GEMAYA (SUDAH TERBIT)

By Rismami_Sunflorist9

317K 56.3K 16.8K

JADWAL UPDATE MINGGU Namanya Gemaya Gembulan, biasa dipanggil Gemaya. Punya tubuh semampai, dengan tinggi 17... More

40
PART 1 : BERDEBAR
PART 2 : MENDENGAR
PART 3 : TERTUKAR
PART 4 : MELEBAR
PART 5 : SAMAR-SAMAR
PART 6 : BERPENDAR
PART 7 : TEGAR
PART 8 : BERGETAR
PART 9 : BERPENCAR
PART 10 : MEKAR
PART 11 : BERSINAR
PART 12 : TERBAKAR
PART 13 : MENCECAR
PART 14 : MENGEJAR
PART 15 : TERKAPAR
PART 16 : TERCEMAR
PART 17 : SESUMBAR
PART 18 : MENJALAR
PART 19 : TERLEMPAR
PART 20 : BERTENGKAR
PART 22 : TERKEJAR
PART 23 : TERHAMPAR
PART 24 : DITAMPAR
PART 25 : TERPENCAR
PART 26 : PUDAR
PART 27 : BERBINAR
PART 28 : TERBONGKAR?
PART 29 : BERSABAR
PART 30 : BENAR-BENAR
PART 31 : MEKAR
PART 32 : MEMUTAR
PART 33 : MENGUMBAR
PART 34 : MEMAR
DICARI RP CERITA GEMAYA
PART 35 : MEMUDAR
PART 35 : NANAR
PART 36 : TERBONGKAR?
PART 37 : TAK TERKEJAR
PART 38 : TERPENCAR
PART 39 : PACAR
40
PART 40 : TEGAR
PART 41 : TERBONGKAR?
SURPRISE
WAR DIMULAI!
42

PART 21 : KELAKAR

5.1K 1.1K 343
By Rismami_Sunflorist9

Gambarkan harimu dengan emoticon:

Kalo aku ( 🙄)

***

Dance? Boleh juga. Di badan Gemaya, gue sering banget main ini. Kalo lagi jadi Gembulan, apa masih bisa lincah, ya?

Rasa penasaran yang memburu membuat Gembulan nekad menerima tantangan dari Viona. Tidak peduli meski Viona memiliki tubuh langsing yang pasti sangat ringan jika digunakan untuk menari, Gembulan akan berusaha keras mengalahkan gadis sombong itu.

"Deal," tukas Gembulan dengan sorot mata berapi-api. Keduanya bersalaman, sebagai tanda jika peperangan akan segera dimulai.

Tepat ketika Gembulan melangkah menuju arena Pump It Dance, Viona mengedipkan sebelah matanya ke arah Marcel. Lalu tanpa sebab yang jelas, keduanya tertawa bersamaan. Ada maksud tersirat dari kerlingan mata Marcel yang meminta Viona bergegas menyusul Gembulan ke arena battle dance.

"Sepatu lo, nggak dilepas dulu?" tanya Gembulan saat tatapannya tak sengaja tersorot ke sepasang kaki Viona yang masih terbungkus heels.

"Gue udah biasa pake heels. Kalo cuma diminta dance kayak gini aja, bukan masalah besar buat gue." Viona menarik lengan Gembulan lalu membisikkan sesuatu di telinganya. "Yang nggak pernah ngerasain pake heels diem aja, deh, nggak usah sok-sokan ngatur."

Nggak pernah mata lo, nenek lampir! Heels macem sandal jepit kalo udah di kaki Gemaya. Coba aja dia tahu siapa gue, langsung mingcep pasti.

"Gue pilih lagu dulu."

Sesaat setelah Gembulan menekan-nekan tombol di layar, intro dari lagu Yes or Yes yang dipopulerkan Twice, menggema ke seluruh penjuru JamZone.

Senyum picik Viona terulas. Ia melirik Marcel yang duduk di depan salah satu permainan untuk menyaksikan battle dance kekasihnya dengan Gembulan. Wajah laki-laki itu tampak sangat percaya diri. Seolah sudah bisa memastikan siapa yang nantinya akan mengangkat piala kemenangan.

