Karena Piknik Kilat ✔ (SELES...

By petikpertama

1.1M 99.5K 1.4K

Ceisya gak pernah tau kalau semesta akan mempertemukannya lagi dengan Arga. Si cowok Indonesia yang dulu per... More

Prakata & Prolog
One: Holiday
Two: Pertemuan & Sugar Pilot
Three: Cabe Afrika
Four : Gossip
Five : Doa
Six : Attention
Seven : Berjemur
Eight : Cinderella Sepatu Converse
Nine : Mistake
Ten : Motor Mogok
Eleven : Foto Evelyn
Twelve : Telefon Nyonya Anita
Thirteen : Bastard
Fiveteen : Senja
Sixteen : Sahabat Wanita
Seventeen : Special
Eighteen : Hati Melemah
Nineteen : Reveal
Twenty : Pendukung
Twenty one : Penjelasan Hari Itu
Twenty Two : Bandara
Twenty Three : Special Treasure
Twenty Four : Hadiah Luna
Twenty Five : Telfon Pertama Arga
Twenty Six : Calon Suami
Twenty Seven : Kakak Perempuan
Twenty Eight : Rival Wanita
Twenty Nine : Pelukan Hangat
Thirty : Panggilan Sayang
Thirty One : Tempat Untuk Pulang
Thirty Two : Perasaan Rindu
Thirty Three : Rahasia Argadinata Nuswan
Thirty Four : Lamaran Arga
Thirty Five : Foto Arga
Thirty Six : Date !!
Thirty Seven : Camer (part 1)
Thirty Seven : Camer (part 2)
Thirty Eight : Sosok Galih Nuswan
Thirty Nine : Datangnya Si Bungsu (Part 1)
Thirty Nine : Datangan si Bungsu (Part 2)
Fourty : Rencana Besar Hari
Fourty One : Tolong Jaga Arga
Fourty Two : I Love You
Fourty Three : Big Gift
Fourty Three : Big Gift ( Part 2 )
Fourty Four : The Happy Ending.
Epilog : The Wedding
Extra Part 1 (Special Adnan Edition).

Fourteen : The Beach Secret

22.6K 2K 45
By petikpertama

Fourteen : The Beach Secret



      "ARGA SIALAAAN..." aku berteriak sebal. Berjalan cepat menorobos Miya yang baru saja keluar dari kamar mandi. Membuatnya jadi mencak-mencak tak jelas karena hampir saja tersandung jatuh.

"Apa sih Sya?!" Miya menendang kakiku kecil. Sudah menatapku horor yang sedang menggelosor di karpet lantai kamar hotel sambil merengek sebal.

Aku tak menjawab. Makin merengek kesal sambil mengacak rambut frustasi. Ingatan menyebalkan itu kembali terulang. Ingatan yang setengah mati ku kubur hingga ke dasar memori terdalam.

Ingatan yang sengaja ku ikat rapih lalu kumasukan kotak yang kuncinya ku buang bersama Arga yang hilang pergi.

Lalu mendadak, saat Arga muncul bagai jalangkung yang tak diundang. Memori ikatan rapi itu kian ikut melebur terbang berceceran.

Ibarat nasi padang yang dibungkus dengan karet elastis berkualitas tinggi. Ternyata kertas bungkusnya justru berbahan tipis. Belum lagi harus terkontaminasi bumbu saus padangnya yang terus merembes ke bagian kertas luar.

Lalu tak lama, saat terkena benturan kecil, sebuah kedipan tak berarti. Karetnya ikut jebol, nasi dan rendangnya jatuh dengan dramatis membuat aromanya tercium semerbak hingga satu ruangan.

Oke, mungkin ini agak ngawur. Tapi Arga benar-benar membuat segala jadi diluar kendali.

Tidak terencana.

Kehadiran Arga saja sudah hampir membuat pertahananku roboh. Segala sumpah serapah yang kubuat bagai puisi hanya bisa terucap dibelakang cowok itu.

Tapi kenapa? Kenapa Arga membuat segalanya menjadi jelas? Kenapa Arga selalu bisa membuatku seperti laut sebelum tsunami. Diam tenang lalu setelah seluruh kalimat dan perlakuannya yang meng-gemparkan, aku kejang bagai air yang dimuntahkan dahsyat hingga manabrak ke arah tak menentu.

Jadi Arga itu apa? Kenapa dia selalu bisa mengobrak-abrik hari serta hatiku?!



