GEMAYA (SUDAH TERBIT)

By Rismami_Sunflorist9

317K 56.3K 16.8K

JADWAL UPDATE MINGGU Namanya Gemaya Gembulan, biasa dipanggil Gemaya. Punya tubuh semampai, dengan tinggi 17... More

40
PART 1 : BERDEBAR
PART 2 : MENDENGAR
PART 3 : TERTUKAR
PART 4 : MELEBAR
PART 5 : SAMAR-SAMAR
PART 6 : BERPENDAR
PART 7 : TEGAR
PART 8 : BERGETAR
PART 9 : BERPENCAR
PART 10 : MEKAR
PART 11 : BERSINAR
PART 12 : TERBAKAR
PART 13 : MENCECAR
PART 14 : MENGEJAR
PART 15 : TERKAPAR
PART 16 : TERCEMAR
PART 17 : SESUMBAR
PART 18 : MENJALAR
PART 20 : BERTENGKAR
PART 21 : KELAKAR
PART 22 : TERKEJAR
PART 23 : TERHAMPAR
PART 24 : DITAMPAR
PART 25 : TERPENCAR
PART 26 : PUDAR
PART 27 : BERBINAR
PART 28 : TERBONGKAR?
PART 29 : BERSABAR
PART 30 : BENAR-BENAR
PART 31 : MEKAR
PART 32 : MEMUTAR
PART 33 : MENGUMBAR
PART 34 : MEMAR
DICARI RP CERITA GEMAYA
PART 35 : MEMUDAR
PART 35 : NANAR
PART 36 : TERBONGKAR?
PART 37 : TAK TERKEJAR
PART 38 : TERPENCAR
PART 39 : PACAR
40
PART 40 : TEGAR
PART 41 : TERBONGKAR?
SURPRISE
WAR DIMULAI!
42

PART 19 : TERLEMPAR

5.7K 1.1K 239
By Rismami_Sunflorist9

Akun youtuber siapa yang akhir-akhir ini sering kalian tonton chanellnya?

Kalo aku lagi rajin-rajinnya nonton vlog ini.

Itung-itung belajar bahasa Jepang, juga biar nggak nyasar pas Travelling ke sana. Aamiin😍

***

Gembulan gelagapan. Ia mundur teratur, menjaga jarak. Namun sekumpulan wartawan itu dengan sigap berpindah dan mempercepat langkah mendekatinya. Alhasil, lagi-lagi Gembulan terpojok. Ia  hanya bisa mematung sembari terus mengusap-usap hidungnya yang mulai merah.

"Mbak?" Wartawan bernama Airin semakin membuatnya terpojok. Bahkan kali ini, mikrofon yang disodorkan sampai nyaris membentur gigi Gembulan.

"Sebentar-sebentar.. Gue kayaknya pernah liat dia." Airin menoleh ke arah kawannya, meminta bantuan agar diingatkan.

Bulir-bulir keringat sebesar biji jagung tak berhenti menetes dari dahi Gembulan. Kenapa ia tidak bisa bergerak? Setiap kali ada di tubuh Gembulan, ia selalu merasa kecil, terpojok, dan tidak bisa bersikap sesuka hati. Tatapan-tatapan menusuk di sekitarnya membuat nyali gadis itu semakin menciut.

Ia benar-benar ketakutan.

"Jadi saya ini -"

Ucapan Gembulan terpotong bersamaan dengan sebuah tarikan di tangannya. Gadis itu menoleh ke belakang, mendapati tangan penuh kerutan berusaha menariknya dari kerumunan.

Papa?

Gembulan memperhatikan punggung lelaki yang ada di depannya itu. Papanya ke luar dari tempat persembunyian. Terlalu berisiko.

Alhasil, wartawan-wartawan yang awalnya mengerumuni Gembulan, kini berbondong-bondong menghadang Papanya.

"Pak, tolong beri klarifikasi. Apa bapak ini suami dari si pelakor yang sedang viral itu?" Tanpa perasaan seorang wanita berwajah antagonis melesatkan pertanyaan sadis ke Papanya.

