11. Hal Baik Menjadi Uke

23.2K 3.5K 803
                                    

Jaemin kini tengah berdiri di depan rumah Jeno.

Sudah hampir 15 menit dia terus mencoba menekan bel rumah itu. Tidak berapa lama setelahnya pintu di hadapannya terbuka. Jaemin melihat Jeno menggunakan kaos tanpa lengan dengan wajah seperti baru bangun tidur. Rambutnya berantakan, matanya masih setengah terbuka.

Jaemin sama sekali belum pernah melihat Jeno dengan tampilan seperti ini. Jaemin pikir Jeno adalah tipe seseorang yang jika pertama kali kau melihatnya, kau mengatakan bahwa dia tampan. Dan ketika kau melihatnya lagi, dia akan berubah semakin tampan. Dan semakin sering kau melihatnya lebih lama, dia bahkan akan terlihat sangat tampan.

Ketika Jeno melihat sosok yang tidak pernah terpikirkan olehnya untuk datang, ekspresi wajahnya langsung berubah. Dia ingin segera menutup pintu. Tetapi Jaemin dengan cepat menahan pegangan pintu.

Semua hal yang ingin Jaemin katakan disepanjang perjalanan tadi kini mulai bercampur aduk di dalam pikirannya.

" Aku—-itu—love bite—-aku—cemburu—-aku yang membuatnya sendiri. Aku minta maaf, aku pantas mati." ucap Jaemin dengan cepat dan terbata. Meminta maaf dengan memejamkan matanya. Tidak berani menatap Jeno langsung.

Jeno bisa mengerti maksud perkataan Jaemin, tetapi wajahnya masih terlihat dingin, "Masuk dan bicara"

Jaemin terlihat seperti anak kecil yang sudah melakukan kesalahan besar, berjalan mengikuti Jeno masuk kedalam ruang tamu. Dia duduk di atas sofa dengan kepala menunduk dan menjelaskan semuanya pada Jeno. Setelah selesai membuat pengakuan, Jaemin menyatukan kedua tangan dan menatap Jeno dengan tatapan memohon layaknya anak kucing.

"Bagus Na Jaemin! Aku tidak pernah menyangka kalau kau memiliki bakat sebagai seorang produser film! Hanya karena hal kecil kau bisa membuatnya menjadi sebuah drama."

Jeno sudah sangat baik karena mau pergi mencarikan uang 50ribu Won itu. Tapi malah berakhir seperti ini. Saat Nancy berteriak di kelas soal Love Bite, Jeno sempat menatap sekilas dan melihat tanda merah yang ada di bahu Jaemin.

JIka Jeno tidak bisa mengontrol dirinya pada saat itu, dia pasti sudah menerobos dan menghajar Jaemin.

"Saat itu aku cemburu. Karena itu—" jujur Jaemin.

Mendengar perkataan Jaemin membuat perasaan Jeno sedikit melunak. Setengah dari rasa marahnya menghilang. "Na Jaemin, kau juga perlu tahu. Bahwa bukan hanya kau yang bisa cemburu." ucap Jeno dengan nada mengintimidasi sambil menggeretakkan giginya.

Jaemin tahu dan sadar sudah melakukan kesalahan. Dia tidak berani untuk berkata apapun. Hanya diam sambil mendengarkan Jeno memarahinya.

"Apa karena terlalu lama aku tidak menghukum mu, kau mulai bertingkah sesuka hati?"

Jeno bergerak mendekat. Memegang dagu Jaemin dan mendongakkannya. Jaemin merona. Hukuman? Melakukan seperti yang pernah mereka lakukan dulu?

Jaemin melihat sekeliling ruangan, rumah Jeno begitu besar. "Tidak ada orang lain disini?" tanyanya pelan.

"Aku tinggal sendirian." Jeno menggendong Jaemin ke dalam kamar. Kemudian melemparkannya ke atas tempat tidur.

Jaemin berbaring menunggu, menarik selimut berwana abu-abu dan menutupi wajahnya yang merona merah.

🐁🐁🐁

Setelah pergumulan mereka. Kini keduanya terlelap dengan Jeno yang memeluk Jaemin dari belakang.