"ARGGHHH KENAPA LO DATENG LAGI SIH HAH? KENAPA LO DATENG KE BALI? KENAPA SEMESTA BUAT LO DATENG LAGI SAMA GUE? KENAPA?!!" teriakku histeris bergulung kesana-kemari. Tak lagi menghiraukan Miya yang kulihat dipojokan sedang menciut takut melihatku seperti kesetanan.

Aku mendengus. Bangkit duduk dengan tegap sambil menarik rambut kebelakang.

Tidak, aku harus tetap tenang. Aku tidak boleh cepat ambyar begini. Tidak secepat ini.

Aku tidak boleh kalah darinya. Kalau dia bisa dengan muda mempermainkan hatiku. Aku juga tidak boleh kalah. Aku harus mulai menyusun strategi untuk membalas semua tentangnya. Kalimat, perlakuan, dendam, sampai sakit hati yang kuterima.

Akan ku kembalikan!! Mata dibalas mata. Gigi dibalas gigi.

Jika dia ingin main-main denganku. Mulai detik ini, mari kita mulai permainannya!

Aku menoleh pada Miya, langsung tersenyum penuh arti namun malah membuat Miya makin menatapku horor.

"Sya bener yah lu kenapa siiihhh? Gue panggilin Kak Adnan yah? Biar di ruqyah sekarang?" Kata Miya makin menjauh dariku. Meraih ponsel ditempat tidurnya sudah ingin benar-benar menghubungi kakak ku itu.

Aku makin tersenyum lebar. Bangkit meloncat dari duduk segera berjalan menghampirinya.

"Eeehhh lo ngapin deket-deket? Wush menjauh dari gue!!!" Teriak Miya malah makin bergerak ke pojok.

Aku mendecak. Menahan pergelangan tangannya membuatnya malah memekik kencang hingga nyaring.

"Sssttt... dengerin gue!" Tanganku membungkam mulutnya. Membuat Miya jadi berhenti berteriak namun kedua matanya malah melotot padaku.

"Bantuin gue," kataku dengan yakin dan semangat.

Mata Miya kini perlahan jadi mengerjap, kedua alisnya bergerak merapat seakan bertanya padaku.

"Balas dendam ke si cabe Afrika,"



~~♡~~



Sepertinya, tuhan memang tidak pernah mengizinkanku untuk balas dendam pada Arga.

Sepertinya..., semesta memang lebih senang mengerjaiku agar aku tidak bisa menyentuh Arga kesayangannya.

Aku kira semua akan berjalan dengan sangat lancar. Apalagi berkerjasama dengan Miya membuatnya jauh terasa lebih mudah. Dari mulai mengajak para sepupuku untuk berwisata ke pantai pandawa. Lalu berencana bermain bersama disana hampir sepanjang hari. Apalagi saat kulihat langit, cuaca hari ini sangat mendukung. Tidak panas tapi tidak juga mendung. Hanya berawan.

Aku sudah sangat antusias saat sepupu menyutujui ide Miya -ideku sebenarnya-. Ditambah tanpa perlu repot, Kak Gyuma bilang akan mengajak para teman gengnya yang berarti Arga, akan ikut bersama kami.

Tapiiiiii.... Tak ada hujan tak ada pula angin. Gluduk tiba-tiba menyambarku. Saat satu jam sebelum kami berangkat, perutku mendadak sakit. Teramat sakit. Tidak sampai disitu. Pinggangku terasa mau putus, dan saat aku cek. Benar saja, tamu yang tak kuundang hari ini datang.

Ya semuanya. Aku datang bulan.

Aku jarang punya tanggal tetap jika datang bulan. Makanya aku hanya bisa siap selalu sedia. Jarang juga aku merasakan nyeri sebelum tamu bulanan datang. Tapi hari ini, perutku tiba-tiba saja sangat sakit. Seperti diperas dibagian dalam rasanya benar-benar membuatku meringis kesakitan. Belum lagi pinggang ku yang pegal teramat.

Walau sakitnya timbul hilang, tapi jika kambuh aku benar-benar tidak bisa berbuat apa-apa. Bergerak saja rasanya malas. Aku sendiri selama perjalanan hanya bisa duduk teang dimobil tanpa banyak bicara. Berkali-kali meringis karena memaksa ikut ingin pergi melihat sunset.

Semoga saja kali ini Arga tidak merecohkan ku.

Kami sampai dan turun dari mobil pukul tiga sore. Hari ini pantai kelihatan tidak terlalu cukup ramai. Walau tidak bisa ku katakan sepi juga karena melihat ada beberapa orang sedang menyiapkan setting tempat entah untuk syuting atau pesta.

Aku tidak ikut bermain dengan para sepupuku. Miya dan Kak Irene tadi sudah lebih dahulu berlarian menuju pantai sambil bermain air. Kak Adnan dan kak Mark lebih memilih menyusuri pantai sambil berfoto ria. Kak Benji dan kak Arema juga ikut berenang dengan Miya dan kak Irene. Sedangkan Kak Gyuma dan para teman-teman gengnya sudah menaiki kano berkeliling pantai.

Aku? Aku semenjak datang langsung menyewa kursi dan hanya duduk dibawah payung sambil memandangi ombak pantai.

Pantai Pandawa memang pantai yang paling ingin kukunjungi saat sampai di bali. Pantai yang dijuluki "The Secret Beach" ini selalu buat aku teringat dengan sesuatu. Pasir putihnya, air lautnya, bahkan angin pantainya.

Pantai ini termasuk salah satu favorite ku.

"Dinanti?"

Aku menoleh, mulutku otomatis mendengus panjang saat melihat sosok cowok yang sejak tadi kudoakan agar kami tidak bertemu tau-tau sudah berjalan menghampiriku.

Kedua alisku agak terangkat tinggi. Melihat Arga dengan baju lengan pendek dan celana panjangnya sudah hampir setengah basah. Rambutnya yang biasa rapih itu juga terlihat habis terkena guyuran air. Tak lupa handuk putihnya bertengger tepat dileher cowok itu membuatku entah kenapa mengerjap-ngerjap pusing.

Tunggu sebentar...

Kenapa melihat Arga dengan keadaan begitu jantungku mendadak jadi berdetak kurang hajar. Kenapa aku malah tiba-tiba deg-degan?!

"Dinanti? Kamu gak ikut berenang?" Entah sejak kapan Arga tau-tau sudah berdiri disebelahku. Cowok itu mengernyit, memandangku dengan tatapan heran.

Aku berdehem. Mengalihkan wajah berusaha tak terlihat peduli. "Lagi gak mau basah-bahasan," jawabku sekenanya.

Arga tiba-tiba berjongkok. "Kamu lagi sakit? Kata Irene kamu mules-mules," katanya membuatku melotot. Aku menegak, menoleh pada kak Irene dan Miya yang malah memandangi kami dari jauh sambil tersenyum penuh arti.

Sialan. Mereka kan harusnya membantuku menjauhi Arga?!!

"Kamu demam yah?" Alis Arga berkerut, cowok itu makin mencondongkan wajahnya. Menatapku dengan pandangan khawatir.

"Enggak ih." Aku buru-buru bergeser bergerak kecil. "Udah sana kamu--" belum selesai aku berniat mengusirnya, serangan dadakan yang datang dari perutku kembali hadir. Kali ini rasanya dua kali lipat lebih sakit.

Tapi yang paling membuatku kesal.

KENAPA REAKSI SAKITNYA MALAH DIDEPAN ARGA?!

"Nan, eh kamu gak papa?" Arga bangkit, bisa kulihat cowok itu terlihat panik apalagi saat aku menekuk lutut mencoba menahan perut agar tak terlalu sakit.

Arga menoleh kebelakang. "Aku panggil Irene yah? Kita pulang aja, aku siapain mobil dulu," katanya bergerak ingin langsung beranjak.

Aku melotot. Buru-buru meraih ujung bajunya yang basah menahan cowok itu agar tak jadi pergi. "Ih apasih ga, gak papa gak usah bentar lagi juga reda sakitnya," tolakku masih mencoba memegangi perut sambil menahannya.

"Gak papa gimana kalo kamu nahan sakitnya sampe gitu?!" Arga agak menaikkan intonasi suara. Membuat beberapa orang disekitar kami jadi menoleh penasaran.

Aku mendecak. Merutuk dalam hati karena kak Irene dan Miya sama sekali tak ada peka-pekanya. Kalau sekarang posisiku sedang sehat dan mampu untuk berdiri. Dua sepupuku itu sudah tak selamat ku kubur dalam pasir pantai.

"Aku gak papa beneran. Sakitnya timbul-reda. Nanti juga sembuh sendiri. Kamu nemenin aku aja yah," bujukku dengan intonasi suara melembut. Sial. Kalau begini rencanaku sebelum dimulai sudah keburu gagal.

