Dibalik Layar [END]

By Lunar14_

134K 20.5K 5.5K

[Highrank #1 in Veranda, Yona. #3 in Kinal #65 in Fanfiction #11 In JKT48 #5 In Venal.] Aku terlalu mencintai... More

1. Lembar Pertama
I
II
2. Lembar Kedua
I
II
3. Lembar Ketiga
I
II
4. Lembar keempat
I
II
5. Lembar Kelima
I
II
6.Lembar Keenam
I
II
7. Lembar Ketujuh
I
II
8. Lembar Kedelapan
I
II
9.Lembar Kesembilan
I
II
10. Lembar Kesepuluh.
I
II
11. Lembar Kesebelas
I
II
12.Lembar Keduabelas
I
II
13. Lembar Ketigabelas
I
II
14.Lembar Keempatbelas
I
II
15. Lembar Kelimabelas
I
II
16.Lembar Keenambelas.
II
:)

I

2.3K 431 80
By Lunar14_

Malam sudah datang sekarang waktu sudah menunjukan pukul tujuh, dan aku berjalan keluar dari ruanganku, sudah tidak ada siapa-siapa disini, aku hanya tersenyum saat seorang security menyapaku.

Tubuhku benar-benar terasa lelah, event sounsekyo begitu menyita waktuku, ku pikir dulu saat masih menjadi member hanya member lah yang berusaha keras atas event ini, tapi peran staff juga sangat penting, apalagi euforia untuk idol group sendiri di indonesia sudah benar-benar mengendur itu yang menjadi kerja kerasku dengan ka Melody, membuat mereka harus kembali menggilai JKT48.

Deretan lukisan-lukisan dengan dominan berwarna hitam dan putih seakan menggambarkan hati sang pelukis, apakah Yona membuat nya saat hatinya terluka? Lihat saja kini seorang gadis yang duduk sendiri dibangku taman yang kosong, dia terlihat kesepian, hanya seekor burung dara yang menemaninya disana.

Aku selalu menyukai detail lukisan yang Yona buat, dia selalu membuatnya benar-benar nyata, lukisan itu seakan hidup, menggambarkan semua perasaanya.

Kakiku melangkah lagi, memasuki deretan lukisan yang sedikit berwarna, aku tidak terlalu mengerti dengan lukisan ini, hanya ruangan kosong yang berwarna merah, ada retakan disudut dingdingnya seakan terlepas dari tembok lainnya.

Apakah ini gambaran ruang dalam hatinya? Jika memang iya, dia sangat terlihat mendramatisir, melukis hal apapun yang dia rasakan.

Kini tubuhku berhenti tepat didepan lukisan yang aku ingat, dia membuatnya dulu saat aku membohongi perihal Veranda yang mencintaiku, kini aku baru mengerti kenapa gadis itu membawa payung walau keadaan langit hanya gelap, tak hujan.

Itu mengartikan, Yona selalu mengantisipasi akan hal apapun yang bisa kapan saja menyakiti hatinya.

"Berapa harga untuk lukisan ini?"
Kataku bersuara, kalian tau, sejak tadi aku berdiri didepan punggung Yona yang memang sedang menatap lukisan ini.

"Maaf, Saya tidak menjualnya untuk yang ini."
Kata Yona yang tak membalikan badannya.

"Kenapa? Padahal saya sangat tertarik."

Dia berbalik, dan aku tersenyum menyapanya, dia menampakan mimik wajah kagetnya walau masih terlihat tenang.

"Apa kabar?" Kataku dengan suara yang begitu gugup, semua orang disini seakan berhenti bergerak hanya tatapanku dan Yona lah yang bergerak seirama dengan detak jantungku.

"Kinal? hai." Ucapnya tak kalah canggung denganku, dia mengangkat tanganya dengan ragu.

"Gw baik, gimana sama lo sendiri?" Lanjutnya menjawab pertanyaanku yang awal.

"Seperti apa yang lo liat."

