My BadBoy Only One [slow Upda...

fadiahnur_fn

143K 5.3K 163

Ketika hati kamu mulai menjatuhkan dirinya pada sosok yang sudah menjatuhkan hatinya di tempat lain. Apakah k... Еще

Part1
Part2
Part3
Part4
Part5
Part6
Part7
Part8
Part9.
Part 10
Part 11
Part 12
Part13.
Part14
Part 15
Part16
Part17.
Part 18.
Part19
Part 20
Part 21
Part 22.
Part 23.
Part 24
Part 25
Part 26
Part 27
Part 28.
Part29
Part30
Part31
Part 32.
Part 33.
Part 34
Part 35
Part 36
Part 37
Part 38
Part 39
Part 40.
Selembar Kisah
Part 41.
Part 42.
Part 43.
Part 44
Part 45

Part 46

93 5 0
fadiahnur_fn

Pertama-tama aku mau ngucapin terimakasih sebanyak-banyaknya sama kalian yang masih nungguin dan masih sempetin baca cerita absurd aku ini. Aku mau minta maaf juga buat kalian yang udah sering digantungin sama cerita ini.

Aku sekarang udah kuliah yippiee hehehe semangat buat kalian dan aku ingin mengucapkan cepat sembuh indonesia dan dunia. Bagi saudara setanah airku yang sedang terkena musibah semoga cepat pulih dan semoga allah selalu memberi berkah untuk kalian semua.

Jangan lupa berbuat baik dan rajin ibadahnya  yaa

🦉🦉

Robi masih tampil dengan senyum smirk- nya, berjalan mendekat. Tatapan Fariz tak pernah luput menatap tajam.

Dengan tenang Robi membisikkan sesuatu yang dapat membuat mata Fariz sontak terbuka lebar. Melihat keterdiaman itu, Robi semakin puas melihatnya.

"Jangan terus-terusan bersembunyi di ketiak ayah mu bocah licik."

Tangan Robi menginstruksikan kepada bawahannya untuk memberikan amplop dokumen tersebut.

Tatapannya menghunus tajam menatap Robi, memikirkan hal apa yang akan diberikan oleh pria tua bangka itu dalam pikirannya.

Robi menaikkan alisnya dengan tatapan yang naik turun menatap sebuah dokumen itu juga dengan Fariz yang masih saja menatapnya tajam.

Dengan perlahan Fariz mengambil dokumen  tersebut juga melihat dengan teliti apa yang ada di dalamnya.

"Pembunuhan misterius penemuan rahasia yang belum sempat di publikasikan?"

"Pembunuhan massal organisasi?"

"Pemanipulatifan data?"

"Pengeboman di daerah sekitar rumah sakit di luar negri yang menyebabkan sebagian mereka mengalami kanker otak."

Robi menjeda ucapannya. Melihat Nadia yang berada di tangga atas lalu kembali menatap Fariz yang diam mengkerutkan dahinya.

Senyum smirk Robi semakin melebar serta mendekatkan diri perlahan ke arah Fariz lalu membisikan satu nama yang termasuk dalam daftar korban.

Iris mata fariz membelalak berusaha setenang mungkin. Tatapannya mengarah pada Nadia yang mulai turun kebawah.

"Temukan anak saya sebelum hari ini usai."

"Jika tidak? Semua dokumen rahasia ini terungkap di semua channel dan saluran dunia!" Bisiknya tegas lalu pergi dengan para pasukan suruhannya itu.

"Shit!" Fariz mendesis kesal dengan tatapan tajam.

" Lets the game."

Nadia menatap langit dengan tatapan kosong. Semua kata yang ingin di ucapnya seperti tertelan begitu saja saat melihat Fariz yang berjalan menjauh tanpa mau mengatakan satu katapun.

"Mau cerita?" Seru Nadia 

Tangan kekar itu pun terangkat mengacak rambutnya frustasi. Berhenti berbalik menatap Nadia yang menatapnya penuh harap. Hembusan napas lelah keluar begitu saja membuat Nadia merasa kesal. Selalu saja seperti ini, diam tanpa suara.  Nadia melangkah mendekat ke arah Fariz.  

"Bokap gue sama Bokap Rahardian udah deket dari sebelum gue kenal sama Rahardian."

"Gue ga tau apapun selain itu."

Tatapan Nadia pun turun menatap kakinya yang bergerak canggung mengetuk-ngetuk  untuk mengalihkan rasa gugupnya. Ingatannya mengingat kembali hari dimana Rahardian datang kerumahnya kala itu. 

"Rahardian dateng dengan keadaan yang bener-bener bikin gue syok. Gue gatau dia kenapa dan abis ngapain gue gatau. Dia mohon sama gue buat tinggal dirumah sementara. Dengan wajah yang banyak lebam dan darah yang udah kering."

"Penampilan yang bener-bener berantakan."

Nadia terdiam sebentar menatap ke depan pagar rumahnya yang beberapa menit yang lalu penuh dengan kegaduhan.

