-42. Terungkap

8K 1K 566
                                    

Ternyata benar, kuliah sambil kerja itu ibarat tutorial membunuh diri sendiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ternyata benar, kuliah sambil kerja itu ibarat tutorial membunuh diri sendiri. Ethan mengakuinya sekarang, bahwa memang harus kuliah sambil mencari uang itu luar biasa sekali lelahnya. Laki-laki itu sekarang sudah magang di kantor Papa-nya, ditambah mengurus cafe, dan membagi fokus dengan kuliah juga pastinya.

Jam tidur Ethan jangan ditanya berantakannya seperti apa, apa lagi sekarang dia juga harus memerhatikan perkembangan istrinya. Ethan sangat tidak ingin melewati setiap proses Eliza, itu kenapa hingga bulan kedua gadis itu mondok, ia masih menjalankan rutinitasnya mengawasi sang istri di waktu tahajud, meski dari jauh, bahkan tak disadari oleh Eliza sendiri.

Ethan kira dirinya akan kuat menjalani ini semua namun, pada akhirnya laki-laki itu tumbang juga. Setelah selesai shalat jum'at di masjid dekat komplek perumahan orangtua kandungnya, Ethan baru menyadari bahwa suhu tubuhnya meningkat, rasa pening juga tak ayal menyerang kepalanya. Niat ingin langsung ke pesantren karena tidak memiliki agenda penting hari ini dia urungkan, Fransiska menyuruhnya untuk istirahat di rumah, dan Ethan tidak akan pernah bisa menolak perintah dari wanita kesayangannya tersebut.

"Mas mau makan apa? Biar Mama masakin," tanya Fransiska sambil duduk di bibir rajang kemudian mengelus kepala putranya.

"Ethan gak nafsu makan, Ma."

"Harus makan dong, Mas. Cece lagi beliin obat loh, buat kamu. Kamu nanti harus minum obat." Fransiska berusaha membujuk. Dia memang tadi menyuruh Evellyin membelikan obat demam di apotek untuk Ethan, walaupun dirinya tahu kalau putranya tersebut sangat tidak suka obat.

"Ethan cuma demam biasa kok, Ma. Nanti juga sembuh, gak perlu minum obat." lagi-lagi Ethan memberikan penolakan dengan nada lembutnya.

Fransiska membiarkan, perempuan itu langsung beranjak keluar dari kamar setelah memastikan Ethan tertidur.

"Ethan gimana, Ma?" Evellyin langsung menyambut Mama-nya dengan pertanyaan saat mereka bertemu di dapur.

"Kayak biasa, dia gak mau minum obat, gak mau makan juga," balas Fransiska dengan helaan napas berat.

"Cece tadi ngasih tau Eliza, katanya dia mau ke sini. Bentar lagi paling sampe," beritahu Evellyin.

Mendengar hal itu, Fransiska langsung mengembangkan senyumnya. "Ya Allah, Cece tumben banget pinter!" seru perempuan itu bersemangat.

"What? Tumben pinter? Mom, aku lulusan oxford, loh." Evellyin tentu saja tak terima dengan perkataan Mama-nya. Bisa-bisanya masih ada orang yang meragukan kemampuan otaknya ini.

Fransiska tertawa. "Iya, tau. Kan pinternya turunan Mama," bangganya.

Perdebatan anak dan ibu tersebut terhenti sebab terdengar suara orang memberi salam dari arah ruang tamu. Tanpa bertanya, mereka sudah tahu siapa pemilik suara si Pemberi Salam tersebut, hal itulah yang membuat Fransiska dan Evellyin kompak beranjak menghampiri.

Amin Yang Sama (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang