-02. Setan Berparas Malaikat

19.1K 1.5K 22
                                    

Hari ini, untuk pertama kalinya selama hampir tiga tahun Eliza sekolah di SMA Garuda, ia datang tepat waktu

Ops! Esta imagem não segue as nossas directrizes de conteúdo. Para continuares a publicar, por favor, remova-a ou carrega uma imagem diferente.

Hari ini, untuk pertama kalinya selama hampir tiga tahun Eliza sekolah di SMA Garuda, ia datang tepat waktu. Benar-benar moment langka, karena bahkan sewaktu MOS pun gadis itu datang tepat ketika gerbang sekolah sudah hampir tertutup. Disiplin benar-benar tidak ada di dalam kamus hidup Eliza.

"Abis kejedot dimana kepala lo, Za?" pertanyaan bernada sindiran dari cewek ber-poni yang sedang nangkring di depan pintu dibalas Eliza dengan delikan malas.

Sebuah tarikan pada lengannya menghentikan langkah Eliza yang hendak masuk kelas. Dia membalikan tubuh, bersiap mengomeli seorang Hanum Elora yang telah berani mengganggunya sepagi ini.

"Kepala lo aja yang gue jedotin, mau?" sarkasnya.

Hanum reflek menjauhkan kepala, takut kalau Eliza merealisasikan perkataannya. "Bayar kas, Anak Sultan! Mobil lamborghini, kas kelas nunggak, malu noh sama tas gucci lo," cibir Hanum. Cewek yang menjadi satu-satunya teman perempuan yang dekat dengan Eliza di sekolah tersebut mengadahkan tangannya. Memang hanya Hanum seorang yang bisa sebar-bar ini pada ratu sekolah.

"Nih! Jangan sampe gue tepok pake black card jidat lebar lo!" Eliza melangkah memasuki kelas setelah memberikan sejumlah uang pada Hanum.

"Mau dong! Pasti jidat gue auto kaget kena tepok black card. Kapan lagi ye 'kan?" Hanum terkekeh sambil mengikuti langkah sahabatnya tersebut. "Semalem lo kemana? Kok ngilang dari sirkuit," tanyanya mengalihkan pembicaraan.

"Gue diseret Mas Ethan, sampe rumah diamuk nyokap."

"Gak dibelain Mas Ethan?"

"Orangnya udah balik."

Hanum mengangguk-anggukkan kepalanya. "Apa kabarnya calon suami kita, Za?"

Eliza melotot pada cewek ber-cardy moca di depannya. "Zaman sekarang emang lagi marak-maraknya perebut laki orang, ye. Baek-baek lu, kena karma tau rasa."

"Dih, amit-amit!" Hanum mengetok kepalanya pelan lalu beralih pada cowok berkacamata yang tadinya anteng sedang bermain game di ponselnya.

"Ape si, anjir! Kagak usah bagi-bagi sial deh, gue gak butuh. Hidup gue aja sial mulu," protes cowok itu.

Hanum mencabikan bibirnya, lalu kembali menatap ke arah Eliza. "Za, kalian gak berdua aja kan balik dari sirkuit?" tanyanya kemudian.

Sejenak Eliza terdiam, kembali mengingat kejadian dini hari saat Ethan menyeretnya pulang dari arena balap liar.

"Jangan bilang iya lagi? Gila sih, kasian Mas Ethan-nya kalau hafalan dia tambah rusak. Mana pakean lo udah kek cewek mau jual diri lagi semalem." celotehan Hanum dibalas Eliza dengan pelototan kesal. Temannya satu ini memang sampah sekali mulutnya. Sekali-sekali perlu ia ajak kalau sedang diceramahi Ethan, siapa tahu tobat mendadak.

"Lo gak tau aja, gue sampe gak tidur gara-gara mikirin itu. Merasa berdosa banget gue, berasa jadi setan berparas malaikat."

Hanum bergidik. "Masih sempet aja buat narsis," cibirnya.

Amin Yang Sama (SUDAH TERBIT)Onde as histórias ganham vida. Descobre agora