40. Pernikahan Seorang Teman

12.5K 1.6K 510
                                    

Selamat membaca teman-teman🥰

Jaemin menghela napas panjang berkali-kali. Kini dia memegang sebuah undangan pernikahan dari teman SMA-nya. Jaemin tidak pernah berpikir bahwa gadis itu akan menikah dengan cepat.

Semakin memikirkannya, Jaemin semakin gelisah. Waktu memang tidak akan pernah menunggu siapapun.

Jaemin masih mempertimbangkan untuk datang atau tidak. Sebenarnya dia tidak perlu terlalu banyak berpikir saat berada dalam situasi seperti itu, karena pada akhirnya dia akan selalu bertanya pendapat Jeno.

Setelah menyelesaikan kuliah paginya, Jaemin segera bergegas pulang ke rumah. Jaemin menonton TV sembari menunggu Jeno kembali dari kantor. Ketika dia mendengar suara kunci yang dibuka, Jaemin cepat-cepat bersembunyi dibalik pintu. Saat Jeno sedang melepaskan sepatunya, Jaemin melompat keluar.

"Kejutaaan!! Apa kau kaget melihatku?"

Jeno dengan tanpa ekspresi berjalan melewati Jaemin.

"Jika kau melakukan operasi payudara, mungkin akan bisa membuatku terkejut."

"Jadi kau ingin mengatakan kalau dadaku kecil? Gadis-gadis itu setiap hari harus membawa dua gundukkan lemak. Apa itu terlihat bagus? Dan suatu saat itu akan berubah bentuk. Aku lihat punya Nancy tidak hanya berubah bentuk, bahkan miliknya terlihat kendur."

Jaemin mencoba untuk mencari kata-kata lain untuk mendiskripsikan maksudnya. Sebenarnya Jaemin merasa berterimakasih pada Nancy karena sudah membantunya disaat dia dan Jeno sedang terpuruk. Tetapi setelah mereka kembali bersama, Nancy berkata sesuatu padanya.


"Kau pikir aku melakukan semua ini untukmu? Aku hanya mengkhawatirkan Jeno! Jika dia pergi, aku tidak akan bisa melihatnya lagi. Lalu bagaimana caranya aku bisa bertemu dan berbicara dengannya?"


Kepala Jaemin rasanya mulai berasap saat mendengarkan perkataan Nancy itu.

Jeno menuangkan segelas kopi dan menyadarkan Jaemin dari lamunannya.

"Aku lihat kau begitu familiar dengan dadanya."

Jaemin menggelengkan kepalanya, "Aku hanya menebak! Gadis itu, kau bisa mendapatkan nasib buruk hanya karena menatapnya. Jeno, jangan biarkan Nancy berada di dekatmu. Tidak baik. Hal buruk!!" ucap Jaemin dengan memasang ekspresi horor.

Jeno mengabaikan Jaemin dan melihat kartu undangan pernikahan yang tergeletak di atas meja. "Seseorang mengundangmu untuk menjadi pengiring pengantin?"

"Pengiring pengantin apa? Ini undangan untuk tamu VIP!!" Jaemin dengan keras menekankan kata 'VIP'.

Kini Jaemin juga menuangkan segelas kopi untuk dirinya sendiri. Kemudian dia duduk di sebelah Jeno, meniru Jeno yang sedang menyesap kopinya.

"Tentang undangan itu, dia teman sekelasku di SMA. Dia adalah orang pertama yang menikah di kelas ku. Dia kan sudah mengundangku. Haruskah aku pergi? Ah...waktu memang berlalu begitu cepat. Begitu cepat hingga tidak terasa setahun sudah terlewati." Jaemin menghela napas seperti seorang pria tua.

"Apa dia mantanmu?"

"Mantan apa?! Aku hanya memilikimu seumur hidupku!!"

Jeno tertawa, "Berpura-pura polos!"

Saat Jeno tertawa seperti itu, berarti apa yang Jaemin katakan menyenangkan baginya.

"Kau pikir aku sama sepertimu. Playboy! Jangan mengganti topik. Katakan padaku, aku harus pergi atau tidak?"

"Jika kau ingin pergi, pergilah. Aku tidak pernah mengekangmu."

Jaemin mulai membujuk Jeno, "Tapi... Aku takut kalau harus pergi sendirian."

[✔️] Boyfriend | NominWhere stories live. Discover now