Dia hanya tersenyum begitu tipis, tanganya menyelipkan helaian rambut pada daun telinganya aku tau sekrang dia sedang gugup, aku bisa melihat gerak geriknya yang seakan tak nyaman ingin segera pergi dariku.

"Ini serius gak dijual?"

"Kenapa memang?" Katanya malah balik bertanya.

"Ya, gw mau beli."

"Kalau lo mau, ambil aja."

"Harganya?"

"Gratis, anggap aja giveaway."

Aku tersenyum, aku jadi mengingat saat dulu aku memberikan chese cake padanya, dan meminta pelayan cafe mengatakan kalau kueh dan coklatnya adalah give away.

"Serius?"

Dia mengambil lukisan yang sejak tadi terpajang, dan memberikannya kepadaku, aku menerimanya, sentuhan tangannya yang menyentuh tanganku secara tidak langsung, membuat darahku mendesir, rasanya masih sama, sama seperti dulu saat aku mulai mencintainya.

"Terimakasih."

Dia mengangguk.

"Euu ..yaudah kalau gitu gw balik kesana dulu ya, oh ya selamat liat-liat lukisan gw."

Dia hendak pergi meninggalkanku tapi aku tak ingin menyianyiakan pertemuan ini.

"Yon."

"Ya?" dia jadi berbalik lagi menatapku.

"Setelah acara ini selesai, ada acara?"

"hm gak ada, kenapa?"

"Bisa kita ngobrol dulu?"

Dia awalnya diam seakan berfikir tapi setelah itu dia menganggukan kepalanya.

Aku jadi melebarkan senyumku saat dia mengatakan iya untuk pertemuan berikutnya.




.
..
.








Entah bagaimana kata-kata cinta hilang di tengah perjalanan kita dulu, padahal jelas hatiku sangat mencintaimu, Yona.
Ya, aku tahu ini memang menyedihkan, mungkin kita harus memutar ulang dan memulai dari awal. Kembali ke lembar pertama untuk memulainya lagi.

Kali ini aku takkan melepaskanmu, ini waktunya aku menyelamatkan cinta yang sudah ku rusak dulu.

Aku sadar kamu layak untuk diperjuangkan, dan aku tak percaya ini telah berakhir. Kehilnganmu dulu adalah kesalahan yang tak kan pernah bisa aku lupakan, kalau sekrang kau tak ingin kembali denganku, mungkin hidupku hanya akan dipeluk oleh rasa penyesalan.

Jadi, ku mohon Yona, izinkan aku untuk menyatukan lagi hati kita yang sama-sama hancur.

Ini adalah helaan nafasku yang kesekian kalinya, aku menunggunya dengan perasaan yang begitu berdebar. Aku hanya takut dia tak datang dan tak ingin lagi menemuiku. Sesapan teh manis hangat sudah beberpa kali aku rasakan memanas diujung tenggorkanku, aku menelan teh itu dengan sangat pelan, merasakan pahit dan manis yang bercampur menjadi satu.

Dan kini tubuh mungilnya berjalan mendekat ke arah dimana aku duduk, jelas aku langsung berdiri, menyambutnya dengan perasaan yang masih sama, khawatir, aku tidak seyakin itu untuk mengajaknya kembali memulai kisah cinta yang pernah hilang karna kesalahanku.

"Maaf ya nunggu lama, tadi masih ada beberpa wartawan."

Ah Yona, kau tau? mau berapa lama pun kau hadir, akan aku tunggu, asal pada akhirnya kamu datang untuk menemuiku.

"Iya, gapapa kok."

Dia tersenyum, dan senyumnya hampir saja membuat aku kehilangan akal, membuat aku jadi susah berfikir.

"Udah gw pesenin chese cake sama hot choolate." Kataku yang melihat dia membuka menu.

"Oh hehe yaudah tutup lagi."
Dia tertawa dengan suaranya yang khas menutup kembali buku menu yang tadi dia buka.

"Atau lo mau yang lain?"

"Ehm gak usah deh, lagian udah malem, gak baik makan terlalu banyak."

"Diet?"

"Gak si, cuman ngejaga aja."

"Lagian ngapain diet, lo keliatan lebih kurus sekarang."