Mana mungkin Si Gembul ngalahin Viona? Kalo sampe itu terjadi, gue janji bakal putusin Viona.

Karena terlampau percaya diri, Marcel tanpa sengaja merapal sebuah janji diluar kesadarannya sendiri.

Dentuman musik terdengar semakin kencang. Gembulan memilih bertelanjang kaki agar lebih leluasa menggerakkan tubuhnya. Pengunjung yang awalnya tersebar di seluruh area JamZone, kini merapat ke satu titik, permainan Pump It Dance.

"Belasan orang di sini bakal jadi saksi kekalahan lo." Viona melipat tangannya di depan dada lalu mengibas rambutnya dengan gaya centil.

"Nggak usah banyak omong, kita buktiin aja." Bukannya menciut, Gembulan merasa semakin tertantang.

Hitungan mundur dari angka yang muncul di layar, membuat tatapan Gembulan dan Viona berubah siaga.

Sebentar lagi...
yak... kurang satu hitungan lagi, dan keduanya bergerak bersamaan sesuai arah panah yang muncul.

"Mweol goreulji molla junbihaebwasseo dul junge hanaman golla...?" sesuai irama lagu yang terputar, Gemaya turut berdendang riang, "YES OR YES."

Jauh di luar dugaan, bait pertama lagu berhasil diselesaikan Gembulan tanpa kesulitan. Dengan lincah ia berpindah dari satu panah ke panah lain.

"Wah, cewek yang gendut itu keren juga, ya!" celetuk salah satu pengunjung yang ada di barisan depan.

Lalu teman di sampingnya menimpali dengan alis berkerut, "gue kayak pernah liat dia, tapi dimana?" sedetik kemudian bola matanya melebar ketika menemukan jawaban, "dia yang viral gara-gara jago main penjepit boneka itu!"

Berkat seruan tanpa sadar dari laki-laki itu, banyak pengunjung JamZone yang memberi dukungan pada Gembulan. Bukan hanya memberi semangat dengan teriakan dan berbaris di sisi gadis itu, mereka juga bertepuk tangan sesuai dengan tempo lagu yang sedang dimainkan.

"Ini kenapa mereka malah ngemangatin Si Gembul, sih?" Viona geram. Fokusnya jadi terbelah setelah bolak-balik menatap Gembulan dan layar di depannya secara bergantian.

"Jelas-jelas gue yang lebih menarik dibanding dia. Apa perlu gue bawain kaca biar Si Gembul sadar diri?"

Wajah Marcel tertekuk sebal saat melihat point di layar yang menunjukan score Viona tertinggal jauh dari Gembulan.

Kekasihnya itu melewatkan beberapa panah karena terlalu sibuk mengumpati Gembulan di dalam hati. Marcel memang bukan cenayang. Tapi mulut Viona yang tak berhenti komat-kamit tanpa suara, seolah mewakili isi kepala gadis itu.

"Gue bakal kejar point lo." Tanpa melepaskan fokusnya dari layar permainan, Viona melayangkan ultimatum.

Baru sedetik Viona menutup mulut, Gembulan merasa pijakan kakinya sedikit bergetar. Keningnya berkerut heran. Bukan, ini bukan karena Gembulan yang mulai kelelahan dan kehilangan kendali.

"Heh, jangan gila, deh. Nanti ambruk gimana?" Gembulan membeku di tempat. Ia kehabisan kata-kata saat menatap Viona yang kini menari tak kontrol seperti orang gila di atas pijakan arena battle dance.

Viona tak menggubris. Sebaliknya, gerakan gadis itu semakin menjadi. Ia melompat ke kanan kiri, melonjak-lonjak penuh semangat lalu berputar cepat mengikuti tempo lagu.

"Eh," Gembulan tak siap begitu sebelah tangan Viona yang menari heboh menyenggol lengannya.

Jelas, Viona sengaja mendorongnya. Walau yang terjadi malah sebaliknya. Gembulan memang hanya diam di tempat sembari melirik lawannya itu, tapi kenyataannya malah Viona yang terpelanting ke luar arena battle dance.

