Gimana semalem NC nya?😏
.
Lucas membanting pintu kamar asrama dengan kasar saat dia masuk. Ketiga temannya yang berada di dalam kamar terkejut sembari melihat kearahnya.
"Ada apa denganmu?" Haechan bangun dari atas tempat tidurnya.
"Jangan tanya apapun! Hari ini adalah hari sialku! Aku seorang pria yang tinggi. Dan kalian percaya kalau aku baru saja disentuh di sebelah sini dan sini oleh seorang pria tua mesum di dalam bus?!"
Jaemin merasa tertarik, "Mungkin mereka tertarik dengan perut sixpack mu?"
"Mana aku tahu. Aku berdiri membelakanginya. Siapa yang akan menduga kalau dia akan menjulurkan tangannya dan menyentuh pantatku! Tetapi aku tidak melepaskannya begitu saja, aku menghajarnya." Lucas terlihat bangga.
"Lalu, kenapa kau masih terlihat kesal?" Haechan kembali bertanya.
"Saat aku mengingat kalau bokongku pernah disentuh seorang psikopat seperti itu, aku merasa jijik!"
Jaemin menepuk-nepuk bahu Lucas sambil berkata. "Lagi pula pantatmu itu tidak berfungsi selama dia berada disitu. Untuk apa kau marah?"
Kata-kata Jaemin menjadi bahan olokan oleh teman-temannya yang lain. Lucas mendorong tubuh Jaemin.
"Jangan kira kau akan aman. Aku dengan tubuh tinggi, perut sixpack, dan kekuatanku ini saja bisa dilecehkan. Lihat dirimu, begitu kurus. Siapa tahu kau akan mengalaminya."
Sebenarnya ucapan Lucas itu hanya bercanda. Siapa sangka Na Jaemin akan menanggapinya dengan serius. Akhirnya dia mulai cemas dan khawatir terhadap keselamatan dirinya.
Kini Jaemin mengamati tubuhnya di depan kaca. Tubunya hanya berisi tulang. Bagaimana jika hal itu akan terjadi pada dirinya?
Semakin Jaemin memikirkannya. Semakin dia ketakutan. Demi melindungi cinta sucinya, Jaemin harus melatih tubuhnya hingga terlihat kuat.
Akhirnya Jaemin segera mencari berbagai informasi mengenai kelas bela diri di internet. Tetapi tidak ada satu pun yang menarik baginya. Saat di kelas, Jaemin menceritakan pada Renjun apa yang menjadi beban pikirannya. Renjun mengeluarkan selembar kertas dari dalam tasnya, dengan sembunyi-sembunyi berbisik pada Jaemin.
"Ini adalah jurus ilmu bela diri rahasia. Dijamin tidak ada satu orang pun yang akan berani menyentuhmu setelah kau menguasai semuanya. Karena kau sahabatku, aku akan memberikannya padamu. Praktekkan dengan baik. Jika kau sudah menguasai semuanya, kau akan menjadi yang paling hebat."
Bagi Jaemin, selembar kertas itu terlihat seperti sebuah cahaya terang yang dia butuhkan di kegelapan.
🐁🐁🐁
Tepat setelah kelas berakhir, Jaemin sangat gembira dan segera kembali menuju asramanya. Dengan serius ia mempelajari ilmu bela diri itu.
"Monyet mencuri kesemek! Tangan tak terlihat!" Semua nama-nama itu adalah nama jurus kungfu yang biasanya Jaemin lihat dalam drama.
Ketiga orang teman Jaemin terlihat kaget. Mereka menonton Jaemin yang sedang mempraktekkan gerakan bela dirinya. Pada akhirnya Lucas angkat bicara.
"Na Jaemin, siapa yang mengajarimu hal seperti itu? Itu terlihat bodoh."
"Apa yang kau tahu? Ini jurus yang sangat hebat."
