45 : An Unexpected Caress

3.2K 573 68
                                    

"Yang satunya, gimana?"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Yang satunya, gimana?"

Johnny mendengus pelan. Pertanyaan yang keluar dari mulut Junmyeon membuat kepala Johnny kembali berdenyut. Entah sudah berapa lama sejak yang terakhir kali keduanya duduk sembari berbincang santai seperti ini. Tak membawa urusan pekerjaan juga pangkat antara bos dan pegawai, baik Johnny maupun Junmyeon terlihat santai selayaknya seorang teman yang saling berkeluh kesah atas masalah masing–masing yang sama–sama rumit.

"Mau minjem anak buah gue lagi?" Junmyeon mengangkat sebelah alisnya, kemudian menoleh pada Johnny yang masih terdiam sejak mendengar pertanyaan terakhir yang pria itu ajukan. "Peringatannya harus lebih keras. Diajak bicara udah nggak mempan," sambung Junmyeon.

Johnny menoleh sembari berusungut–sungut. Sepertinya bercerita pada Junmyeon yang terkenal dengan gaya hidupnyanya yang gelap adalah hal yang salah. Ide–ide yang dicetuskan pria yang satu itu pasti ekstrem dan Johnny tidak terbiasa akan hal itu. Seharusnya, disaat–saat seperti ini ada Lucas. Ide konyol yang terkadang membuat Johnny geram tetapi sedikit mencairkan suasana adalah hal yang pria itu butuhkan. Entah kenapa, untuk masalah yang seperti ini, Johnny lebih klop bercerita pada Lucas ketimbang dua temannya yang lain. Baginya, apapun itu yang Lucas ucapkan sekalipun itu sindirian untuknya terdengar seperti guyonan semata. Lain lagi dengan Taeyong yang sekalinya menyindir langsung tepat sasaran. Atau Jaehyun yang terkadang labil dan cari aman, kadang membela kadang menyudutkan.

"Nama lo bersih," sahut Junmyeon, lagi. "Bokap lo nggak akan tau. Privasi lo terjaga."

Johnny menggeleng dengan tegas. "Sinting!"

"Gue kasih harga teman. Setengah harga."

Lagi, Johnny menggelengkan kepalanya. "Masih ada cara lain dan yang jelas bukan ini. Gue masih ada hati nurani!"

Junmyeon terkekeh kecil. "Punya hati nurani, tapi setengah–setengah." Pria itu mengangkat gelasnya, mengajak Johnny bersulang.

Alih–alih turut mengangkat gelasnya, Johnny malah beranjak dari tempat duduknya dan menyambar jasnya dengan kasar. "Gue pergi."

"Ke mana?"

"Jessi."

Junmyeon menggelengkan kepala setelah punggung Johnny benar–benar hilang dari pandangannya. Keputusan untuk mendatangi rumah wanita yang satu itu tampaknya adalah keputusan yang salah. Baik Johnny maupun Junmyeon sama–sama tahu, makhluk seperti Jessi tak bisa diajak bicara baik–baik.

"Ck!" Sekali lagi, Junmyeon menggelengkan kepalanya. Selain bodoh, Johnny juga adalah seorang yang ceroboh. Rupanya, ponselnya tertinggal dan tergeletak begitu saja di tempat umum.

⚜⚜⚜

Jessica atau wanita yang akrab disapa Jessi ini duduk termenung di atas sofa. Kedua matanya menyorot sayu ke sebuah bingkai foto yang sengaja ia letakkan di atas meja, tepat berada di depannya. Itu potret sepasang kekasih. Terlihat sama–sama bahagia dengan senyum yang juga sama–sama merekah. Entahlah, Jessi tidak terlalu ingat kapan foto itu diambil, yang pasti sudah cukup lama. Fotonya dan juga Johnny di sebuah taman. Terlihat indah, tapi juga membuatnya hancur.

[3] Marriage | Seo Johnny ✔ [end]Where stories live. Discover now