13 : Don't Expect

13.7K 2.4K 315
                                    

Btw, dari chapter ini sampai selanjutnya aku pake sudut pandang ketiga ya!

550 votes
100 comments
for next, please?

"Ah, jangan diteken!" Johnny memekik begitu kapas yang dipegang Bitna mendarat mulus di tempat lukanya berada

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ah, jangan diteken!" Johnny memekik begitu kapas yang dipegang Bitna mendarat mulus di tempat lukanya berada. Pria itu kini memegangi lengan istrinya agar lebih berhati-hati. "Ah-jang, aw! Na, jangan disengajain!"

Bitna menghela nafas begitu menjauhkan lengannya dari wajah Johnny. "Nggak usah berantem-berantem kalau baru diobatin dikit ngeluh terus kayak anak kecil," cetus Bitna dengan wajah sebal. Wanita itu kemudian membuang kapas yang sebelumnya sudah ia pakai ke dalam plastik, lalu mengambil kapas yang baru.

"Temen kamu yang duluan mukul," ucap Johnny, "saya cuma ladenin."

"Kamu duluan yang bikin masalah, Mingyu cuma bantu aku," balas Bitna, tak ingin kalah. "Seharusnya kamu nggak usah sok-sokan nggak jadi makan, sok-sokan balik ngejar aku, kan jadi dipukulin sama Mingyu. Padahal, have fun aja sama Wendy."

"Dan ngebiarin kamu pulang sama cowok itu?"

Bitna menghela nafas lagi. Ia paling benci kalau sudah berhadapan dengan Johnny yang seolah peduli dan menginginkannya. "Apa salahnya? Mingyu cuma anter aku pulang karena udah malam."

"Kalau begitu, apa bedanya saya sama kamu?" Pria itu menyunggingkan senyum yang terlihat ganjil. "Kamu jalan sama Mingyu, saya sama Wendy. We're both fair, right? Tapi cuma saya yang kena impasnya begini."

Bitna lagi-lagi menghela nafas. Memang ya, berdebat dengan Johnny itu perlu kesabaran yang lebih. Wanita itu kemudian mendorong bahu Johnny agar pria itu berjarak dengannya. Meski belum mengobati semua luka di wajah Johnny, wanita itu menyelesaikannya lebih awal karena terlalu muak. Johnny selalu saja punya alasan untuk menghindar.

"Terserah!" Ucap Bitna, sebelum kembali berbaring membelakangi Johnny dan menarik selimut sampai menutupi sebagian tubuhnya.

Johnny tiba-tiba terkekeh, lalu kembali berbicara. "Kamu marah?" tanya pria itu.

"Nggak," balas Bitna singkat.

"Kamu suka sama saya?" Pertanyaan yang selanjutkan keluar dari mulut Johnny membuat Bitna semakin terpancing. Wanita itu berdecak dan kembali menarik selimut sampai menutupi lehernya, memutuskan untuk diam. Tak mengaku maupun menyanggah.

"Na, saya udah bilang kan dari awal, jangan berharap sama saya. Jangan sampai jatuh hati sama saya, karena saya sama sekali nggak ada perasaan sama kamu." Pria itu menghela nafas panjang, terdengar frustasi. "Tapi disisi lain saya harus jagain kamu, ini perintah Papi sama Mami. Jadi jangan salah paham sama sikap baik saya ke kamu. Saya nggak mau kamu sakit hati."

Sayangnya, udah.

"Na, denger, kan?"

Bitna mengangguk kecil. "Iya," ucap wanita itu, terdengar parau, "kamu keluar aja, John. Aku nggak akan sembuh-sembuh kalau kamu di sini."

[3] Marriage | Seo Johnny ✔ [end]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang