24 : Insistent Problems

9.7K 1.9K 496
                                    

Oh iya, sebelumnya mau memberitahu dulu kalo Jessi di sini bukan Mba Jessi Nunu Nana ya🤣 Jessi di sini OC ya, kalian boleh membayangkan siapapun (diri sendiri juga boleh.g). Canda mniez /g

Oh iya, mau ngingetin juga, ini cuma fiksi ya hehehe. Johnny si buaya jamet di sini jangan di bawa2 ke rl ya hehehe😬

Ya udah, happy reading!

Dua hari telah berlalu dan selama itu pula Johnny duduk di sebelah ranjang Bitna

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Dua hari telah berlalu dan selama itu pula Johnny duduk di sebelah ranjang Bitna. Ia menatap wanita yang terbaring di sana dengan murung dan sedih. Anggap saja selama ini Johnny memang seburuk itu pada Bitna, namun di dalam relung hatinya ia merasa amat terpukul dengan kejadian yang menimpa istrinya.

Gertakan dari Mingyu, Naeun, dan kedua orangtuanya terus berputar di dalam benaknya-menyadarkan pria itu selama ini akan buruknya ia menjalani hidup.

"Aku minta maaf." Johnny menggenggam telapak tangan Bitna, lalu membawanya menyentuh dahi pria itu. "Cepet sadar, Na. Aku nggak mau Jessi, nggak mau Wendy, sekarang cukup kamu sadar aja."

"Bitna... anak kita-" Johnny termangu, "maaf Na. Aku nggak becus jagain kamu, jagain anak kita. Semua salah aku."

"Kamu boleh bales aku, Na. Kamu boleh pukul aku, nggak masakin makan, nggak bicara sama aku, terserah kamu Na. Tapi tolong, sekarang kamu harus sadar. Jangan tidur lama-lama."

Johnny tersentak begitu ponselnya berdering. Ada satu panggilan masuk dari nomor tidak dikenal. Meski enggan, akhirnya Johnny memutuskan untuk mengangkat panggilan tersebut, kalau-kalau saja ini adalah panggilan penting. "Ya?"

"John!" Suaranya terdengar familiar. "Sampai kapan aku harus di sini?! Kamu nggak mau narik tuntutan? Mau anak kamu lahir di penjara, ha?"

Johnny berdecak kesal begitu menyadari bahwa yang menelepon adalah Jessi. Lagi dan lagi, jika berhadapan dengan wanita ini, emosi Johnny selalu naik sampai ubun-ubun. Johnny baru sadar selama ini sebodoh apa dirinya sampai mau berhubungan wanita gila seperti Jessi. Apalagi setelah mengetahui fakta bahwa Jessi hamil anaknya, Johnny rasanya tak kuasa lagi ingin merutuki dirinya sendiri.

"Penjahat emang seharusnya di penjara," ucap Johnny tenang, "kenapa harus cabut tuntutan? Jelas-jelas kamu salah, Jes. Nggak ada otak ya?"

"Johnny!" Pekikkan melengking yang keluar dari bibir Jessi membuat telinga Johnny berdenging. "Kamu gila ya?! Kamu yang nggak ada otak! Kamu nggak mikirin gimana anak kita? Kamu harus ngeluarin aku dari sini John! Aku nggak mau di penjara!"

"Jessi, tolong pakai otak kamu. Kamu nggak sadar kamu udah ngelakuin apa? Kamu bahkan udah membunuh nyawa bayi nggak bersalah. Bitna lagi hamil dan gara-gara kamu... dia keguguran!" Johnny berucap marah. "Dan sekarang apa? Kamu minta dikeluarin dari sana? Jangan mimpi, Jess!"

[3] Marriage | Seo Johnny ✔ [end]Where stories live. Discover now