Gembulan diuntungkan dengan tubuh gempalnya yang tanpa memasang kuda-kuda pun, mampu menahan dorongan kuat Viona.

"Wah, kena karma kamu, Mbak!"

Seruan dari sisi kiri Viona, membuat gadis itu tertunduk.

"Tadi kamu mau main curang, kan? Pake cara dorong-dorong lawannya, eeeeh malah jatuh sendiri. Hahahaa." Kali ini terdengar suara nyaring dari laki-laki yang sepantaran dengannya.

Gembulan merasa prihatin. Ia cepat-cepat turun lantas mengulurkan tangannya untuk membantu Viona.

"Lo nggak papa?" tanya Gembulan, sungguh-sungguh cemas.

Viona mendongak. Menatap Gembulan dengan mata menyalak kemudian menepis tangan gadis itu dari hadapannya.

"Nggak usah sok baik lo!" sembur Viona. Tingkah menyebalkan gadis itu semakin menjadi, ketika Marcel datang untuk membelanya. "Beb, tadi dia dorong aku sampe jatuh."

Sorakan 'huuu' dari orang-orang di sekelilingnya membuat Marcel tak bisa berkomentar. Dengan menahan malu, ia berusaha menuntun Viona ke luar dari kerumunan itu. Walau sesekali Marcel masih sempat melesatkan tatapan tajamnya ke Gembulan dari kejauhan, seolah-olah ingin mengatakan bahwa perorangan masih akan terus berlanjut.

Satu per satu orang mulai membubarkan diri. Ada yang sempat merekam video Gembulan lalu mempostingnya ke insta story. Bukan cuma satu orang, tapi beberapa dari pengunjung itu juga melakukan hal serupa.

"Permisi, Mbak."

Gembulan menoleh. Mendapati sosok wanita muda, berdiri bergandengan dengan laki-laki yang diduga Gembulan adalah suaminya.

"Istri saya lagi hamil," ucap laki-laki itu sembari mengusap-usap perut istrinya, "nah dari tadi dia liatin terus boneka keropi yang ada di dalam kantong plastiknya Mbak ini."

"Oh,iya. Nama saya Januar, dan ini istri saya, Jamila. Dia nunggu Mbak selesai main Battle Dance, baru berani ke sini buat nyapa Mbak." Laki-laki itu berusaha menjelaskan dengan hati-hati.

Tanpa berunding atau berbabasa-basi panjang lebar, Gembulan bergegas mengambil boneka keropi yang diinginkan wanita muda itu dan menyerahkannya sembari tersenyum.

"Eh, eh." Si laki-laki tampak tak enak hati. "Maksudnya mau saya beli, Mbak. Kata istri saya, di toko boneka mall ini, nggak ada yang mirip rip bentuknya sama bonekanya Mbak ini. Kebetulan dia emang penggemar keropi, jadi udah sering hunting bonekanya di beberapa toko."

Januar mengeluarkan dompetnya, bermaksud mengganti boneka keropi yang kini sudah ada di pelukan istrinya dengan beberapa lembar uang.

"Seratus cukup, Mbak? Soalnya saya tahu, pasti Mbak dapet bonekanya dari box itu susah banget."

Gembulan mengibas-ngibaskan tangannya. "Nggak usah, Pak. Saya ikhlas, kok. Asal debaynya nurut dan baik-baik terus sama Mamanya sampe lahir nanti, ya."

Sebelum beranjak dari arena bermain JamZone, sepasang suami istri itu tak berhenti mengucapkan terima kasih pada Gembulan. Segelintir doa juga dirapalkan untuk gadis itu.

"Kak, aku juga mau dikasih bonekanya kayak tante tadi."

Suara lain menghentikan aktivitas Gembulan yang sedang menata kembali bonekanya di dalam plastik.

Gembulan mendongak, menatap gadis kecil itu dengan sorot mata teduh. "Mau yang mana?"

Karena si gadis kecil tidak mengucap secara spesifik boneka apa yang diinginkan, Gembulan memberinya Tedy Bear berwarna pink dengan ukuran sebesar telapak tangan.