Aku melirik Arga. Bisa kulihat cowok itu mendengus berat. Ia kemudian duduk disebelah kakiku. Meraih handuk dilehernya kemudian menyelimuti area perut hingga kakiku.

Aku mengigit bawah bibir. Melirik kanan kiri tiba-tiba merasa malu begitu saja.

"Hn. Makasih," kataku mencoba agar tak kaku. "Kamu gak ikut naik kano?" Aku melirik pada kumpulam geng kak Gyuma yang masih mengelilingi pantai menggunakan Kano.

Arga menipiskan bibirnya, cowok itu melirik kearah kumpulan para teman-temannya. "Nanti yang jagain kamu siapa?"

Oke. Hentikan semua ini. Aku mohon ya tuhaaaannn hentikan semua ini. Hentikan Arga agar jangan terus bersikap manis padaku. Hentikan Arga agar jangan menatapku dengan matanya yang mendamba begitu. Hentikan Arga agar jangan terus menggoyangkan hatiku.

Kenapa Arga tidak jadi brengsek lagi saja seperti dulu?

Kenapa dia tidak bersikap seenaknya lagi saja seperti dulu?

Kenapa Arga membuat diriku jadi sulit untuk membencinya?!

KENAPA YA ALLAH KENAPAA??!!


"Dinanti?"

"Ya?!"

Aku terlonjak, reflek menaikkan intonasi suara begitu saja. Kepalaku menoleh, melihat Arga kini menatapku heran.

"Kamu beneran gak papa?" Tanya Arga seakan memastikanku.

Aku mengangguk. Sedikit memasang senyum walau terpaksa. "Udah lebih baik,"

"Tunggu sebentar," Arga tiba-tiba beranjak berdiri, berjalan pergi meninggalkanku membuatku bisa sedikit bernafas lega.

Namun selang beberapa menit kemudian Arga datang kembali. Dan kali ini, perlakuan cowok satu itu sukses membuatku terpana.

"Nih, bisa kamu taruh diatas perut," Arga menyodorkan botol kaca berisi air hangat yang ia dapatkan entah dari mana. "Apa mau dikompres aja pakai handuk?" Lanjutnya jelas membuat aku terperangah.

Bagaimana bisa cowok itu tau tentang pertolongan pertama untuk perempuan yang sedang mengalami masa menstruasi dengan perut kram.

Apalagi sampai rela membawakanku botol air hangat. Kalau begini caranya mana bisa aku tidak berhenti membenci Arga?!

"Nih buat kamu," Arga menyodorkan sekotak susu coklat dalam sakunya. Membuatku kali ini tidak lagi terperangah tapi sampai melongo dengan mulut terbuka 5 senti.

"Ibu sering mengeluh sakit kalau sedang datang bulannya. Biasanya, ibu suka minta diambil handuk hangat sama cokelat," Arga bergerak mengocokkan susu coklat ditangannya. Kemudian dengan tenang menusukkan sedotan dan kembali menyodorkannya padaku.

Arga tersenyum lembut. "Biar kamu enakkan. Biar bisa galakkin aku lagi,"

Mungkin, kalau aku sedang dalam keadaan tidak sadar sekarang.

Aku akan berlari sekuat tenaga ke tengah laut lalu berhenti disana sambil menabrakkan diriku dengan kano. Sungguh itu lebih baik daripada harus merasa lumer hanya karena mendengar kalimat murahan yang keluar dari bibirnya.




~~♡~~



a/n:



Kemaren sempet ke Bali  tapi malah gak ke pandawa. Rombonganku malah betah ngetem di kuta. Padahal aku dalam hati nangis banget mau kesini T_T

Ada yang udah pernah ke pandawa?








Continue Reading

You'll Also Like

34.6K 6.8K 13
COMING SOON...
486K 35.1K 35
Shanum Agnia Sudrajat, 24 tahun. Bersahabat dengan teman yang berkecimpung di dunia showbiz mau tidak mau membuatnya kecipratan juga. Walau tidak dib...
346K 19.7K 25
Story Kedua Neo Ka🐰 Duda Series Pertama By: Neo Ka Gayatri Mandanu itu ingin hidup simpel, tidak ingin terlalu dikekang oleh siapapun bahkan kadang...
4.7M 557K 34
Setiap orang pasti pernah melakukan satu kesalahan besar. Kesalahan yang membuatnya menyesal bahkan sampai bertahun-tahun kemudian. Bagi Gadis, kesal...