Gasya (End)

By EgiIslamiantiP

22.3K 880 1

16+ Bagi Bagas, Rasya itu lucu, menarik, apa adanya, tidak jaim, galak, dan dia tidak manja. Mungkin itu saja... More

Sakadar Ucapan
Bab 1
Bab 2
Bab 3
Bab 4
Bab 5
Bab 7
Bab 8
Bab 9
Bab 10
Bab 11
Bab 12
Bab 13
Bab 14
Bab 15
Bab 16
Bab 17
Bab 18
Bab 19
Bab 20
Bab 21
Bab 22
Bab 23
Bab 24
Bab 25
Bab 26
Bab 27
Bab 28
Bab 29
Bab 30
Bab 31
Bab 32
Bab 33
Bab 34
Bab 35
Bab 36
Bab 37
Bab 38
Bab 39
Bab 40
Bab 41
Bab 42
Bab 43
Bab 44
Bab 45
Bab 46
Bab 47
Bab 48
Bab 49
Bab 50
Bab 51
Bab 52
Bab 53
Bab 54
Bab 55
Bab 56
Bab 57
Bab 58
Bab 59
Bab 60
Bab 61
Bab 62
Bab 63
Bab 64
Bab 65
Bab 66
Bab 67
Bab 68
Bab 69
Bab 70
Bab 71
Bab 72
Bab 73 [End]

Bab 6

436 26 0
By EgiIslamiantiP

Kata manis yang ku ucap bukan bualan semata, tapi itu sebuah ketulusan.

________


"Ho-aaa ho-eee, Kau yang selalu ku puja-puja ...
Namamu terukir indah ...
Gelapnya indah dunia ...
Terluka penuh kecewa ...
Luka tiada mengesan ...
Larut kesepian." Kelas XI IPS 3 ramai akan nyanyian dangdut, sontak sebagian murid ada yang asik bergoyang juga ikut-ikutan bernyanyi. Karena kebetulan guru tidak hadir, jadilah mereka seperti ini.

Yang pertama mengajak itu Doni, lalu disusul Farhan dan Bagas. Setelah itu hampir seluruh murid ikut-ikutan gilanya mereka bertiga.

Sementara Rasya memutar bola matanya malas juga berdecak berkali-kali, karena kelasnya sudah seperti pasar gembrong. Yang ia lakukan ialah menyumpal kedua telinganya dengan earphone, lebih baik mendengarkan lagu melalui ponselnya dibandingkan mendengarkan mereka bernyanyi dengan suara yang tidak ada bagusnya sama sekali. Rere yang duduk di samping Rasya sih menikmati saja pertunjukan kelasnya, dan itu sampai membuatnya tertawa.

"Lagu apa lagi guys?" tanya Doni saat mereka menyelesaikan lagu pertamanya tadi.

"Shawn Mendes - Imagination, dong." Vika salah satu murid di kelas itu memberi saran, lagu apa yang ingin dinyanyikan selanjutnya.

"Nah kalo lagu itu cocok lo nyanyiin, Gas." Farhan menyerahkan gitar yang memang ia bawa pada Bagas.

Bagas segera mengambil gitar, tiba-tiba semuanya langsung terdiam. Berbeda saat tadi mereka menyanyikan lagu pertama. Sontak hal itu membuat mata seorang Rasya melihat sekitar semua teman-temannya. Ada yang aneh pikirnya.

Rere yang melihat Rasya kebingungan segera melelas earphonenya, setelah itu di letakkan di meja. Menitah Rasya untuk melihat Bagas yang sudah ada gitar di pangkuannya.

Petikan gitar sudah mulai terdengar di kelas XI IPS 3, lalu Bagas mulai bernyanyi dengan santai.

"Oh, there she goes again ...
Every morning it's the same ..
You walk on by my house ...
I wanna call out your name ...
I want to tell you how beautiful you  are from where I'm standing ...
You got me thinking what we could because ...
I keep craving, craving, you don't know it but it's true ...
Can't get my mouth to say the words they want to say to you ...
This is typical of love ..
Can't wait anymore, I won't wait
I need to tell you how I feel when I see us together forever."