"Makasih, Kak." Setelah menerima boneka pemberian gembulan, ia melangkah riang menuju permainan lain.

"Kak?"

Suara lain muncul dari balik punggungnya.

Gembulan berbalik lalu tersenyum ramah. "Kamu mau ju -" Sebelah alisnya terangkat. "Kamu..."

Gadis kecil di belakangnya itu tampak bersemangat karena merasa Gembulan masih mengingatnya.

"Aku Ara, masih ingat kan, Kak?"

Tanpa canggung ia mengamit tangan Gembulan lantas digoyang-digoyangkan seperti ingin mengajaknya bermain.

"Inget, dong! Mau boneka juga?" tawar Gembulan sembari menggeser kantong plastiknya sampai menghadap Ara.

Gadis periang itu menggeleng pelan. "Bonekaku udah banyak di rumah. Hehe." Ia menarik Gembulan ke permainan Pump It Dance. "Pengen main ini, Kak."

Gembulan mengulum senyum. Ia sebenernya sudah cukup lelah, tapi untunglah perutnya belum merasakan lapar. Jadi ia tidak perlu cemas akan kembali ke wujud aslinya selama permainan berlangsung.

"Lagunya Blackpink!" Ara melompat-lompat riang sambil memperagakan sedang menembak-nembak sesuatu. "Hit you with that duu..du..du.."

"Oke!" Gembulan terkekeh kecil kemudian bersiap di tempatnya sendiri untuk mulai menari.

Gerakan awal masih bertempo lambat. Kaki kanannya hanya bergerak dua kali, tanpa berpindah ke panah lain.

Ara tampak kebingungan. Gembulan meliriknya sembari tersenyum geli. Mungkin ini kali pertama gadis kecil itu mencoba permainan Pump It Dance, begitu pikir Gembulan.

Untuk membuat Ara lebih rileks dan tidak merasa tersaingi, Gembulan sengaja melewatkan banyak panah untuk menyamakan skornya dengan Ara.

"Ayo, Ara! Reft, ni!" Gembulan menari dengan semangat. Matanya fokus memerhatikan gambar anak panah yang berlalu-lalang di layar.

Bruk

Arena Battle Dance yang dipijak Gembulan tiba-tiba berguncang.

"Ara!" Gembulan berteriak panik. Bola matanya melebar saat mendapati tubuh gadis kecil itu tergeletak di dekat kakinya.

"Toloooooong!"

***

Bingung bukan kepalang.

Gembulan tak tahu harus berbuat apa dan menghubungi siapa. Karena sudah pasti, gadis sekecil Ara belum memiliki dompet yang berisi kartu identitas atau semacamnya. Setengah bingung sekaligus terkejut, akhirnya ia menerima usulan pengunjung JamZone untuk membawa Ara ke rumah sakit.

Yang menjadi pertanyaan, bagaimana bisa Ara bermain sendiri di JamZone? Ada di mana keluarganya?

"Jadi Ara sebenarnya kenapa, Dok?" tanya Gembulan setelah Dokter selesai memeriksa Ara. Ia berdiri di samping ranjang Ara sembari menggenggam erat tangan gadis itu. "Dia baik-baik aja, kan?"

Dokter Ferre yang berasal dari Timor itu, mengangguk santai. "Dia cuma kecapean aja. Dan satu lagi," ditepuk pelan perut Ara, "kamu belum makan dari pagi, ya?" tanya Dokter Ferre pada Ara yang sudah terbangun dari pingsannya, "hayo, ngaku..."

Gembulan menepuk jidatnya sendiri. "Yaelah, Ar. Kenapa tadi nggak nggak ngajak Kak Gembulan makan, malah minta battle dance?"

Ara meringis. Ia turun dari ranjang sembari bergelayut di tangan Gembulan lalu ke luar bersama dari ruang praktek dokter setelah diberi resep.

"Kamu tunggu di sini, ya. Kak Gembulan mau nebus resep dulu sama beliin kamu makanan." Gembulan mengulang-ulang kalimatnya agar Ara paham jika perintahnya itu tidak boleh dilanggar. "Oke?"