Karena tidak juga bereaksi, wartawan lain semakin gencar mencecar Papanya dengan segelintir pertanyaan menyakitkan.

"Bagaimana tanggapan Bapak dengan video viral yang melibatkan istri Bapak?"

Papa Gembulan yang bernama Satriaji itu, berusaha menyingkir tanpa melepaskan genggamannya dari tangan Gembulan.

"Lalu apa benar Bapak ini orang tuanya Gemaya, si youtuber mukbang yang terkenal itu? Sekarang Gemaya di mana, Pak? Apa kami bisa bertemu dengannya?"

Satriaji memilih bungkam. Ia terus melenggang menuju rumahnya lantas membawa Gembulan masuk melalui pintu belakang. Setelah memastikan pintunya terkunci rapat, Satriaji dan Gembulan berdiri saling tatap dengan wajah yang sama-sama bingung.

"Pa -"

"Kamu siapa?" Sebelum Gembulan menuntaskan kalimatnya, Satriaji lebih dulu bersuara.

"Kalo Bapak tidak mengenal saya, kenapa Bapak mau nolong saya dan bawa saya ke sini?" tanya Gembulan. Ia sedikit merunduk, mencoba menilik ekspresi Papanya.

"Karena sejak tadi saya liat kamu nggak berhenti ngusap-usap hidung, ketakutan dikerumuni wartawan di depan sana." Cuma putri saya yang..." Satriaji menghela napas panjang lalu menatap lekat-lekat Gembulan yang berdiri di depannya.

"Jadi Papa tahu kalo ini aku?" tanya Gembulan dengan suara parau. "Pa..."

Tak ada lagi percakapan di antara sepasang ayah dan putrinya itu. Suasana mendadak sunyi. Keduanya berpelukan erat, seolah sedang menguatkan satu sama lain.

Sudah lama sekali Gembulan tidak bertemu dengan Papanya, namun setelah akhirnya mereka dapat saling tatap, kenapa harus di situasi yang sulit seperti sekarang? Dan rasanya, oh Tuhan, sungguh sangat menyakitkan. Tatapan Gembulan terlempar ke sudut lain, mencari-cari seseorang yang juga ingin ditemuinya.

"Pa! Papa sama siapa itu?"

Teriakan nyaring dari balik punggung Satriaji, membuat Gembulan melepas pelukannya. Roger, adik bungsunya, sedang menatap Gembulan dan Papanya secara bergantian dengan sorot panik.

"Ini Kak Gemaya," sahut Papanya lembut. "Kak Gemaya tadi makan kebanyakan jadinya begini."

Roger melangkah pelan-pelan mendekati lemari pendingin. Sambil bersembunyi di belakangnya, sesekali kepalanya menyembul, menatap takut-takut ke arah Gembulan.

"Apa buktinya?" tanya Roger yang masih bersembunyi di balik lemari pendingin.

Kali ini Roger menghadap ke arah tembok, menunggu Gembulan merespon dengan wajah tak sabar. Sebenarnya Roger penasaran ingin melihat Gembulan sekali lagi, tapi mendadak ia urung. Mana mungkin orang asing yang ada di dapur itu kakak perempuannya? Bahkan dari ukuran tubuhnya pun benar-benar beda.

Gembulan berdehem sekali untuk menarik perhatian Roger. "Kok sekarang kamu di rumah? Biasanya kalo hari Jumat sampe Minggu, kamu minta nginep di nenek, kan?"

Gembulan menanti dengan wajah gelisah.  Untuk anak seumur Roger yang masih sering berimajinasi, seharusnya lebih mudah menerima hal-hal-hal yang di luar nalar, kan? Tapi setelah ditunggu beberapa saat, Roger tak juga ke luar dari tempat persembunyiannya.

"Roger nggak percaya ya, Pa?" tanya Gembulan lemas. Mulai pesimis melihat Roger yang masih enggan menemuinya.

