31. Hidup Tidak Selalu Indah (Part 1)

12.8K 1.7K 342
                                    

Mengandung bawang. Jangan harap bisa ketawa di chapter ini.




• • •

Sebaik apapun kau menyimpannya, pasti akan tiba saat kau tidak akan pernah bisa untuk bersembunyi lagi.

Sama seperti Jaemin yang belum siap untuk berada dalam situasi rumit.

Akhirnya hari itu pun datang juga.

Pagi ini seperti biasanya, Jaemin pergi mengunjungi Jeno di kantornya. Tetapi sekretaris baru Jeno terus saja memberi tahu padanya untuk tidak masuk ke dalam ruangan.

Seorang Na Jaemin tidak akan pernah mendengarkan. Dia terus saja mencoba mendorong pintu ruangan Jeno, tetapi ternyata pintu tersebut telah dikunci dari dalam.

Apa Jeno sedang berselingkuh? Jaemin mencoba mengintip untuk melihat apa yang sedang terjadi di dalam sana, dan apa yang dia lihat berhasil mengejutkannya.

Jaemin melihat seorang pria yang sedang duduk di atas kursi milik Jeno. Pria itu terlihat berumur sekitar 40-an, tanpa sedikitpun rambut putih dikepalanya. Pria itu menggunakan setelan jas rapi, wajah pria itu mengingatkan Jaemin pada Jeno. Sosok itu sudah pasti Ayahnya Jeno.

Saat ini pria itu bertatapan dengan Jeno yang sedang berdiri bersandar di dinding.

"Jelaskan padaku apa maksud dari semua ini?" Ayah Jeno terlihat mengeluarkan beberapa foto di atas meja.

Itu adalah foto kebersamaan Jeno dan Jaemin.

Jeno menggerakkan bahunya. "Tidak ada hal yang perlu dijelaskan. Cepat atau lambat kau juga akan mengetahuinya."

"Sebenarnya aku sudah mengetahuinya cukup lama. Ku pikir kau hanya sedang bermain-main. Tetapi sekarang kau akan mengambil alih perusahan ini dan kau masih saja bersama dengannya. Sebenarnya apa hal baik yang dia punya?"

"Mengapa aku harus memberitahumu?" Jeno terlihat tidak menunjukkan ekspresi apapun. Hanya menatap tajam ke arah Ayahnya.

"Apa ini karena aku sudah terlalu lama tidak memperhatikanmu. Lihat saja bagaimana kau sekarang."

"Sejak kapan kau pernah perduli denganku? Bagaimana perubahanku sekarang? Aku tidak merasa ada yang salah dengan kehidupanku saat ini. Jika kau sungguh memiliki waktu luang, mengapa kau tidak lebih memperdulikan para selingkuhanmu?!"

"Apa yang kau katakan? Seperti ini sikapmu sebagai seorang anak?!"

"Aku? Ada apa denganku? Aku sedang mengajarkan padamu untuk tidak melakukan hal yang tidak penting."

"Lalu kau?! Apa kau sudah melakukan hal yang bisa kau banggakan saat ini?!" Ayah Jeno meremas sebuah foto ditangannya. Dia menghela napas dengan berat. Dimatanya terlihat kesedihan dan rasa terluka.

"Na Jaemin itu, apa dia bisa memberikanmu seorang anak? Apa dia bisa melanjutkan garis keturunan kita? Kau masih terlalu muda, kau mungkin belum merasa terlalu penting untuk memilki seorang anak saat ini, tapi bagaimana nanti? Saat kau sudah mulai cukup matang, apa kau sudah mempertimbangkan segalanya dengan serius? Kau selalu menjadi anak pintar. Bagaimana kali ini kau begitu ceroboh?"

"Aku akan selalu bersamanya meskipun dia tidak akan pernah bisa memberikanku seorang anak." Jeno menambahkan. "Ku kira kau sudah lebih berpengalaman tentang hal itu. Sebaiknya kau teruskan saja membuat keturunan. Aku tidak perlu ikut membantu."

Saat mendengar perkataan Jeno, wajah Ayahnya langsung berubah menyeramkan. Dia berdiri dan kemudian memberikan sebuah tamparan keras di wajah Jeno.

Jeno tidak menghindar. Dia bahkan masih bisa menatap Ayahnya dengan tersenyum.

Jaemin yang masih berada di luar merasa seperti akan pingsan. Hubungan Ayah dan Anak ini ternyata lebih buruk daripada orang asing diluar sana.

[✔️] Boyfriend | NominWhere stories live. Discover now