LS;43 [END]

530 34 5
                                    

LavenderWriters Project III Present

Love Scenario © Group 1

Part 43 — Created by girlRin

▪▪▪

Pengakuan cinta barusan masih terbayang di benak Aurora. Desiran hangat nan nyaman menyusup ke dalam relung hatinya seolah ini adalah hal menakjubkan yang ia rasakan. Tak pernah sekalipun ia merasakan kehangatan yang ia rasakan saat bersama Angkasa dan pemuda itu telah berjanji, bahwa kehangatan itu takkan pernah meninggalkan mereka.

Benar-benar telah jatuh.

Kalimat itu kembali terucap dalam hatinya. Ia akui jika pesona Angkasa memang bak Casanova yang tak mungkin mampu ditolak tapi jangan lupa juga, Aurora adalah jelmaan Aphrodite versi manusia yang tentu tak kalah mempesona daripada Angkasa. Menjadikan keduanya sebagai pasangan? Apakah Tuhan benar-benar ingin membuat makhluk bumi lainnya iri?

Tok...

Tok...

Aurora tercekat kecil, sadar karena telah terlalu larut dalam lamunan ia pun bergegas melangkah menuju pintu kamarnya. Begitu ia buka, ia melihat sang Mama sedang menatapnya.

“Kenapa lampu kamar kamu masih menyala? Udah jam 10, sayang. Kamu ngga mau tidur? Biarpun besok Minggu, Mama ngga mau anak-anak Mama pada ngebo. Kalian tuh sudah punya pacar, jangan biasakan kebiasaan malas kalian. Bagaimana kalau nanti pacar kalian serius dan datang ngelam—”

“Ma...”

Yuna terdiam saat Aurora memotong ucapannya. Tidak sopan memang, tapi melihat raut wajah anaknya, Yuna mengurungkan niatnya untuk mengomentari hal itu.

“... Rora mau jujur sama Mama,”

Yuna menatap anak gadisnya dengan senyuman teduh. Ia tahu bahwa anaknya yang satu ini sedang dilanda bimbang.

“Kita ngobrol di dalam aja, ya? Sambil rebahan,” ucap Yuna.

Kini, Ibu-anak itu sedang duduk bersandar pada kepala ranjang Aurora. Gadis itu menyandarkan kepalanya di bahu Yuna dengan tangan Yuna mengusap lembut kepala Aurora.

Nyaman, benar-benar nyaman. Itulah yang dirasakan oleh Aurora.

“Jadi, mau bicara apa?”

“Ma, menurut Mama cewek yang suka mainin hati cowok itu ... bagaimana?” Yuna terdiam. Ia pernah membicarakan ini dengan anaknya dan ia yakin harusnya Aurora paham apa yang ia maksud dengan mempermainkan perasaan.

“Kamu tau, perasaan itu bukanlah sebuah mainan yang bisa dipermainkan. Ada kalanya segala sesuatu ngga bisa kamu buat bercanda, sayang. Perasaan salah satunya, mereka rapuh namun sangat kuat. Mereka terlalu kuat untuk mempertahankan sebuah rasa tapi juga sangat rapuh untuk dipermainkan hingga saat mereka terluka, mereka benar-benar akan berada dalam fase dimana hal itu ngga akan mau kamu bayangkan,”

Aurora semakin ragu untuk jujur pada Ibunya tapi ia tak bisa lagi berpura-pura menjadi anak baik. Ia butuh pengampunan dosa dan ia tak ingin mendapatkan karma. Beberapa nasehat sahabatnya kembali terulang dalam kepalanya dan ia benar-benar takut jika karma sungguh terjadi padanya. Walau Angkasa telah menegaskan mereka telah berpacaran tanpa ada lagi ikatan main-main, tapi tetap saja. Ia takut pemuda itu goyah. Ia tak ingin berakhir dipermainkan, patah hati lalu menangis seperti gadis-gadis lainnya. Tidak mau.

01;Love Scenario✔Where stories live. Discover now