"Nanti kamu jelasin pelan-pelan sama dia. Papa juga sebenernya bingung, tapi Papa tahu kalo mungkin kamu sendiri aja masih nggak tahu kenapa kamu sekarang bisa kayak gini." Satriaji menghibur putrinya.

"Sama kayak nggak percayanya aku liat video Mama yang viral di sosmed, Pa." Gembulan menarik napas panjang. Ia hendak beringsut bersama Papanya dari dapur, ketika tiba-tiba Roger menghambur memeluknya.

Karena tinggi keduanya terlampau jauh, Gembulan sampai harus berjongkok agar dapat menatap lekat-lekat bola mata Roger yang menyorot penuh ke arahnya.

"Kamu percaya ini Kakak?" Gembulan memastikan sekali lagi.

Roger memandangnya takut-takut. "Kakak temennya Transformer? Kok bisa berubah-ubah bentuknya."

"Cuma badan doang elah, wajahnya nggak, kan?" tanya Gembulan sambil tersenyum lalu menggiring adik serta Papanya ke ruang keluarga untuk diajak bercengkrama.

Saat langkah gadis itu sampai di depan televisi, ada perasaan kosong yang menelusup ke hatinya. Mama mana?

"Udah tiga malem nggak pulang," ucap Papanya tanpa ditanya. Seakan-akan bisa menebak isi hati putrinya dari kerutan penuh tanya yang terpeta di dahi Gembulan. "Dan Papa nggak tahu sekarang dia ada di mana."

Bukannya duduk tenang di sofa dan mulai bercengkrama dengan keluarganya, Gembulan melenggang mendekati jendela. Disingkap sedikit tirai berwarna putih agar ia dapat mengintai situasi di luar rumah.

"Masih rame," kali ini suara Roger yang menyahut, "dari kemarin kayak gitu loh, Kak."

Papa Gemaya mendesah lemah sembari mengusap lembut rambut putrinya. "Kamu tenang aja, Papa nggak akan bilang macem-macem ke mereka. Makin mereka ngotot, makin kuat pula Papa bungkam. Mereka nggak akan pernah dapet bukti kalo memang kamu ini anak Papa dan Mama."

Bukan tidak percaya dengan keseriusan ucapan Papanya, tapi seperti yang sudah-sudah, wartawan akan menghalalkan segala cara untuk memperoleh informasi. Kalau pun Papanya tetap bersikeras menutup mulut, mereka akan mencari orang-orang terdekat dari narasumber utama yang bersedia memberi klarifikasi.

Dan sebelum itu terjadi, Gembulan harus benar-benar memastikan jika kerabat Papa atau Mamanya tak akan sampai tergoda dengan iming-iming yang ditawarkan oleh wartawan.

"Sekarang giliran kamu cerita ke Papa soal transformasi badanmu ini."

Kepala Gemaya terangguk dua kali. Ia sebenernya masih tidak mengerti dengan kejadian-kejadian aneh yang menimpanya beberapa waktu lalu. Ketika tiba-tiba saja tubuh rampingnya berubah segempal Gembulan sesaat setelah memaki Dewangga yang bersendawa di depannya.
Apa aku harus minta maaf sama Dewangga?
***
Semalaman suntuk Gembulan menghabiskan waktunya bercengkrama bersama Sang Papa di ruang tamu. Ia sampai tertidur di sofa dengan kondisi perut yang masih kosong. Satriaji yang tidak sampai hati membangunkan putrinya, segera mengambil selimut dari kamar lalu merapatkannya ke atas tubuh Gembulan.

Ketika terbangun dari tidurnya, Gembulan merasa tubuhnya lebih ringan. Tanpa perlu bercermin, ia tahu jika tubuh gempalnya telah bertransformasi seperti sedia kala, kembali menjadi ramping versi Gemaya.

"Kak Gemaya?" Roger yang baru saja terbangun dari tidurnya muncul di pintu kamar dengan mata melebar. "Loh? Yang kemarin siapa?"

Tak ingin membuat Roger semakin bingung, Gemaya menowel pipinya. "Kembarannya Kak Gemaya. Hehe."