"Ini efek di Jepang gak ada nasi padang."

Aku sedikit tertawa menimpali ucapannya, tertawaku sebenarnya hanya untuk menghilangkan rasa gugup yang sedari tadi menyelimuti hatiku.

"Di Jepang seru, Yon?"

"Lumayan, gimana lo sendiri di Jakarta, seru?"
Katanya balik bertanya, menanyakan hal yang begitu menggelitik, mungkin dia di Jepang bergaul dengan coco jadi lebih lucu sekarang.

"Kemaren enggak sekarang udah seru lagi."

Dia mengangkat sebelah alisnya tak mengerti.

"Udah ada lo lagi."

Dia hanya menggeleng, mengambil pesanan nya yang baru saja tersaji dimeja kita.

"Udah lama di Indonesia?"

"Baru satu minggu yang lalu."

Aku hanya mengangguk mengerti, dia mulai memotong chese cakenya, aku juga mengikut gerakannya memotong red velvet yang aku pesan tadi.

"Gimana jadi wakil manager? Gak ngutang-ngutang lagi dong sekarang."

Aku sedikit mendengus menimpalinya yang seakan selalu mengingat perihal kebiasaanku yang sering mengutang kepadanya."Lagian mau ngutang sama siapa? Lo nya juga gak ada."

Dia menganggukan kepalanya,mulutnya terus bergerak menguyah makananya. "Sekarang kalau ngutang sama gw, bayar nya 5x lipat."

"Hilih."

"Biar cepet kaya gw." Dia tertawa diujung bicaranya, menertawai dirinya sendiri dan aku begitu menikmati setiap suara tawanya yang sudah sangat lama tak aku dengar.

Hening beberapa saat dan aku selalu berfikir bagaimana untuk terus bisa mengobrol dengannya, menahanya lebih lama denganku.

"Eu Yon."

"Hm?"

"Gw kangen mamah, kangen bu Yati, bu Sumi, bu Idah. Gw ke bogor boleh gak?"

Itu semua nama-nama teman Ibunya Yona disekolahan, sungguh aku masih mengingatnya.

"Pak Nirwan, gak lo kangenin?"

Aku jadi tertawa untuk kesekian kalinya, kurasa Yona memang pintar membuat suasana jadi tak terasa tegang, Nirwan adalah nama dari Ayah Yona.

"Lebih kangen anaknya si."

Aku bisa melihat pipinya yang memerah dan dia sedikit menegakan posisi duduknya, dia terlihat salah tingkah.

"Lutfi maksud lo?" Kata Yona dengan mimik wajah sok tenang.

Aku menghembuskan nafasku, menekuk wajahku, bukti protes untuknya yang terlihat berpura-pura tak mengerti.

"Udah deh gak usah mancing-mancing gw buat jadi nginget-nginget hal yang udah lewat."

"Emang salah kalau gw kangen lo?"

Dia terdengar menarik nafasnya."Udah ah, udah malem nih gw harus balik."

Suara kursi yang dia dorong, mampu membuat aku langsung berdiri dan menahannya, aku masih ingin bersamanya sekarang.

"Gw anter ya?"

"Papah jemput kok." Katanya yang kini siap keluar dari cafe ini.

"Suruh pulang lagi, gw aja yang anter lo pulang."

"Sinting ih, gw bilangin papah ya."

Aku jadi pasrah melepaskan dia pulang. "Yaudah, besok ktmu lagi ya Yon?"

"Mau ngapain?"

"Udah gw bilang gw kangen lo, yaudah pokoknya besok gw ke Bogor."

"Ya terserah lo lah."




..
.
.


Bogor, kota dingin dengan seribu kehangatan yang selalu aku dapat dari Yona dulu, aku jadi bisa kesini lagi dengan alasan orang yang sama, Yona.

Dia yang membawaku kerumah ini lagi, menyapa ibu-ibu yang masih saja memanggilku dengan sebutan selingkuhan Uya Kuya, ya ini semua gara-gara Yona.

