bitna. "Kemarin gue telepon lo, beberapa kali, kok mggak diangkat?"

"Oh ya? Aku sebenernya... ganti nomor ponsel. Sorry." Bitna menatap Mingyu penuh selidik, mulai merasa curiga. "Tumben nelepon? Ada perlu apa? Nggak disuruh Johnny, kan?"

Mingyu menghela nafas. "Kalian berantem lagi, ya? Sampai lo jauh–jauh pergi ke sini untuk sengaja ngehindarin Johnny?"

Bitna mendengus pelan. Sayangnya, semua tidak semudah apa yang Mingyu ucapan. Bitna pergi ke sini bukan untuk menghindari Johnny, tapi untuk benar–benar pergi dari hidup pria itu. "Iya, tapi nggak apa–apa kok!" Bitna berdehem pelan, sebelum kembali berbicara. "Kapan sampe?"

[3] Marriage | Seo Johnny ✔ [end]Where stories live. Discover now