"Itu pertama kali gue ngeliat dia bener-bener berantakan. Dia ga berani pulang kerumah dan satu-satunya harapan dia cuma gue. Dia baru balik lagi setelah lama menghilang. Gue akuin gue nemuin diri dia yang baru dan gue ga suka."

"Gue sempet mikir dia ga punya beban hidup sama sekali karena dia selalu senyum dan selalu ketawa di depan gue Riz."

Iris coklat madu itu melirik sekilas ke arah Fariz yang ikut melirik ke arahnya juga. Nadia kembali menunduk.

"Bang Fikri ga ada di rumah. Gue gatau mau minta bantuan sama siapa dengan posisi Rahardian yang kayak gitu."

"Lo tau seberapa syok nya gue ngeliat banyak goresan luka di punggung dia. Gue gatau gimana lagi dia bisa nahan luka separah itu. Luka lebam pun ada di perut dia."

Tanpa sadar air mata Nadia sudah mengambang di pelupuk matanya sontak ia langsung mendongak berharap air matanya tidak keluar.

"Lo tau apa yang bikin gue paling kecewa Riz?" Nadia menatap Fariz penuh lekat.

"Ternyata bokap lo yang ngelakuin itu dan lu ga pernah cerita satu katapun ke gue. Kenapa lo tega ngelakuin hal jahat kayak gitu sih Riz, gue paham sama perasaannya Om Robi yang khawatir sama anaknya yang ga ada kabar sama sekali. Dia minta tolong gue buat cari dimana Rahardian--"

"Na, bisa stop ga ?"

"Gue bener-bener capek hari ini."

Fariz frustasi menatap Nadia yang terus terus saja memikirkan orang lain tanpa melihat dirinya. Nadia tak habis pikir mendengar respon Fariz yang membuatnya tak bisa  bertahan lebih lama lagi.

Tangan kekar itu menahan Nadia. Memegang tangan Nadia pelan.

"Gue ga pernah tau bokap gue bakal ngelakuin hal sejauh itu Na. Lo lupa sama keadaan gue yang saat itu juga sekarat hah ?"

Langkah Fariz mendekat mencengkram bahu Nadia erat. Tatapan mata Fariz pun begitu lekat.

"Peluru itu hampir kena organ dalem gue Na. Lo ngeliat gue ditembak dengan mata kepala lo sendiri."

"Bokap cuma punya gue."

"Lo tau?"

Hening

"Gue seneng dia ngelakuin hal itu Nad."

Nadia mendongak menatap Fariz tak percaya. Kekehan Fariz yang keluar itu membuat Nadia terperangah menatap Cowok didepannya ini.

"Gue jahat? Iya"

"Gue selalu jadi orang jahat di mata lo."

"Bokap ga pernah seperhatian itu sama gue. Bokap ga pernah ngelirik apapun dengan hal yang gue lakuin."

"Nilai? Prestasi?"

Kepala Fariz mengggeleng perlahan.

"Hal-hal baik yang pernah gue lakuin pun ga pernah dihargain satu pun. Gue selalu jadi orang asing selama ini."

"Gue pun berpikir kalo gue buat masalah atau apapun itu dia bakalan dateng. Setidaknya untuk marahin gue. Tapi, ga ada satu pun respon dari dia."

"Dia ngasih semua kartu kredit dengan barang-barang mahal. Dia menutup segala kemungkinan untuk datang ngehampirin gue."

"Gue pernah hampir sekarat sebelumnya dan tetep ga ada satu harapan gue jadi kenyataan."

"Sekarang dia dateng, ngelus kepala gue, ngobrol sama gue."

"Menangkis segala pikiran  kalau dia hanya ingin balas dendam setelah ngeliat siapa bokap Rahardian."

Tatapan mata Fariz semakin menunduk dalam mengingat kenangan kenangan buruk yang berputar di kepalanya.

"Gue ga pernah minta buat suka sama lo Na. Gue ga pernah minta buat jatuh sedalam ini sama lo. Gue ga pernah minta buat jadi orang jahat di mata lo."

"Dan gue ga akan pernah berhasil buat ngubah perasaan lo ke gue sampai detik ini."

"Gue masih menjadi seorang cowok brengsek dan cowok jahat di mata lo. Jangan pernah nyalahin diri lo sendiri karena udah di sukain sama cowok kayak gue."

"Gue pergi, lo masuk."

"Gue udah terlalu capek buat ngejar lo hari ini."

Fariz bangkit, melepaskan pegangannya. Bergegas pergi menuju mobilnya yang terpakir sembarangan. Tanpa berbalik sekalipun sekedar menatap Nadia yang terdiam mematung. Kakinya seperti tak bisa bergerak lebih jauh lagi. Tatapan nya hanya menatap punggung tegap itu dengan hampa.

Setelah melihat mobil itu keluar dari pekarangan rumahnya. Nadia mematung mengacak serta menarik pelan rambutnya. Air matanya mendesak keluar tanpa diminta. Isakan kecil mulai keluar dari mulutnya.

🎭🎭🎭

Suasana riuh serta berantakan itu memenuhi pendengaran Fariz saat ia menginjakan kakinya di Basecame tempat nya pulang. Dengan sambutan pukulan dari Ganden yang sudah hilang kesabarannya saat menunggunya. Tak habis pikir dia baru datang selarut ini setelah kerusuhan yang terjadi karena dirinya, Fariz. 

BUGH !

Pukulan bertubi-tubi datang begitu saja mengenai wajahnya karena Ganden masih punya pikiran untuk tidak membuka jahitan yang baru saja sembuh itu di perut Fariz. Pukulan itu datang tanpa ada balasan atau pembelaan. Fariz hanya diam menerima pukulannya. 

Ganden yang sudah merasa puas pun berhenti melihat Fariz sudah terkapar. 

Merasakan pukulannya berhenti Fariz berteriak putus asa. 

"PUKUL GUE LAGI BANGSAT!" dengan napas yang sudah putus putus.

Ganden menggeleng tak habis pikir. "Lagi gak beres nih bocah."

"Reyhan bawa tuh temen bangsat lu." Seru Ganden langsung meludah sembarang kembali masuk kedalam.

Reyhan yang baru kembali membeli beberapa barang P3K dari apotek langsung turun dari motornya. Matanya terbelalak melihat Fariz yang terkapar di depan jalan Basecamp nya  dengan muka yang sudah babak belur dengan darah dujung bibirnya dan luka gores di dekat alis tebalnya itu.

Tangannya sibuk memapah Fariz tanpa peduli orang yang dipapahnya kini terkekeh tak jelas serta meringis sesekali. " Lo gamau mukul gue juga ?"

"Gue tinggalin tengah jalan mau lo !"

"Mau hahahaha"

Fariz tertawa garing membuat Reyhan sungguh sangat kesal mendengarnya. Tangannya melayang memukul lebam yang ada di wajah Fariz.

"Argh sialan."

"Mampus !"

Tangan  Reyhan langsung melepas rangkulannya saat sudah masuk kedalam Basecamp dan  menendang Fariz kesal karena ternyata dia bisa berdiri dengan baik. Ringisan pelan keluar dari bibirnya yang masih ada sisa darah kering.

"Udah puas belum kalian gebukin gue?"

Mereka semua terdiam hening tanpa ada satupun kata yang keluar.

"Gue punya misi buat kalian."

"Temuin Rahardian sekarang juga sampai ketemu. Ada hadiah besar yang bakalan gue kasih buat kalian yang nemuin dia secepatnya."

Setelah mengatakan itu Fariz bangkit begitu saja menghampiri sandy yang berada di lantai atas.

Sandy ditariknya begitu saja ke dalam ruang rahasia disana.

"Gue udah tau yang berhasil menjebol data rahasia kita."

Sandy langsung menaikkan alisnya penasaran.

"Robi Bagaswara, Bokap Rahardian."

"Dia berhasil nyelamatin ahli dalam penemuan itu dan ternyata data dia ada dalam target kita 2 tahun ini."

Sandy terdiam berpikir langkah apa yang akan dapat dipijak.

Hening cukup lama.

"Lo tau IP nya?" Tanya Sandy

"Gue berhasil kasih pelacak di bajunya tadi." Sambut Fariz cepat.

"Good Brother."

Sandy langsung menelfon seseorang dan menjalankan rencananya dengan cepat.

"So? "

Tanya Fariz saat Sandy sudah selesai dengan telfonnya.

Sandy hanya tersenyum senang yang berubah menjadi smirk lalu membisikkan sesuatu.

⏳⏳

Hai semua 🤗
Aku mau minta maaf lahir dan batin.
Sehat sehat ya kalian semua
Terimakasiih masih mau setia baca cerita aku ini ❤
The best banget kalian pokoknya 

Продолжить чтение

Вам также понравится

6.3M 209K 34
NOVEL SUDAH TERBIT LOTUS PUBLISHER PRE ORDER 11-25 NOVEMBER 2022 PUBLIS ULANG DILARANG PLAGIAT NOVEL INI Apa jadinya jika dua es batu bertemu, apak...
ALTARIKSA [SUDAH TERBIT] SKiES

Подростковая литература

1M 76.3K 46
[TELAH TERBIT DI BANANABOOKS & TERSEDIA DI TOKO BUKU ONLINE KESAYANGAN KALIAN] ⚠️CERITA INI MENGANDUNG KATA-KATA KASAR⚠️ Altariksa Ferando, seorang l...
My Sexy Neighbor F.R

Подростковая литература

813K 11.4K 25
Klik lalu scroolllll baca. 18+ 21+
2K 1.3K 42
PERHATIAN!!! PERHATIAN!!! PERHATIAN!!! GUYS DI CERITA INI ADA BEBERAPA PART 18+ JADI JIKA TIDAK BERKENAN, BISA DI-SKIP SAJA. TERIMA KASIH Na Ya ti...