Rumah Yona kini tampak besar, sekarang rumahnya pun mempunyai Asisten rumah tangga, saat aku memasuki rumahnya karna hari ini hari senin jadi terlihat sepi, mungkin Ibu dan Ayahnya sudah pergi untuk mengajar. Kata Asistennya yang ku ketahui bernama Sri, memintaku agar langsung ke kamar Yona, katanya Yona sedang melukis jadi tidak bisa di ganggu.

Padahal waktu masih menujukan pukul delapan pagi, tapi dia sudah sibuk dengan kuas dan catnya.

"Masih pagi bertamu itu, gak sopan, ganggu."

Aku tidak peduli dengan ucapanya, aku merebahkan tubuhku dikasurnya, aroma tubuh Yona yang menempel pada bantal miliknya begitu membuat aku semakin merindukannya, andai aku bisa memeluknya, mungkin dari kamren sudah kupeluk.

Jangan kan memeluknya, menyentuhnya barang sedikit pun belum tentu bisa.

Aku mendengar suara kakinya yang bergerak masuk, menaruh semua alat lukisnya.

"Lo kesini cuman mau numpang tidur doang?"

Aku membuka mataku, jadi bangun dan duduk menatapnya yang sudah berdiri tak jauh dari ranjang.

Aku mendekat dia masih saja diam,aku langsung memeluk tubuhnya yang diam mematung karna bingung.
Yona sama sekali tak membalas pelukanku, aku menangis sekarang, rasanya ini seperti mimpi, bisa memeluknya lagi, merasakan wangi tubuhnya yang sangat aku rindukan.

"Nal."

Aku menarik tubuhku dari pelukannya menghapus air mata yang jatuh tanpa diminta.

"Sory Yon." Aku jadi tak enak karna sudah dengan lancang memeluknya.

Dia malah mengulurkan tangannya menghapus sisa air mata yang ada dipipiku. Aku jadi diam menatap matanya yang menatapku, tanganya terus bergerak mengeringkan pipiku yang basah.

Dan Dia langsung membalikan tubuhnya memungguiku setelah dia sadar dengan apa yang dia lakukan.

Aku jadi menjatuhkan kepalaku dipunggungnya, tanganku dengan perlahan menelungsup masuk melingkar diperutnya. Aku menangis lagi mengadu betapa aku tak ingin kehilangannya.

"Gw minta maaf, gw nyesel."

Helaan nafas yang begitu berat terdengar keluar dari bibirnya.

"Setelah lo pergi, gw sama sekali gak pernah bisa lupa dengan ini. Lo pergi bawa hati gw Yon. Gw minta maaf, semuanya gak kaya apa yang lo pikirin, gw sadar, Veranda gak akan pernah cinta sama gw, dia gak gila kaya lo sama gw. Gw mohon, kasih gw kesempatan buat memeperbaiki semuanya."

Aku merasakan tanganku disentuh olehnya, dia melepaskan tanganku yang melingkar diperutnya. Kita kini berhadapan, matanya memerah.

Air mata masih saja tak bisa ku tahan sebentar saja, dia keluar menderas di pipiku, tapi Yona hanya menatapku diam, sungggingan senyuumnya yamg menyakitkan dia berikan.

"Maaf..Gw gak bisa."


Aku semakin diam, rasanya duniaku seakan berhenti, suaranya begitu lirih namun menusuk hatiku, dia benar-benar menghancurkan tembok pertahananku, jelas air mataku semakin deras turun dengan seringnya.




Yona, tak ingin kembali.
























Bersambung

#TeamVeNalID
1 part lagi :') stay with me 💙

Continue Reading

You'll Also Like

56.8K 8.7K 55
Rahasia dibalik semuanya
512K 5.5K 88
•Berisi kumpulan cerita delapan belas coret dengan berbagai genre •woozi Harem •mostly soonhoon •open request High Rank 🏅: •1#hoshiseventeen_8/7/2...
250K 36.9K 67
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
61.9K 4.6K 29
Love and Enemy hah? cinta dan musuh? Dua insan yang dipertemukan oleh alur SEMESTA.