LS;22

202 28 0
                                    

LavenderWriters Project III Present

Love Scenario © Group 1

Part 22 — Created by girlRin



Malam harinya, Aurora sedang memainkan ponselnya sembari merebahkan diri di atas ranjang. Sedari tadi ia memikirkan bagaimana perlakuan Angkasa padanya dan bagaimana jantungnya berdebar seperti lari marathon.

Kilasan balik saat pemuda itu memasangkan seatbelt untuknya juga tak ayal membuat gadis itu tersipu sendiri. Untung sedang sendiri, jadinya ia tak harus malu atau menyembunyikan apa yang terjadi.

“Apa ini? Apa gue mulai luluh? Ngga! Ngga ada ceritanya seorang Aurora si pemain hati justru jatuh hati pada targetnya sendiri. Ngga!”

Saat sedang menyemangati dirinya sendiri, tiba-tiba terlintas di benaknya bagaimana Angkasa menolongnya dari mantannya si Jeno tadi.

“Dia benar-benar player handal. Apa dia selalu selembut itu sama semua pacarnya?”

Selama pacaran dengan targetnya dulu, Aurora tak pernah mendapati pacar-pacarnya membelanya dengan segentle itu. Bahkan saat ia luka, hanya Angkasa yang memperlakukan dirinya bak seorang Ratu. Well, dulu Jeno juga memperlakukan dia seperti Putri Raja, hanya saja tempramen pemuda itu sangat mudah meledak. Bahkan dia pernah cemburu saat Aurora harus membantu guru muda di Sekolah mereka yang notabene-nya adalah laki-laki. Hal itu berujung dengan Jeno bertengkar dengan guru itu. Jeno diskors sampai 10 hari dan guru itu pindah. Miris. Padahal Aurora sempat ingin menjadikan guru tampan itu targetnya juga, tapi keburu kabur duluan.

Kembali ke topik, Aurora menghela napas panjang saat lagi-lagi dia mulai membandingkan Angkasa dengan semua mantannya.

“Lo benar-benar pemain hati yang ahli. Bahkan gue aja sanggup lo buat kayak cewek yang baru pertama kali pacaran,”

Tak lama, pintu kamarnya terbuka dan masuklah Yuna. Wanita itu tersenyum dan meletakkan segelas susu hangat di nakas dekat ranjang putrinya.

“Kamu kenapa, hm? Kangen sama pacarmu yang nganter kamu tadi?” tanya Yuna sembari duduk di dekatnya putrinya berbaring.

Menolehkan pandangannya pada sang Ibu, Aurora pun berpindah dan meletakkan kepalanya di pangkuan sang Mama.

“Ma, dulu Mama sama Papa waktu ketemu—gimana?”

Yuna tersenyum, “Mama sama Papa tuh dulu kayak Tom and Jerry. Bawaannya berantem mulu, wajar sih. Kan dulu Mama sama Papa rival di Sekolah, tapi siapa yang nyangka, bukan? Benci dan cinta tuh cuma dibatasi oleh sehelai benang,”

Aurora menatap wajah cantik sang Mama, “Papa dulu playboy ngga, Ma?”

Yuna tertawa, “Papa kamu? Playboy? Duh, ngga bisa dibayangin. Dia tuh pertama kali suka sama perempuan ya ke Mama. Lagian kalau player gitu, Mama lebih dulu ngerasain jatuh cinta daripada Papa kamu,”

“Oh, ya? Mantan Mama ada berapa?”

“Ngga banyak kok, paling cuma 15. 16 kalo Papa kamu waktu itu ngga keukeuh mau luruskan masalah. Kami hampir mau putus karna salah paham dan saat baikan, Papa kamu justru langsung lamar Mama,”

“Sweet banget, kira-kira ada ngga ya cowok kayak Papa? Cinta mati banget sama satu wanita dan bakal menghabiskan seluruh hidupnya sama perempuan itu,” ucap Aurora.

Yuna tersenyum dan mengusap surai lembut anaknya, “setiap jodoh adalah cerminan dari diri sendiri. Kalo kamu memang tulus, maka jodoh kamu juga akan tulus,”

01;Love Scenario✔Where stories live. Discover now