Lucas menambahkan, "Jaemin-ah, kupikir jika kau sungguh-sungguh mempelajari semua jurus ini, itu berarti bukan kau yang sedang mencoba melindungi dirimu. Tetapi orang lain yang seharusnya melindungi diri mereka darimu."
"Ah... pemikiran kalian terlalu dangkal."
Jaemin memutuskan untuk tidak terlalu terganggu dengan komentar teman-temannya dan kembali meneruskan latihan. Bagi Jaemin, ketiga temannya itu tidak mengerti apapun.
Dengan tangan dan kakinya yang terus melayang kesegala arah, keatas dan bawah Jaemin terlihat begitu serius berlatih.
🐁🐁🐁
Setelah berlatih dengan giat selama beberapa hari, Minggu pun tiba. Jaemin segera menghubungi Jeno.
Jeno harus bekerja lembur hari ini, jadi Jaemin naik bus sendiri menuju kantor Jeno.
Di dalam Bus, Jaemin dengan hati-hati memperhatikan sekitarnya. Dia tidak ingin ada seorang pun yang berani menyentuh bokongnya dan merusak rencana melindungi tubuh sucinya untuk seseorang yang dia cintai.
Saat dia turun dari Bus, Jaemin langsung berjalan menuju kantor Jeno. Terlihat seorang sekretaris yang menggunakan pakaian kantoran berdiri di samping kekasihnya itu. Namanya Somi. Jeno sedang melihat-lihat sebuah berkas, seperti biasa tampak ekspresi dingin di wajahnya.
Jaemin sudah berada di depan ruangan Jeno, tetapi menyadari bahwa tidak ada satupun dari mereka yang menyadari kedatangannya. Jadi dia memberikan ketukan di pintu.
"Aku datang."
Kedua orang itu mendongak melihatnya, tetapi kemudian kembali melanjutkan melihat dokumen lagi.
Jaemin sering datang mengunjungi Jeno setiap dua atau tiga hari sekali. Sudah terasa normal bagi Somi. Gadis itu sendiri menduga bahwa Jaemin dan bosnya adalah teman dekat. Sama seperti pada Mark dan Hyunjin. Jadi dia tidak memikirkan terlalu jauh.
Melihat tidak ada seorang pun yang memberikan perhatian padanya, Jaemin sekali lagi mengetuk pintu.
"Aku sudah datang."
Jeno melihat kearahnya lagi dan memberikannya tatapan tajam. Kemudian dia beralih pada Somi. "Kau keluar dulu."
Somi melakukan sesuai perintah Jeno. Dia menutup pintu dibelakangnya.
Saat Somi sudah keluar, Jaemin menggeleng-gelengkan kepalanya. "Apa kau lihat? Dia menggunakan rok yang sangat pendek!"
"Dimana matamu berpetualang dari tadi?" Kesal Jeno.
"Aku cuma bicara. Hari ini Minggu, kenapa kau lembur?"
"Terjadi sesuatu, jadi kami harus menyelesaikannya lebih dulu."
"Lalu, kenapa aku tidak melihat Nancy disini?"
"Dia akan mulai bekerja disini minggu depan. Kau datang kesini cuma karena ingin membicarakan hal tidak penting seperti ini?" perhatian Jeno kembali pada berkas-berkas di tangannya.
Seperti diingatkan oteh Jeno, Jaemin segera ingat tujuannya untuk datang menemui Jeno di kantor.
Jaemin membungkukkan tubuhnya dan menempelkan wajahnya diatas tumpukan berkas-berkas yang sedang dilihat Jeno. Memaksa Jeno untuk melihatnya. Kemudian mulai bercerita dengan bersemangat,
"Aku beritahukan kepadamu. Lucas, pria yang sekamar denganku, kau ingat dia? Bokongnya disentuh oleh pria tua mesum saat dia berada di dalam bus beberapa hari lalu. Lihatkan, dia yang memiliki tubuh tinggi dan sixpack saja masih ada yang berani mengganggunya. Apalagi aku yang kurus ini. Siapa tahu suatu hari nanti aku mungkin—- Hei! Apa kau mendengarkanku?"
