-39. Cinta Terakhir

7.6K 910 528
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Eliza dan Hanum mendapatkan kamar khusus yang disediakan Alisha, yang mana hanya mereka bertigalah yang menempati ruangan tersebut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Eliza dan Hanum mendapatkan kamar khusus yang disediakan Alisha, yang mana hanya mereka bertigalah yang menempati ruangan tersebut. Katanya, kamar tersebut dulu merupakan kamar milik Alisha dan sahabatnya yang kini sedang melanjutkan pendidikan di Kairo, Mesir.

"Jadi, waktu sahabat Ning Alisha keluar dari pesantren, Ning Alisha tidur sendiri dong?" tanya Eliza di tengah kesibukannya merapihkan barang-barang yang ia bawa. Saat ini, mereka memang sedang menata pakaian juga barang-barang di kamar baru yang akan mereka tempati dalam kurun waktu kurang lebih tiga bulan ke depan, rencananya.

"Awalnya sih iya, tapi satu bulan terakhir udah engga, soalnya disuruh pindah sama Gus Alif ke Ndalem," jelas Alisha. "Aku punya kamar di Ndalem, tapi enakan di asrama, jadi tidur di sana di waktu-waktu tertentu aja."

Mendengar nama Gus Alif disebut, entah kenapa membuat Hanum mendadak jadi tidak fokus. Gadis ber-gamis biru tua dengan pashmina yang hanya disampirkan di bahu itu menggeleng-gelengkan kepalanya, berusaha mengenyahkan pikiran apapun tentang laki-laki itu.

"Gus Alif sekarang masih kuliah?" Hanum berdecak karena kini seorang Rayna Eliza justru memulai topik tentang laki-laki bernama lengkap Muhammad Alif Al-Hafiz tersebut. Yap, orang yang sama dengan orang yang ia temui beberapa bulan lalu. Dialah si penulis buku berjudul 'Jalan Untuk Pulang'.

"Iya, masih. Udah semester akhir sih, udah tinggal wisuda."

Eliza mangut-mangut. "Aku denger-denger, Ning Alisha bukannya mau nikah, ya?" tanyanya lagi. Ia juga baru ingat dengan perkataan Celine beberapa waktu lalu, yang mengatakan kalau Ning Alisha dijodohkan.

Alisha terkekeh kecil. "Waktu itu emang Abi sempet jodohin aku sama salah satu anak sahabatnya. Aku gak menolak, tapi aku pengen menikah setelah Gus Alif menikah. Aku gak mau melangkahi beliau," jelasnya.

"Memangnya, Gus Alif ada rencana menikah dalam waktu dekat?" pertanyaan itu meluncur begitu saja dari mulut Hanum, tanpa bisa gadis itu kendalikan. Jujur saja, ia sedikit terkejut dan agak penasaran.

"Katanya, habis wisuda dia siap buat nikah. Tapi, calonnya yang belum siap."

Hanum tercenung sejenak. Dia hendak bertanya kembali namun, suara azan mau tak mau membuat niatnya urung. Tadi mereka memang sempat berkeliling pesantren dulu ditambah shalat dhuha, jadilah menjelang zuhur baru bisa beres-beres kamar asrama.

Amin Yang Sama (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang