60. Pemberontakan Jaemin (Part 3)

10.7K 1.4K 435
                                    

Setiap pasangan pasti pernah mengalami pertengkaran. Jaemin selalu berusaha agar pertengkaran diantara mereka berdua tidak terlalu sering terjadi. Karena setiap kali mereka bertengkar, pasti rasanya akan selalu menyakitkan.

Selama perjalanan menuju rumah Hina, Jaemin terus saja memikirkan kata-kata yang Jeno katakan padanya tadi.

"Jika kau pergi, maka jangan pernah kembali lagi."

Apa Jeno bersungguh-sungguh? Bagaimana bisa hubungan mereka berdua berakhir seperti ini?

Jaemin tidak mendengarkan sepatah kata pun dari Hina selama berada di dalam taksi. Setelah mereka sampai di depan rumah Hina, dia langsung kembali ke rumahnya.

Jaemin merebahkan diri diatas tempat tidur. Dia tidak bisa tidur malam itu. Jaemin kembali mengingat-ingat apa saja yang sudah terjadi sejak pertama kali pertengkaran mereka dimulai.

Sebenarnya apa yang salah? Kenapa Jeno begitu marah bahkan sampai bisa mengatakan hal yang begitu menyakitkan padanya? Apa Jeno tidak tahu bahwa setiap perkataannya memberikan pengaruh besar baginya. Entah itu perkataan manis atau menyakitkan sekalipun. Apa Jeno mengerti bahwa perkataanya selalu masuk kedalam hatinya? Jaemin yakin pasti Jeno tidak bersungguh-sungguh dengan perkataannya tadi. Jeno tidak akan mungkin meninggalkannya.

Tiba-tiba apa yang Lucas katakan padanya beberapa hari lalu terngiang kembali di kepalanya.

"Seharusnya kau tidak berbohong padanya sejak awal."

Bagaimana jika ternyata Jeno marah padanya bukan karena dia keluar bersenang-senang bersama dengan teman-temannya? Tetapi dia marah karena Jaemin sudah berbohong padanya? Kalau memang benar karena hal itu, kenapa Jeno tidak langsung saja mengatakannya? Dasar Jeno si bocah keras kepala itu! Kenapa dia tidak langsung saja mengatakannya dengan jelas dimana kesalahannya?

Setelah itu Jaemin langsung bergegas mengganti pakaiannya.

🐁🐁🐁

Di luar hanya terlihat cahaya lampu jalan yang menerangi. Jaemin merapatkan jaket yang dipakainya sembari berjalan keluar rumah.

Dalam diam Jaemin menaiki lift ke lantai 30. Jaemin bermaksud untuk mengetuk pintu apartemen Jeno, tetapi dia menyadari bahwa pintu itu tidak terkunci. Dengan perlahan Jaemin mendorong pintu itu hingga terbuka.

Ruangan di dalam apartemen sangat gelap. Hanya ada sedikit cahaya temaram dari pantulan sinar bulan yang masuk dari jendela.

Jaemin bisa melihat Jeno yang tengah menyandarkan tubuhnya di sofa. Dia terlihat setengah terlelap, dengan sebelah tangan menahan kepalanya di belakang dan satu tangan lagi terkepal di atas sofa.

Jaemin berjalan masuk dan berdiri di depan Jeno. Jika dia memanggil namanya, Jaemin khawatir kalau pria itu akan mengusirnya keluar lagi. Jaemin sudah mengatakan padanya untuk tidak akan kembali, tetapi dia sudah tidak bisa menahannya lagi.

Jaemin berlutut di depan sofa, dia meletakkan kepalanya di dada dengan kedua tangan yang telah melingkar memeluk Jeno.

"Aku minta maaf, aku seharusnya tidak berbohong padamu. Tetapi kau juga seharusnya tidak mengatakan kata-kata yang menyakitkan seperti itu. Apa maksudmu dengan jangan kembali lagi? Aku tidak memiliki tempat lain yang bisa aku datangi selain di sini. Kau sangat jahat, kenapa kau bisa mengatakan hal seperti itu. Aku sangat sedih. Kau benar-benar kejam, sangat kejam!" Ucap Jaemin pelan.

Air mata Jaemin kini membasahi kemeja yang dipakai Jeno.

Jeno mengulurkan tangannya dan mengelus lembut surai kecoklatan Jaemin.

"Bukankah akhirnya kau tetap kembali? Aku sangat marah saat melihat kau bersama dengan orang lain. Itu tadi hanya kata-kata karena aku cemburu:"

"Aku tahu, kau tidak akan mungkin tega untuk melepaskanku begitu saja. Kau sudah berbohong. Jangan pernah berbohong seperti itu lagi padaku. Jika tidak aku akan sungguh-sungguh pergi darimu."

Jaemin menggenggam erat tangan Jeno.

"Kalau begitu kita impas."

"Dan kita tidak boleh lagi berbohong satu sama lain."

Jeno menarik Jaemin ke dalam pelukkannya. "Menginaplah malam ini."

Jaemin pun menganggukkan kepalanya.

🐁🐁🐁

Di pagi harinya ketika Jeno bangun, Jaemin sudah tidak berada di atas tempat tidurnya. Jeno segera mengenakan pakaiannya kemudian berjalan keluar kamar, Jaemin juga tidak terlihat di ruang tamu.

Tiba-tiba terdengar suara dari dalam ruang belajar. Jeno membuka pintu dan melihat Jaemin yang terlihat serius menulis sesuatu di atas selembar kertas.

Jaemin yang melihat Jeno berdiri di depan pintu melambaikan tangannya sambil tersenyum lebar.

Jeno berjalan menghampiri Jaemin. "Apa yang sedang kau lakukan?"

"Aku sudah memikirkannya. Kita harus menemukan sebab dari setiap pertengkaran kita, dan kita akan membuat sebuah persetujuan untuk tidak melakukannya lagi."

"Hal konyol apalagi yang sedang kau pikirkan?"

Jaemin hanya berdeham dan melanjutkan perkataannya.

"Kedua belah pihak : Jeno dan Jaemin. Dalam hal untuk melindungi hubungan percintaan keduanya, maka kedua belah pihak setuju untuk membuat kesepakatan. Jika ada salah satu dari kedua belah pihak yang melanggar kesepakatan, dia akan mati tanpa tempat untuk dikuburkan dan dihancurkan hingga berkeping-keping."

"Itu terdengar sangat keras."

"Ini salah satu cara agar kita bisa menganggap serius kesepakatan ini."

"Tetapi ku rasa kau Iah yang berkesempatan paling besar untuk hancur berkeping-keping."

Jaemin mengabaikan perkataan Jeno yang terlalu terus terang dan melanjutkan membaca.

"1. Kedua belah pihak harus berusaha untuk melakukan hal terbaik yang bisa mereka lakukan untuk membuat kedua orangtua dua belah pihak bisa menerima hubungan mereka. Kedua belah pihak tidak boleh ada yang mengundurkan diri.
2. Seme tidak boleh menggunakan kata-kata kasar untuk mengomeli Uke. Misalnya mengatainya bodoh, idiot atau kata-kata kasar lainnya.
3. Kedua belah pihak harus saling jujur satu sama lain, ini tidak termasuk saat mereka bercanda atau berbohong hanya bermaksud untuk bermain-main."

"Bukankah menurutmu kesepakatan nomer 2 itu terdengar tidak adil?" protes Jeno.

"Aku pikir itu oke. Lain kali, kapan pun kita sedang bertengkar, kita akan menambahkan kesepakatan lainnya di sini."

Melihat Jeno yang tidak mengatakan apapun, Jaemin menyimpulkan bahwa Jeno setuju dengan kesepakatan yang dia buat. Jaemin terlihat sangat puas.

"Jeno, kita sudah bersama lebih dari satu tahun dan kita baru bertengkar tiga kali. Menurutku hubungan kita sudah begitu kuat." Sambil mengatakan hal itu, Jaemin memeluk pinggang Jeno. "Tahun ini kita berdua harus berusaha lebih baik lagi. Lakukan hal terbaik yang bisa kita lakukan untuk tidak bertengkar lagi."

"Hal itu tergantung bagaimana kau."

"Apa kau pernah mendengar sebuah peribahasa tepuk sebelah tangan tidak akan berbunyi?" Tanya Jaemin.

"Aku hanya pernah mendengar bahwa hanya dengan satu pukulan bisa membunuh seseorang."

"Jangan berkata seperti itu please..."

"Jika suatu hari nanti kau di hancurkan berkeping-keping, kau ingin aku mengkremasi atau menguburkanmu?"

"Kau mengatakan hal seperti itu dipagi hari seperti ini!"

"Kau bilang tadi tidak akan ada tempat untuk dikuburkan? Kalau begitu aku cukup menggunakan sebuah tikar dan menggulungmu."



Tbc~



[ piceboo & Angelina, 2020 ]

[✔️] Boyfriend | NominWhere stories live. Discover now