LS;39

205 26 0
                                    

LavenderWriters Project III Present

Love Scenario © Group 1

Part 39 - Created by TiaraAtika4

▪︎▪︎▪︎

"Idih. Mentang-mentang pasangan baru, lengketnya kek lem nasi," cibir Leon yang melihat Kendra dan Alena yang terus saja lengket seperti lem sejak kemarin.

Sedangkan Kendra dan Alena memilih acuh, tidak memperdulikan ucapan Leon yang bagi mereka itu sebatas iri.

"Iri bilang Boss," kata Angkasa, dan sontak semuanya tertawa.

"Iri biling biss, nyi-inyi-inyi," balas Leon dengsn menatap sebal pada Angkasa.

"Makanya jangan jomblo," celetuk Putra sambil terkekeh, sedangkan tatapanya tak lepas dari ponsel Dara di hadapannya.

"Meskipun jomblo, gua gak mati yah!" saut Leon tak terima.

"Mati kagak, ngenes iya," ucap Bianca.

"Heh, gegetuk! Lo juga jomblo yah," kata Leon tak terima.

"Tapi gak ngenes kaya lo!" balas Bianca yang juga tak terima.

Leon selalu memaksanya untuk emosi.

"Udah sih, sama-sama jomblo jadian aja," titah Aurora dengan cepat.

"Yang pacaran sebatas permainan doang, mending diem. Gak ada faedahnya tuh hubungan, lebih nyelekit dari jomblo," ceplos Leon dengan entengnya.

"Maksud lo apa?" bukan Aurora yang bertanya, melainkan Angkasa.

"Nyari mati lu, Lele," ucap Kendra dengan pelan.

"Gak ada maksud apa-apa kok, Lele cuman asal ngomong," kata Leon yang tak mau berakhir pulang hanya namanya saja.

Entah ada setan dari mana ia bisa berbicara seperti itu tanpa di pikirkan terlebih dahulu.

"Tapi ucapan Leon bener."

Semua pasang mata terutama Aurora kini menatap ke asal suara—Putra.

"Mau sampai kapan hubungan palsu itu kalian pertahanin? Cuman karna takut kalah, kalian malah nyiksa perasaan kalian sendiri? Apa susahnya jujur? Karna takut kalah? Idihh..." Putra menatap sebentar pada Angkasa dan Aurora, saat tau ke duanya hanya diam saja tidak melakukan apa-apa, ia memilih untuk melanjutkan ucapannya, "ngorbanin perasaan cuman demi menang dari permainan gak jelas yang kalian buat itu kalian gak jadi hebat. Karna hati di ciptain bukan buat di mainin!"

"Kalian mau jujur atau malah ngebiarin permainan sialan itu nyiksa perasaan kalian?" Putra semakin menatap Angkasa dan Aurora dengan raut wajah serius.

Sedangkan yang lain hanya menyimak dan membiarkan Putra melakukan apa yang seharusnya di lakukan sejak jauh-jauh hari.

"Satu bulan lebih kalian mainin permainan sialan itu. Kalian yakin kalo gak ada rasa sedikit pun yang hadir? Apa bener kalian masih biasa aja?"

"Coba jujur sia tuh! Siapa tau kalo kalian jujur semuanya bakal lebih baik dari ini."

"Kalo gua nyamannya dengan terus mainin permainan ini, gimana?" tanya Angkasa, tatapannya begitu datar tanpa ekspresi.

"Dan... kenapa permainan ini harus selesai, kalo dengan cara kaya gini gua jauh lebih bahagia? Bahkan sangat bahagia," tambah Aurora, membuat semuanya tercengang, termasuk Angkasa yang benar-benar tak bisa berbicara saat Aurora berbicara seperti itu.

"Gua mau pulang," ucap Aurora, mengambil tasnya kemudian berdiri.

"A-aku antar," Angkasa menahan Aurora yang hendak melangkah.

.
.
.

"Ada satu alasan kenapa Aku berbicara seperti itu," ucap Aurora setelah cukup lama terdiam dengan terus menatap keluar jendela.

Angkasa yang juga hanya diam dengan fokus menyetir, kini menoleh sebentar pada Aurora.

"Apa?" tanya Angkasa.

"Aku tidak ingin kehilanganmu, Aku mencintaimu Angkasa. Dan bahagiaku itu Kamu," kata Aurora dengan menatap Angkasa, ia tak memperdulikan Angkasa yang mungkin akan tau jika ia berkata jujur dan-kalah.

"Seperti perkataanmu tempo lalu, mari kita terus bermain hingga kita lupa jika kita tengah bermain."

Angkasa kembali menoleh pada Aurora. menatap Aurora dengan raut wajah tak terbaca, dan itu sukses membuat Aurora menundukan kepalanya, ia takut.

▪▪▪

TBC💜

01;Love Scenario✔Where stories live. Discover now