-34. Eliza Pulang?

8.7K 1K 164
                                    

Eliza memejamkan matanya tat kala pesawat yang ia tumpangi sudah mendarat sempurna di Bandara Soekarno-Hatta

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Eliza memejamkan matanya tat kala pesawat yang ia tumpangi sudah mendarat sempurna di Bandara Soekarno-Hatta. Membalas genggaman erat Celine yang duduk di sampingnya, gadis itu memalingkan wajah ke arah jendela pesawat, menatap rintik hujan yang membuat pemandangan luar terlihat buram.

"Bisa, Eliza ..., kamu pasti bisa." begitulah sekiranya kalimat yang Eliza gumamkan dalam hati sejak memutuskan untuk kembali ke Indonesia.

Rasanya masih seperti mimpi. Minggu lalu, Eliza adalah sosok yang bersikeras untuk tidak menginjakkan kakinya lagi di negara yang sudah memberikan banyak rasa sakit dan moment buruk di hidupnya. Akan tetapi, hari ini gadis itu tiba-tiba saja sudah berada di Indonesia, tengah menapaki lantai bandara sembari menyeret salah satu dari banyaknya koper yang ia bawa kembali dari Amerika.

"Kasih ke bodyguard Daddy kopernya, Eliza," perintah Randi dengan suara lembut, tak lupa pelukan hangat yang ia berikan kepada putri semata wayangnya tersebut.

Setelah memeluk sang daddy, Eliza beralih memeluk Shena dan Fransiska yang juga ikut serta menjemputnya di bandara.

"Kamu gak mau peluk Papa nih?" tanya Eza dengan alis naik-turun.

Eliza tersenyum kikuk namun, setelah memutuskan untuk ber-hijrah, ia juga ingin membatasi diri dari yang bukan mahram-nya. Walaupun, Eza sudah dia anggap seperti orangtuanya sendiri, tetap saja mereka tidak memiliki hubungan apapun, pikir Eliza.

"Dalam Islam gak boleh terlalu dekat apalagi bersentuhan dengan yang bukan mahram, Pa. Coba deh Papa tanya sama ustaz yang sering ngajarin Papa," jelas Eliza diiringi cengiran.

Entah apa yang salah, Eliza hanya menatap bingung orang-orang di sekelilingnya yang tiba-tiba saja kompak tertawa.

"Pada kenapa, sih?" herannya.

"Gak papa. Udah ayo, kita langsung jalan aja. Kan ada acara makan malam keluarga," ajak Celine.

Setelahnya, mereka beriringan memasuki mobil. Eliza ikut dengan Celine dan Randi, sedangkan Shena, Fransiska, dan Eza berada dalam satu mobil. Di paling depan dan belakang, mereka dikawal oleh bawahannya Randi. Sejak kejadian yang menimpa putrinya, hal yang wajar sekali jika Randi semakin memperketat pengawasan, bukan?

Di perjalanan, Eliza kembali termenung. Entah kenapa seperti ada yang hampa di salah satu sudut hatinya. Seperti ..., ada rasa kecewa dan sesuatu yang kurang.

"Mas Ethan dari kemaren di Bandung, ngurusin cabang coffeshop-nya yang baru. Katanya sih sekarang masih di perjalanan pulang ke Jakarta, makanya tadi gak bisa ikut jemput kamu." Celine yang seolah lebih peka, menjelaskan dengan detail apa yang berkemungkinan menjadi penyebab diamnya Eliza.

"Eliza gak nanya kok. Gak lagi mikirin Mas Ethan juga." berdusta. Eliza meringis dalam hati, merafalkan permohonan ampun karena sudah melontarkan kalimat bohong barusan.

Celine terkekeh kecil. "Kamu ini lahir dari rahim Mami, El. Mami yang rawat kamu dari bayi sampe segede sekarang. Bisa-bisanya kamu menyangkal feeling seorang ibu yang bahkan bisa mengerti keadaan mood kamu sewaktu bayi, saat kamu bahkan cuma baru bisa nangis doang?"

Amin Yang Sama (SUDAH TERBIT)Where stories live. Discover now