"Nanti kamu pulangnya gimana, Gem? Di luar wartawan udah stan by, tuh." Satriaji muncul dari dapur dengan membawa nampan berisi roti bakar dan dua gelas susu untuk anak-anaknya. "Apalagi sekarang kamu ada di badan Gemaya."

Gemaya mengusap lembut pundak Papanya. Setelah semalam ia menjelaskan secara singkat bagaimana proses tubuhnya bertransformasi, Satriaji mulai mengkhawatirkan kondisi tubuh putrinya. Ia bahkan meminta Gemaya segera pergi ke rumah sakit untuk berkonsultasi dengan dokter ahli.

"Pa, Gemaya tinggal makan yang banyak biar bisa balik ke tubuh Gembulan," katanya dengan suara lembut, mencoba menenangkan Papanya.

"Jadi dijemput Jekson, kan?" Satriaji melirik putrinya dari ruang makan. Meminta Gemaya menggiring Roger ke meja makan untuk sarapan bersama.

Gemaya mengangguk sekali lantas beringsut menghampiri Papanya sembari menggandeng Roger. Sebelum menyantap sarapan, Gemaya menuntun Roger duduk di salah satu kursi kemudian meletakkan sepotong roti dengan selai coklat ke piring Roger.

"Gem, pelan-pelan makannya." Satriaji terlihat cemas saat mendapati Gemaya yang tak berhenti memasukkan makanan ke mulutnya sendiri. "Minum dulu nanti kesedak."

Tak butuh waktu lama, segelas susu cokelat berhasil digandakan dalam sekejap. Setelah menelan lima tangkup roti, perut Gemaya mulai terasa sesak. Tempo makannya juga sudah tidak secepat saat tadi melahap suapan pertama. Tapi gadis itu tidak akan berhenti makan sebelum benar-benar merasa kenyang hingga sendawanya terdengar.

Ia harus bertransformasi menjadi Gembulan, agar dapat ke luar rumahnya dengan selamat.

"Kalo udah kenyang berhenti, Gem." Satriaji mencoba memperingati. Walau tahu jika putrinya youtuber mukbang, tapi melihat wajah Gemaya yang tersiksa seperti itu tentu membuatnya tak tega.

"Pelan-pelan aja makannya." Satriaji baru hendak menyantap kembali makanannya, sebelum sesuatu yang ada di wajah Gemaya menarik perhatiannya.

Tetesan air mata.

"Gem, udah nggak usah dipaksa. Kalo kamu takut sama wartawan di luar sana, biar nanti Papa yang ngadepin."

Satriaji terpaksa mengeraskan suaranya agar Gemaya tahu apa yang sebenarnya ia inginkan. Ya, ia ingin Gemaya tidak memaksakan diri menjadi orang lain. Ia ingin Gemaya bersikap lebih dewasa untuk menghadapi setiap permasalahan yang datang dengan tidak bersembunyi.

"Maaf, Pa." Gemaya menggeser kursinya lantas beranjak dari meja makan dengan terburu-buru. Ia berlari kecil menuju kamar lantas menutup pintunya rapat-rapat.

Meski merasa diabaikan, Satriaji memilih diam ketika Gemaya pamit dari acara sarapan bersamanya pagi itu. Sembari menarik napas dalam-dalam, ia mempersiapkan diri untuk melihat transformasi tubuh putrinya.

Seperti yang dijelaskan semalam, setiap kali Gemaya kekenyangan lalu bersendawa, tubuh ramping putrinya akan berubah menjadi Gembulan. Dan seperti yang ia duga sebelumnya, tepat saat pintu kamar Gemaya terbuka, sosok lain muncul dari sana.

"Aku balik ke kos dulu ya, Pa."

Satriaji menatap putrinya dengan wajah sendu. Bahunya merosot. Benar apa yang ia takutkan. Gemaya dengan sengaja bertransformasi menjadi Gembulan, untuk mencari tempat perlindungan.

"Papa sama Roger baik-baik, ya." Gembulan meraih tangan Satriaji lalu dikecup penuh kasih sayang. "Aku bisa jaga diri, Pa."

