-27. Mempelai Pengganti?

10.1K 1K 413
                                    

Hari ke dua di rumah sakit, keadaan Eliza sudah lumayan membaik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari ke dua di rumah sakit, keadaan Eliza sudah lumayan membaik. Dia juga sudah mulai berbicara walaupun, trauma itu masih terlihat jelas di kedua matanya. Perlahan demi perlahan juga, Olivia berhasil mengulik apa yang sebenarnya terjadi pada keponakannya tersebut.

"Dalam waktu kurang dari dua puluh empat jam, cari para pelaku yang sudah melecehkan anak saya, dan bawa dia ke hadapan saya dalam keadaan hidup!" itu adalah perintah dari Randi untuk para anak buahnya. Daddy dari seorang Eliza tersebut juga sudah melaporkan kasus putrinya pada pihak kepolisian, dan sekarang para pelaku sedang dicari keberadaannya.

Di sisi lain, Ethan juga memerintahkan para anggota Proklisi untuk ikut membantu. Terlebih, Galen yang ditugaskan langsung untuk mencari seorang Hanum Elora yang tiba-tiba saja menghilang tanpa kabar.

"Gue makin yakin kalau pelakunya emang Hanum." perkataan Galih disetujui oleh yang lain.

Ethan hanya diam, pikirannya benar-benar kacau. Tepatnya lusa, pernikahan ia dan Eliza akan digelar. Harusnya besok mereka sudah bersiap menyambut hari bahagia namun, nyatanya keadaan benar-benar tidak memihak. Terlebih, tadi malam keputusan tentang Eliza yang akan dibawa ke Amerika untuk pengobatan benar-benar sudah disetujui oleh semua pihak, bahkan itu Eliza sendiri. Sedangkan, tentang rencana pernikahan mereka masih mengambang, entah akan dilanjutkan atau tidak.

Semalaman Ethan memilih berdiam diri di mushala yang ada di basecamp Proklisi. Laki-laki itu tak lelah berdoa dan berdzikir agar semua permasalahannya segera diberi jalan keluar. Bagi Ethan, tak ada yang lebih bisa dia percaya untuk memberikan solusi selain Allah Ta'ala.

Selesai dengan urusannya di basecamp Proklisi, Ethan memilih kembali ke rumah sakit sebab katanya Alisha dan Pak Kyai hendak menjenguk Eliza. Tidak heran mengingat keluarga pesantren tempatnya menimba ilmu tersebut memang memiliki hubungan pertemanan yang cukup baik dengan keluarga Eza, Arvelo, dan Randi.

"Eliza masih belum mau ngomong sama kamu?" itu adalah pertanyaan Alisha saat Ethan berjalan beriringan dengannya dan Pak Kyai.

"Dia masih belum bisa terbuka sama banyak orang. Tapi, segitu aja saya udah bersyukur, Sha." Ethan tersenyum miris. Ya, setidaknya itu lebih baik dari pada ia benar-benar melihat Eliza hancur sendirian. Setidaknya, gadis itu sudah mau membagi masalahnya dengan orang lain, tidak dipendam sendiri dan berakhir bunuh diri seperti yang hampir dilakukannya kemarin.

"Yang kuat ya, Nak. Ingat kalau Allah tidak pernah memberikan cobaan di luar batas kemampuan hamba-Nya. Ketika manusia diberi Allah cobaan yang besar, itu berarti Allah yakin kalau hamba-Nya mampu menanggung itu semua. Karena Allah yang sudah memberi ujian, maka Allah jugalah yang akan membantu untuk menyelesaikannya. Yang terpenting, kita sebagai hamba Allah harus ingat untuk selalu menggantung diri hanya kepada-Nya." nasihat dari Pak Kyai dicermati Ethan dengan baik.

Kemudian, perbincangan mereka berakhir sebab sudah tiba di depan ruang rawat Eliza. Ethan mempersilakan Pak Kyai dan Alisha untuk masuk, yang mana di dalam ada Eliza bersama Fransiska dan Shena. Sepertinya yang lain pulang dulu karena sejak kemarin mereka benar-benar berkumpul di rumah sakit tanpa ada yang mau mengalah untuk pulang. Memastikan keadaan Eliza baik-baik saja adalah prioritas utama bagi mereka.

Amin Yang Sama (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang