38 : Extraordinary Change

6.9K 1.2K 134
                                    

"Pelan–pelan, nanti keselek

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Pelan–pelan, nanti keselek."

Johnny mengangguk, lalu menyuap sereal ke dalam mulutnya. Pandangannya tak lepas menatap lurus ke depan, menonton serial favoritnya di televisi. Sementara itu, di sebelahnya duduk Bitna, pandangannya sama–sama tak lepas dari Johnny yang tak menyadari dirinya sedang ditatap oleh sang istri.

Beberapa menit lalu, pria itu mengeluh kelaparan, padahal dalam satu jam ke depan keduanya ada janji makan malam. Akhirnya, setelah berkeliling dapur, Johnny menemukan sereal milik Bitna dan tanpa pikir panjang ia langsung menyantapnya dengan susu. Setidaknya ini bisa mengganjal perutnya sampai satu jam ke depan.

Keduanya saling diam, membiarkan suara dari televisi menggema di atmosfer sekitar. Bitna tiba–tiba menyunggingkan senyum kecilnya begitu melihat reaksi Johnny yang terkejut saat melihat salah satu adegan di televisi. Lengannya terjulur ke samping, mengusap rambut hitam Johnny yang sedikit basah. Lantas perlakuan Bitna yang tiba–tiba membuat Johnny menoleh dengan tatapan bingung, ia bahkan merelakan detik–detik laga tersengit di televisi.

"Maaf." 

Mendengar satu kata yang dilontarkan oleh Bitna, Johnny senakin dibuang heran. Maaf untuk apa, pikirnya? Selama ini kan yang selalu berbuat salah adalah dirinya, bukan Bitna.

"Kemarin aku terlalu berlebihan." Bitna menatap Johnnya ragu–ragu, terlihat sungkan. Setelah terus menerus menyindir Johnny, entah kenapa Bitna merasa amat bersalah. Apalagi saat melihat raut wajah kalah telak Johnny setelah mendengar ucapannya, Bitna menjadi terus memikirkan kejadian kemarin. Ia terlalu kasar. Ucapannya pasti membuat Johnny sakit hati.

Bitna sadar, mungkin selama ini bukan hanya Johnny yang salah. Wendy juga. Wanita itu ternyata lebih agresif daripada yang Bitna bayangkan. Melihat bagaimana wanita itu dengan beraninya menghampiri Johnny saat dirinya sendiri ada di sana, Bitna merasa bahwa Wendy akan melakukan apapun yang ia inginkan tanpa kenal takut. Bitna merasa sangat terancam saat itu.

"Kemarin?"

Bitna mengangguk. "Iya. Kemarin kan aku... kayaknya kasar banget."

Johnny menaruh mangkuk sereal yang ada di dalam pegangannya ke atas meja. Pria itu lantas menarik sang istri masuk ke dalam dekapannya, memberikan wanita itu kehangatan yang bukan main. Johnny senang Bitna bersikap seperti ini kepadanya, tidak seperti hari–hari lalu; istrinya itu bersikap begitu dingin. "Jujur, aku tersinggung. Tapi ya mau gimana? Semua yang kamu bilang kemarin kan bener. Aku brengsek, Na."

Bitna mendengus pelan, ia semakin merasa tak enak hati pada Johnny. Bitna tahu ia terlalu mengungkit masalah antara dirinya dan Johnny di masa lalu. Apalagi ia sempat mengungkit kelakuan Johnny di malam pertama mereka. Johnny dan Jessi, mengingat hubungan diantara mereka, rasanya Bitna benar–benar ingin meledak. Namun setelah dipikir–pikir lagi, mengingatnya hanya akan membuatnya sakit hati, tak ada untungnya. Toh, Jessi sudah mendekam di penjara, tak bisa menggoda suaminya lagi.

[3] Marriage | Seo Johnny ✔ [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang