Gasya (End)

By EgiIslamiantiP

22.3K 880 1

16+ Bagi Bagas, Rasya itu lucu, menarik, apa adanya, tidak jaim, galak, dan dia tidak manja. Mungkin itu saja... More

Sakadar Ucapan
Bab 1
Bab 2
Bab 3
Bab 4
Bab 5
Bab 6
Bab 7
Bab 8
Bab 10
Bab 11
Bab 12
Bab 13
Bab 14
Bab 15
Bab 16
Bab 17
Bab 18
Bab 19
Bab 20
Bab 21
Bab 22
Bab 23
Bab 24
Bab 25
Bab 26
Bab 27
Bab 28
Bab 29
Bab 30
Bab 31
Bab 32
Bab 33
Bab 34
Bab 35
Bab 36
Bab 37
Bab 38
Bab 39
Bab 40
Bab 41
Bab 42
Bab 43
Bab 44
Bab 45
Bab 46
Bab 47
Bab 48
Bab 49
Bab 50
Bab 51
Bab 52
Bab 53
Bab 54
Bab 55
Bab 56
Bab 57
Bab 58
Bab 59
Bab 60
Bab 61
Bab 62
Bab 63
Bab 64
Bab 65
Bab 66
Bab 67
Bab 68
Bab 69
Bab 70
Bab 71
Bab 72
Bab 73 [End]

Bab 9

322 20 0
By EgiIslamiantiP

Melihatmu bersamanya, mengapa aku tak terima?
Apa arti dari semua ini?

^Bagas Emilio^

________


Bagas berjalan menuju lapangan bersama teman sekelasnya, karena pagi ini mereka ada pelajaran olahraga.

Mereka semua berbaris dengan rapi, karena pak Darma sudah stay di tengah lapangan.

Pak Darma mengabsen satu persatu murid di kelas XI IPS 3.

"Rasya Abigail." Melihat ke seluruh murid, tapi dia tidak melihat seorang Rasya.

"Kemana Rasya?"

"Maaf, Pak. Tadi belum sempat izin, dia sedang rapat bersama anggota OSIS untuk acara minggu depan." Rere memberi alasan pada pak Darma.

"Dokumentasi ya?"

"Iya, Pak." Kemudian pak Darma mengangguk tanda mengerti, lalu ia menitah semua murid untuk melakukan pemansan sebelum berlari mengitari lapangan yang lumayan luas ini.

Setelah selesai pelajaran olahraga, mereka semua di beri istirahat sebelum akhirnya memasuki pelajaran berikutnya.

"Re," sapa Bagas pada Rere.

"Kenapa?"

"Emang bener, dia lagi rapat buat acara minggu depan?"

"Iya bener, tadi kan Fathur sendiri yang ke kelas. Eh iya, tadi lo ke toilet. Tapi kenapa lo gak nanya sama dua kunyuk lo itu, kan mereka ada di kelas tadi?"

"Emang salah kalo gue nanya lo? Biar mastiin bener atau enggak."

"Ya iya deh, terserah abang Bagas saja lah." Rere pun pergi dari hadapan Bagas untuk menuju kantin, karena ia haus.

Bagas terdiam sebelum akhirnya namanya terpanggil oleh Doni dan Farhan.

Ia segera menghampiri mereka berdua yang sedang duduk di pinggir lapangan, dengan tiga botol minuman di sana.

Menegak minuman tersebut dan habis. Rasanya ia sangat haus sekali, juga berhubung cuaca pagi ini sangat terik.

***

"Sya, mau langsung ke kelas?"

"Iya, gue mau langsung ke kelas. Bentar lagi ganti pelajaran soalnya, lo masih sibuk?"

"Oh gitu, ya udah gih. Seperti yang lo lihat ini, gue bener-bener sibuk. Zidan aja kadang ikut-ikutan sibuk gara-gara gue, lagi pula anggota OSIS masih disini. Sebelumnya makasih ya, Sya."

"Keliatan banget kok lo sibuknya. Makasih mulu lo, santai kali. Ya udah gue ke kelas duluan ya, dah." Asya pamit dari hadapan Fathur menuju kelasnya.

Fathur yang masih berdiri di ambang pintu ruang OSIS pun tersenyum, sambil matanya terus manatap kepergian Rasya. Entah apa yang di rasakannya, kini ada rasa bahagia. Sudah lama ia tak mengobrol banyak dengan Rasya, rasanya kini berbeda.

Padahal sepagi ini kerjaannya sangat banyak, lelah sudah pasti. Tapi kini rasa lelah itu lenyap perlahan, akibat seorang perempuan yang ia ajak untuk bergabung dalam rapat tadi. Perempuan dengan sifat sedikit jutek dan galak itu, siapa lagi jika bukan Rasya.

"Ngapain disini?" tanya Zidan saat dia baru saja kembali dari toilet.

"Ah, itu. Udah ayo masuk!" sanggahnya pada Zidan.

Zidan melihat ke seluruh koridor, tapi tidak ada yang spesial. Karena koridor saat ini sepi, terkecuali ada pak Maman. Tukang bersih-bersih sekolah. Tidak mungkin bukan, jika Fathur memperhatikan pak Maman?

Dengan segala pemikiran Zidan, akhirnya ia juga ikut masuk ke ruang OSIS. Kerjaan mereka masih banyak yang belum di selesaikan.

***

Bagas melihat bangku di depan kini sudah terisi. Lengkungan bibir ke atas terpatri di wajahnya. Melihat orang di depan sudah duduk di singgasananya, kini malah bahagia.

"Heh, senyum-senyum sendiri, mirip orang gila lo." Doni menegur Bagas kala mana ia melihatnya tersenyum sendirian.