Setelah mengusap lembut kepala putrinya, Satriaji meminta Roger turun dari kursi untuk mengantar kepergian Gembulan melalui pintu belakang rumah.

Awalnya, Roger tampak enggan melepaskan cengkramannya dari ujung baju yang dikenakan Gembulan. Namun Satriaji dengan tanggap meraih tubuh anak bungsunya itu lantas digendong menjauhi Gembulan yang sudah berdiri di ambang pintu.

"Kapan-kapan ke sini lagi, ya, Kak!" celetuk Roger yang langsung direspon Gembulan dengan anggukan kepala.

Adik bungsunya itu mungkin belum terlalu paham dengan apa yang terjadi di antara Gemaya dan Gembulan. Roger berpikir keduanya adalah orang yang berbeda. Namun karena Gembulan baik, perhatian juga tampak sangat menyanyanginya, dalam semalam keduanya sudah bisa akrab.

"Hati-hati, Nak."

Seruan dari balik punggungnya membuat Gembulan menoleh sekali lagi. Namun ia tak boleh berlama-lama berdiri di sana sebelum para wartawan menyadari keberadaannya. Ada di tubuh Gembulan, tidak serta merta membuat gadis itu bebas berkeliaran.

Masih ingat kejadian kemarin sore, kan? Siapa pun yang hendak masuk atau ke luar dari rumahnya, pasti menjadi sasaran empuk para wartawan.

Langkah Gembulan menyusuri jalan setapak di belakang rumah seketika terhenti, saat kakinya bertemu sepasang kaki lain dari arah berlawanan. Ia terdiam cukup lama. Menatap lurus ke arah sepatu yang sangat dikenalnya itu.

Heels berwarna merah pemberiannya dengan taburan mutiara berukuran kecil yang mewah. Masih teringat jelas bagaimana dengan susah payah ia mendapatkan sepatu brand ternama itu, setelah memutari beberapa store di Jakarta.

Sepasang mata bening Gembulan terangkat. Ada rasa sesak yang menyeruak begitu keduanya saling tatap. 

Mama?

***

Selamat malam Minggu! Pada Malming ke mana? Eh readers Gemaya jomblo semua kayaknya, jadi paling gabut di kamar sambil wattpad-an, kan? Wkwkw

Di part selanjutnya, aku mau munculin cogan lagi. Jadi sebenernya bakal banyak cogan yang bertabur di cerita ini gaiz. Wkwkw. Tinggal pilih aja, walau nggak bisa dimiliki. Huahahaha.

Salam sayang,
Rismami_sunflorist


Continue Reading

You'll Also Like

1.1M 96.9K 48
(𝐒𝐞𝐫𝐢𝐞𝐬 𝐓𝐫𝐚𝐧𝐬𝐦𝐢𝐠𝐫𝐚𝐬𝐢 𝟏) 𝘊𝘰𝘷𝘦𝘳 𝘣𝘺 𝘸𝘪𝘥𝘺𝘢𝘸𝘢𝘵𝘪0506 ғᴏʟʟᴏᴡ ᴅᴀʜᴜʟᴜ ᴀᴋᴜɴ ᴘᴏᴛᴀ ɪɴɪ ᴜɴᴛᴜᴋ ᴍᴇɴᴅᴜᴋᴜɴɢ ᴊᴀʟᴀɴɴʏᴀ ᴄᴇʀɪᴛᴀ♥︎ ⚠ �...
1.2M 63.5K 40
Aline Putri Savira adalah seorang gadis biasa biasa saja, pecinta cogan dan maniak novel. Bagaimana jadi nya jika ia bertransmigrasi ke dalam novel...
1M 73.4K 34
Apa yang kamu lakukan jika mengulang waktu kembali? Tabitha Veronika Miller sosok gadis yang diberi kesempatan untuk mengulang waktu kembali, kematia...
119K 296 12
21+++ Mengandung unsur kekerasan sexual dan pornografi. Ga suka? Skip. Plagiat menjauh! Tentang Cesa yang menikah dengan seorang pria kaya. Bukannya...