Sebelum tertidur, Jaemin merasa ada hal penting yang terlupakan olehnya. Tetapi karena sudah sangat mengantuk, dia pun memutuskan untuk tidak ambil pusing dan memilih untuk tidur.

Jaemin lupa, hari ini Jeno memang sedang tidak ada kelas. Tetapi bagi Jaemin, siang ini dia masih punya jadwal penuh. Dia juga lupa kalau jumlah kehadiran merupakan 40% syarat untuk bisa mengikuti ujian semester.

Hal pertama yang Jaemin pikirkan saat dia terbangun adalah, hal bagus karena dia seorang uke.

Jaemin mengambil ponselnya. Ada beberapa panggilan tak terjawab sekitar sepuluh menit yang lalu. Dia melihat daftar panggilan masuk dari Lucas, Haechan dan teman-teman lainnya.

Saat Jaemin membuka pesan yang masuk.

Kau bocah! Kau tidak ingin lulus? Cepat datang ke kelas!

Jaemin menjerit dengan suara menyedihkan! Dia mencoba mengabaikan rasa sakit ditubuhnya, segera memakai pakaian dengan terburu buru. Meninggalkan Jeno yang masih tertidur. Jaemin segera berangkat ke kampus.

Sejak hari itu dan seterusnya Jaemin selalu mencoba mencari alasan untuk datang ke rumah Jeno.

Suatu hari Jaemin sengaja merusakkan notebook Jeno. Dan lain harinya berganti CD Player yang dia rusakkan.

Jeno menatapnya kesal, sedangkan Jaemin hanya merona dan akan berkata, "Aku tahu aku sudah melakukan kesalahan. Aku siap dengan hukuman ku."

Seperti hari ini, Jaemin sedang melihat-lihat sekeliling rumah Jeno. Mencari barang apa lagi yang bisa dia rusakkan.

Jeno berdiri tepat di sebelahnya, "Jangan coba-coba untuk mencari alasan, jika kau menginginkannya cukup katakan padaku. Aku tidak ingin ada barang-barang ku yang rusak lagi"

Wajah kecil bersemu merah. Dia tidak pernah tau kalau isi pikirannya bisa dibaca dengan mudah oleh Jeno. Ketika Jaemin sedang sibuk memikirkan apa yang harus dia jelaskan, Jeno menambahkan, "Semester depan aku akan praktek kerja."

"Begitu cepat?!" Jaemin nyaris berteriak.

"Jika kau ingat, sekarang aku sudah ditahun ke empat."

"Lalu, bagaimana dengan ku?" tanya Jaemin sedih.

"Ada apa dengan mu? Ayah memintaku untuk mengurusi cabang perusahaannya, kau bisa pergi menemuiku setiap minggu."

Jaemin langsung terdiam mendengar Jeno menyebut ayahnya.

Dia mulai berpikir bahwa waktu berlalu begitu cepat. Jeno sudah di tahun ke empatnya. Saat mereka berdua berada di kampus semuanya terasa begitu mudah, tetapi ketika waktunya mereka akan lulus begitu terasa sulit. Mencari pekerjaan, menikah, dan memiliki sebuah keluarga.

Bukan berarti Jaemin tidak pernah memikirkan masalah ini sebelumnya. Dia hanya tidak memiliki keberanian untuk memikirkannya. Jaemin kembali mengingat hari-hari bahagia yang dia jalani dengan Jeno. Jaemin ingin menikmatinya setiap hari. Tetapi menyadari kalau dirinya semakin mendekati kenyataan yang terbentang di hadapannya. Dia merasa sudah tidak memiliki energi yang tersisa. Jaemin mulai merasa gelisah.

Melihat perubahan ekspresi Jaemin, Jeno menarik tubuh itu kedalam pelukkannya sambil mengecupi pucuk kepala Jaemin. "Yang perlu kau lakukan hanya ikut dengan ku"

Jaemin memeluk erat pinggang Jeno, terlalu erat hingga nyaris membuat Jeno susah bernapas.

.

.

.

Tbc~

Sumpah ya, aku kalo baca cerita ini suka kesel sama gemes sendiri sama ukenya:'



[ piceboo & Angelina, 2019 ]

[✔️] Boyfriend | NominDonde viven las historias. Descúbrelo ahora