Rasya melihat Bagas bernyanyi seketika terkagum. Ini memang bukan pertama kali baginya, karena Bagas sering tampil di acara sekolahnya sejak kelas 10. Tapi mendengar seorang Bagas bernyanyi, tetap saja masih merasa kagum. Terlebih lagu yang dinyanyikan seperti dari hati.

"In my dreams you're with me ...
We'll be everything I want us to be ...
And from there, who knows, maybe this will be the night that we kiss for the first time ..
Or is that just me and my imagination."

***

Ketika jam istirahat mereka segera keluar kelas menuju kantin, karena perut sudah lapar minta di isi makan.

"BAGAS," teriak Rasya saat kunciran rambutnya di lepas.

"Rese banget si lo, balikin kunciran gue!" Rasya meminta kuncirannya oada Bagas yang sudah di ambang pintu.

"Mau ini?" Tanpa di duga kunciran itu di buang begitu saja lewat pembatas pagas koridor, otomatis Rasya langsung melotot pada Bagas.

"ISHHHH, BAGAS. KOK LO BUANG SI?" Lagi dan lagi ia berteriak pada Bagas, Rasya murka padanya.

Doni dan Farhan sudah wanti-wanti, mereka pun segera kabur disusul Bagas di belakangnya.

"BAGONG, JANGAN KABUR LO WOYYY!" Rasya ingin mengejar Bagas tapi tangannya di cekal oleh Rere.

"Ngapain lo tahan gue?"

"Udah gak usah ribut ya, gak usah ngejar Bagas. Nanti kita beli lagi kuncirannya." Rere seolah menenangkan macan yang sedang ngamuk.

Padahal tadi masih baik-baik saja hubungan mereka, tapi istirahat tiba ternyata Bagas mulai jahil kembali.

Memang ya kalau sudah watak seperti itu tidak akan hilang dengan mudahnya.

"Sya, gue pesen dulu." Rere pamit untuk pesan makanan mereka berdua, sementara Rasya menunggu sambil memainkan ponsel.

Suara kursi berdenyit masuk ke telinga Rasya, padahal Rere baru saja memesan dan pasti menunggu disana. Ia segera menoleh siapa orang yang duduk di bangku dekat dengannya.

"Amel?" Rasya berucap lebih kepada bertanya, karena bingung dengan kehadiran Amel.

"Hai, Kak. Kemarin kita belum sempat ngobrol-ngobrol loh, udah keburu diambil sama kak Bagas."

"Ah, iya. Kenalin gue Rasya, panggil aja Asya."

"Gue Amel, pasti kakak udah tahu gue. Karena gue suka di antar jemput akhir-akhir ini sama kak Bagas."

"Yang semalam itu ... benar? Kalo lo sepupunya Bagas?"

Amel tersenyum sebelum menjawab, "Iya, gue emang sepupunya dari seorang cowok yang usil sama kakak."

Amel tertawa dan Rasya juga ikut tertawa dengan ucapannya.

Tak lama Rere kembali membawa makanan yang mereka pesan tadi dan meletakkannya di meja. Kemudian Rasya dan Rere menyantap makanan tersebut, sesekali di selingi obrolan ringan oleh Amel.

***

"Farhan oh Farhan mengapa engkau kecil."

"Macem mana aku tak kecil, Sian tindih aku, Sian tindih aku." Sian ialah teman mereka dengan postur tubuh tinggi besar, maka dari itu mereka terkadang suka bercanda dengan memakai nama Sian.

Sang empu sudah kebal dengan perkataan teman-temannya, malah ia menanggapinya itu sebuah hal lucu.

"Pak Jarwo dateng woy, jangan berisik." Dikta ketua kelas mereka memberitahukan bahwa guru mereka akan segera masuk ke kelas, ia melihatnya tadi saat sehabis dari toilet.

Semua murid XI IPS 3 segera diam dan rapi di tempat duduknya masing-masing.

"Siang," sapa pak Jarwo.

"Siang, Pak." Semua murid menjawab dengan serentak.

Selama kegiatan belajar berlangsung, semua murid tidak ada yang ribut dan memperhatikan pak Jarwo dengan baik.

Pak Jarwo guru Matematika yang killer, jika ada saja yang membuat ribut di pelajarannya. Habis sudah nilai sebelumya dihapus.