Bagas memutar bola matanya. Hancur sudah imajinasi yang sudah memenuhi otak, akibat ulah sahabatnya.

"Bisa diem gak itu mulut? Rese lo ya, gangguin orang aja kerjaannya."

"Hiih, sensian amat lo. Kaya cewek pms," sinis Doni.

Bagas menghiraukan ucapan Doni. Ia meraih ponsel yang ada di kolong meja dan mulai memainkannya.

Belum ada lima menit Bagas memainkan ponselnya, ia teringat akan suatu hal.

"Sya," panggil Bagas.

"Hmm," hanya gumaman seperti itu yang keluar dari mulut Asya, tanpa menoleh.

"Ck, kalo ada orang ngomong tuh di lihat orangnya, di kira enak apa ngomong sama punggung doang."

Asya segera menoleh ketika Bagas berucap seperti itu.

"Kenapa?" ujarnya malas.

"Lo ikut serta dalam acara minggu depan?"

"Iya, terus?"

"Gak, gue cuma tanya."

"Apa si, Gas. Pertanyaan lo gak penting, tanpa lo tanya ke gue juga pasti lo udah tahu dari temen-temen."

"Cuma mau mastiin."

Asya jengah Bagas membahas hal yang tak penting, ia memutar badannya kembali ke depan. Tapi belum sampai sepenuhnya hadap depan, lengannya di tahan oleh Bagas.

Bagas diam sebentar melihat raut wajah Asya yang benar-benar cantik. Tidak, bukan itu tujuannya. Oh ayolah Bagas, lo harus fokus.

Asya mengernyit karena Bagas tak kunjung berbicara, mulutnya ingin bergerak tapi sudah keduluan oleh Bagas.

"Dokumentasi kerjanya sama Zidan kan?" Asya mengangguk.

"Terus kalo sama Fathur gak ada hubungannya kan?" Asya bingung dengan pertanyaan Bagas.

"Jangan deket-deket Fathur, gue gak suka." Bagas berbicara dengan nada pelan, seperti berbisik. Setelah itu ia menjauhkan jaraknya dengan Asya, dan mulai memainkan ponselnya kembali.

Asya segera berbalik badan, ia ingin cepat cerita tentang hal ini pada Rere. Karena sahabatnya itu sedari tadi tak kunjung datang dari toilet.

Ini benar-benar aneh, ia berpikir Bagas salah minum obat. Mengapa jadi posesif seperti itu? Dan apa urusannya jika ia dekat dengan Fathur, memang dia siapa?

 ***

Rasya saat ini sedang berada di sofa depan televisi, ia menonton acara talk show sambil memakan keripik singkong yang di sediakan di toples kecil.

"Asya," panggil Damian ketika baru saja menurunkan bokongnya di sofa satu lagi dekat dengan Asya.

"Kenapa, Pah?"

"Gimana sekolah kamu?"

"Baik, gak ada masalah apapun." Asya berhenti memakan keripik dan toples itu di simpan ke meja, kini ia sepenuhnya menghadap Damian. "Emang ada apa, Pah? Tumben-tumbenan nanya sekolah aku?"

"Enggak, hanya ingin tahu saja. Oh iya, gimana hubunganmu dengan Bagas?"

"Masih sama usilnya. Tapi sekarang dia agak aneh, masa tiba-tiba jadi posesif gitu sama aku." Asya mengadu sambil mengerucutkan bibirnya.

Damian terkekeh kala Asya berkata jika Bagas posesif, ia berpikir Bagas mulai ada hati. "Dia suka kali sama kamu," tebak Damian.

"Kan, sekarang malah Papah yang aneh. Orang kaya dia suka sama aku, itu suatu hal yang tidak mungkin."

"Gak ada yang gak mungkin, Sya. Siapa tahu bener, kan?" serobot Damian ketika Asya membantah hal itu.

Asya tak berkutik ia melamun sebentar dan menghadap televisi kembali. Matanya memang ke sana, tapi pikirannya sudah kemana-mana.

"Udah, kamu gak usah pikirin kata-kata Papah. Itu hanya tebakan, takut salah kaprah juga. Papah ke dalam ya, mau istirahat, kamu jangan malam-malam tidurnya." Asya hanya mengangguk sebagai jawaban, pikirannya masih melayang di pembahasan tadi.

Renaya dan Damian berbicara hal yang sama, jika Bagas suka dengannya. Tapi berkali-kali hal itu di bantah olehnya, itu sangat tidak mungkin.

Bagas Emilio sang jahil akut, suka dengan Rasya Abigail, sang korban keusilannya.

Asya bergidik ngeri memikirkan hal itu, ia segera mematikan televisinya dan mulai beranjak dari sana menuju kamarnya. Ingin rehat dari pikiran-pikiran yang aneh.

________

To be continue

Thank you ❤

Continue Reading

You'll Also Like

13M 628K 42
"Tidak ada yang salah denganmu, Kau cantik... tapi aku tidak mencintaimu." Kinara Arabela tidak pernah menyangka jika pernikahannya hanya sebatas sta...
5.7K 143 36
Seseorang mengubah hidupmu. Mengubah segala sesuatu yang tidak kamu sukai menjadi sesuatu yang selalu kamu rindukan. Mengubah sikap burukmu menjadi l...
1.5K 128 51
Cinta Membuat ku berubah- . . . My first story! I hope you like it and don't forget to vote & add this story to your library! Thank you!
2M 173K 70
[FOLLOW PENULISNYA! JIKA SUKA KARYANYA] (COMEDY-ROMANCE) Deket boleh, saling sayang juga boleh. Namun, apa gunanya semua itu jika keduanya tidak memi...