LS;15

281 73 1
                                    

LavenderWriters Project III Present

Love Scenario © Group 1

Part 15 — Created by girlRin

▪▪▪

Selama di perjalanan, tak ada satupun percakapan antara Angkasa dan Aurora, keduanya terhanyut dalam keheningan yang tiba-tiba saja menjadi suasana ternyaman di sana.

Angkasa menghentikan mobilnya saat lampu merah menyala dan keheningan itu dilalui keduanya sembari ditemani oleh suara musik yang mengalun dari radio mobil.

Lagu yang awalnya agak beat pun berubah menjadi agak melow saat lampu merah menyala. Aurora menatap keluar mobil dan tersenyum tipis saat melihat ada pengamen cilik yang mendatangi mobil-mobil yang berhenti karna lampu merah. Tangan gadis itu bergerak mematikan radio mobil dan memanggil pengamen kecil itu mendekat. Angkasa hanya menatap diam bagaimana gadis itu tersenyum dan mendengarkan alunan suara pengamen itu. Kalau boleh jujur, suaranya tidak terlalu buruk.

“Makasih, Kak!” bocah itu menjerit senang saat Aurora memberikan selembar uang seratus ribu padanya.

Gadis itu tersenyum dan mengusap lembut puncak kepala pengamen kecil itu, “semangat ya,” pengamen itu pun berlari menjauhi mobil dan Angkasa mulai menjalankan mobilnya saat lampu hijau menyala.

Aurora yang kembali menatap ke depan pun menoleh saat tangan Angkasa yang tidak memegang kemudi justru menggenggam tangannya. Gadis itu menautkan alisnya seolah bertanya dan Angkasa tetap tak mengalihkan pandangannya dari jalanan.

“Kasa?”

Pemuda itu tersenyum dan tetap fokus menatap jalanan namun ia mengucapkan sesuatu yang mampu membuat pacarnya itu tersenyum.

“Biarin gini dulu, aku suka,”

Kini, keheningan yang melanda keduanya lebih menyenangkan dari yang sebelumnya. Jika tadi diiringi oleh alunan musik dari radio, kali ini keduanya hanyut dalam detak jantung masing-masing sembari bertanya-tanya apa yang sedang terjadi pada diri mereka.

Jantung berdegup kencang?

Wajah memerah malu?

Suasana romantis ini benar-benar membuat keduanya seakan lupa bahwa hubungan mereka hanya sebatas ‘permainan’ semata.

.
.
.

Alena melepaskan seatbelt miliknya dan menatap Kendra sejenak, “makasih, Kak,” ucapnya gugup.

Ya, Kendra benar-benar menjemputnya dan ia datang dengan membawa mobil bukannya motor seperti kemarin. Bahkan ia meminta Alena untuk meninggalkan mobil Aurora di rumah, dengan alasan tidak ada yang akan menyetir juga. Padahal memang maunya Kendra saja agar nanti Alena pulang dengannya lagi. Toh, Aurora pasti pulang diantar Angkasa lagi.

“Santai aja lagi,”

Alena bersiap membuka pintu mobil jika saja Kendra tak menahan pergelangan tangannya. Alena menoleh seolah bertanya pada pemuda itu kenapa.

“Jangan membolos ya, jadi anak pinter!” Detik itu Alena kembali merasakan dejavu saat Kendra mengusap lembut kepalanya.

01;Love Scenario✔Where stories live. Discover now