Jeno mendorong wajah Jaemin yang masih berada di atas berkasnya, "Hal seperti itu, kau tidak perlu terlalu khawatir." ucap Jeno dingin.
"Kenapa?" Jaemin merasa tidak mengerti.
"Aku beri contoh, kau dan penampilan biasamu. Aku kira hanya aku saja yang akan jatuh cinta padamu. Jangan lupakan sifatmu yang menyebalkan itu. Jika kau menjadi salah satu peserta di acara TV yang mencari suami idaman, disaat kau membalikan badan, semua hati para gadis tidak bersemangat. Setelah melihat bagaimana keseharianmu, mereka pasti akan lebih kecewa. Kemudian akan terdengar backsound musik menyedihkan. Sudahlah, kau hanya perlu bersamaku hingga akhir nanti."
Setelah Jeno selesai mengatakan hal yang jelas-jelas terdengar meremehkan Jaemin, dia kembali melanjutkan pekerjaannya.
Jaemin merasa tidak senang." Apa maksudmu? Kau meremehkanku?! Aku hanya ingin melakukan pencegahan! Jika sesuatu benar-benar terjadi, jangan sampai kau menyesalinya. Aku bahkan belajar berbagai jenis kungfu. Sini biarkan aku memperlihatkannya padamu. Berikan aku pendapatmu."
Jeno menatap Jaemin, "Apa kau terlalu bebas setiap hari?"
"Hanya melihat saja. Aku sudah mempelajarinya selama beberapa hari."
Melihat Jeno tidak tertarik, Jaemin menarik Jeno untuk bangun dari tempat duduknya. Menariknya berdiri di depan meja kerja.
"Lihat baik-baik."
Jeno sungguh tidak ingin menonton atraksi topeng monyet Jaemin. Dia meraih berkasnya tadi dan kembali membacanya sambil bersender di meja.
"Monyet mencuri kesemek! Tangan tak terlihat!" Tangan dan kaki Jaemin melayang kemana-mana. Jeno bahkan memijat pangkal hidung saking lelahnya dengan kelakuan Jaemin.
Hingga beberapa saat kemudian, tanpa sengaja Jaemin menendang dan ternyata kakinya melayang tepat kebagian bawah tubuh Jeno.
Aset berharga Jeno ditendang oleh Jaemin.
Jeno merosot terjatuh di atas lantai dengan masih memegang berkasnya.
Jeno mengeluarkan erangan pelan yang terdengar menyakitkan. Kemudian dia menunduk sambil menyentuh bagian bawahnya.
Pada saat itu, wajah Jaemin langsung berubah pucat. Bibirnya terlihat bergetar. "Kau—-kenapa kau tidak menghindar? Kenapa kau hanya berdiri diam disana? Apa kau baik-baik saja? Aku sungguh tidak bermaksud untuk—-"
Setelah beberapa lama, Jeno akhirnya bisa mendongakkan wajahnya sambil menggeretakkan gigi-giginya. "Na Jaemin!! Kubunuh kau!!"
Jaemin berlari keluar dari kantor Jeno.
Karena masih terasa begitu sakit Jeno tidak bisa mengejarnya.
🐁🐁🐁
Jaemin kembali ke asramanya dengan wajah ketakutan. Haechan yang melihat wajah sahabatnya itu berpikir bahwa Jaemin habis bertemu dengan sesuatu yang menyeramkan.
"Ada apa? Apa kau sudah berhasil menggunakan jurus bela dirimu itu?"
Jaemin mengeluarkan selembar kertas yang Renjun berikan padanya, lalu menyobek-nyobek kertas itu menjadi potongan-potongan kecil. Kemudian membuangnya ke dalam tempat sampah.
"Mulai hari ini dan seterusnya, aku pensiun."
Akibat kejadian hari itu, Jaemin mendapat peringatan agar jangan pernah berada di sekitar Jeno selama seminggu.
.
.
.
Tbc~
[ piceboo & Angelina, 2020 ]