Usai memastikan Ara tidak akan melanggar janjinya, Gembulan beranjak menuju bagian administrasi untuk menukar resepnya dengan vitamin yang diberikan dokter untuk Ara.

Untungnya antrean di depan meja kasir tidak terlalu panjang. Setelah vitamin Ara ada di tangannya, Gembulan beringsut menuju kantin. Sesuai petunjuk dari penjaga kasir, cukup mudah bagi Gembulan untuk menemukan letak kantin yang ternyata ada di dekat taman.

Tanpa pikir panjang Gembulan memborong habis roti selai cokelat dan susu kemasan yang ada di sana, lalu cepat-cepat kembali ke tempat di mana ia meninggalkan Ara.

Syukurlah, Ara masih ada di sana.

"Yuk, dimakan bareng." Gembulan menyodorkan kantong plastik berisi belanjaannya dari kantin pada Ara yang tampak terkejut saat melihat isinya. "Makan sepuasnya, Ar."

"Kak Gembulan juga temenin Ara makan, ya," tawar Ara sembari mengajak Gembulan bertosh ria dengan roti di tangan masing-masing. "Oh, iya, Kak. Tadi aku pinjem hpnya suster buat telepon Kakakku. Hehe."

Gembulan yang sibuk mengunyah roti kedua, berhenti sejenak untuk menatap Ara. "Kamu hapal no hp kakakmu?"

Ara menggeleng. "Aku telepon nomer rumah, Kak. Kan lebih dikit tuh angkanya, jadi gampang hafal."

Pinter juga ni bocah. Udah nggak sabar, gue, mau kasih bogem ke kakaknya. Bisa-bisanya ninggalin ni bocah sendirian di mall? Apalagi bapak mamaknya, pada kemana, woy!

Saat Gembulan hendak melahap roti ketiga, Ara tiba-tiba berseru sembari mengacungkan telunjuknya ke satu titik.

"Itu kakakku, Kak!"

Muncul sosok cowok bertampang tengil yang mengentak ke arah keduanya dengan wajah kesal.

"Lo mau nyulik adik gue? Ha? Gue dari tadi nyariin dia dari lantai satu mall trus ke basement, sampai ke lantai paling atas!" Cowok jangkung itu menarik lengan Ara agar menjauh dari Gembulan.

Belum sempat Gembulan merespon, datang sosok lain dari arah berlawanan.

"Loh? Kok Ara bisa sama lo?" tanya cowok itu dengan nada lebih bersahabat.

Gembulan gelagapan. Ia sedikit membungkuk untuk berbisik di telinga Ara, "kakakmu yang itu," arah mata Gembulan tertuju pada cowok yang pertama datang, "atau yang ini?" tanyanya sembari menggeser tatapannya ke arah cowok yang terakhir datang.

***

Bisa tebak kakak kandung Ara yang mana?

GAIZ PART INI 2000 KATA. SEMOGA NGGAK BOSEN.

Well aku masih nepatin janji buat rajin up. Doakan ini nggak hanya sementara, tapi selamanya.

Oh iya, visual Marcel cocoknya siapa ya? Dari GOT7 jugaaaa dong

ILY 3000 DOLLAR

Salam sayang,
Rismami_sunflorist



Continue Reading

You'll Also Like

136K 12.7K 36
Teman SMA nya yang memiliki wangi feromon buah persik, Arion bertemu dengan Harris dan terus menggangunya hingga ia lulus SMA. Bertahun tahun tak ter...
350K 20.3K 25
KAILA SAFIRA gadis cerdas berusia 21 tahun yang tewas usai tertabrak mobil saat akan membeli martabak selepas menghadiri rapat perusahaan milik mendi...
257K 22.1K 21
Follow dulu sebelum baca 😖 Hanya mengisahkan seorang gadis kecil berumur 10 tahun yang begitu mengharapkan kasih sayang seorang Ayah. Satu satunya k...
1.4M 74.3K 40
(BELUM DI REVISI) Aline Putri Savira adalah seorang gadis biasa biasa saja, pecinta cogan dan maniak novel. Bagaimana jadi nya jika ia bertransmigra...