Kini di penghujung pelajaran. Bel istirahat kedua telah di bunyikan, semua murid bernapas lega lantaran pelajaran yang sangat di hindari sebagian murid XI IPS 3 telah usai.

Mereka segera berbondong-bondong keluar kelas karena ada yang ke kantin kembali, ataupun hanya sekedar nongkrong di dekat lapangan. Biasanya istirahat kedua ini, kelas XII bermain basket di lapangan outdoor. Tau lah ya, tabi'at siswi seperti apa. Mencari cowok-cowok ganteng yang enak di pandang.

"Mau kemana?" tanya Rasya pada Rere yang sudah berdiri dari tempat duduk, di sampingnya.

"Mau beli es, lo mau?"

"Nitip susu vanila dong," jawab Rasya.

"Ok." Setelah itu Rere segera keluar kelas menuju kantin untuk membeli es dan susu titipan Rasya.

Rasya sedari tadi masih saja bermain ponsel, ia tidak menyadari jika masih ada Bagas di dalam kelasnya ini.

Bagas melempar gumpalan kertas tepat ke kepala Rasya. Dan Rasya menoleh pada si pelempar kertas. Rasya menatap Bagas tak suka, ia pun segera mengambil sesuatu di kolong mejanya. Untung saja masih ada kardus bekas ia makan pocky. Tanpa pikir panjang Rasya segera melemparkan benda itu tepat di wajah Bagas, sang empu mengaduh kesakitan karena lemparannya lumayan kencang, dan tepat di hidung mancungnya.

"Emang enak lo, makanya jangan iseng sama gue." Rasya tertawa puas melihat raut wajah Bagas.

***

Bagas berjalan santai di koridor yang sudah cukup sepi. Karena sebagian dari mereka sudah pulang ke rumahnya masing-masing, yang masih di sini paling hanya anggota osis atau yang memiliki ekskul.

Saat ia ingin menuju parkiran, terlihat seorang gadis tengah menendang-nendang ban motornya yang sepertinya kempes.

Bagas segera menghampirinya dan sudah di duga, itu musuh rivalnya.

"Lo tendang beribu kali juga gak akan bener tuh ban," ucap Bagas.

"Apa sih lo, ganggu aja." Rasya menjawabnya dengan nada kesal.

"Bareng gue aja, gue sendiri gak sama Amel." Bagas menawarkan Rasya untuk pulang bersama.

Rasya menghiraukan ajakan Bagas. Ia segera menghubungi mamahnya untuk menjemput dirinya.

Tapi ...

Maaf sayang, mamah lagi ada pesanan banyak. Kamu naik taksi aja dulu ya, mamah tutup, dah.

Ternyata Marinka tidak bisa menjemput Rasya, dikarenakan sibuk dengan pekerjaannya.

Ketika Bagas sudah bersiap dengan motornya, Rasya segera menghalangi Bagas.

"Gas, masih berlaku, kan?"

Bagas tersenyum menanggapi Rasya. Setelah itu, ia mengangguk tanda mengiyakan.

Rasya segera mengambil helm miliknya dan segera menaiki motor Bagas. Dan Bagas sempat bilang pada Rasya jika motornya akan segera di urus orang bengkel langganan Bagas.

_______

To be continue ...

Thank you ❤

Continue Reading

You'll Also Like

1.5K 128 51
Cinta Membuat ku berubah- . . . My first story! I hope you like it and don't forget to vote & add this story to your library! Thank you!
5.7K 143 36
Seseorang mengubah hidupmu. Mengubah segala sesuatu yang tidak kamu sukai menjadi sesuatu yang selalu kamu rindukan. Mengubah sikap burukmu menjadi l...
15.9K 2.5K 50
(UTAMAKAN FOLLOW DULU SEBELUM BACA. MAKASIH)💙 Meila Putri Azahra gadis yang terpaksa meninggalkan Kota kelahirannya demi pekerjaan sang ayah, kini m...
626K 17.4K 49
Cerita sudh end ya guys, buru baca sebelum BEBERAPA PART DIHAPUS UNTUK KEPENTINGAN PENERBIT. Kata orang jadi anak bungsu itu enak, jadi anak bungsu...