Dibalik Layar [END]

By Lunar14_

134K 20.5K 5.5K

[Highrank #1 in Veranda, Yona. #3 in Kinal #65 in Fanfiction #11 In JKT48 #5 In Venal.] Aku terlalu mencintai... More

1. Lembar Pertama
I
II
2. Lembar Kedua
I
II
3. Lembar Ketiga
I
II
4. Lembar keempat
I
II
5. Lembar Kelima
I
II
6.Lembar Keenam
I
II
7. Lembar Ketujuh
I
II
8. Lembar Kedelapan
I
II
9.Lembar Kesembilan
I
II
10. Lembar Kesepuluh.
I
II
11. Lembar Kesebelas
I
II
12.Lembar Keduabelas
I
II
13. Lembar Ketigabelas
I
14.Lembar Keempatbelas
I
II
15. Lembar Kelimabelas
I
II
16.Lembar Keenambelas.
I
II
:)

II

2.2K 474 307
By Lunar14_

Edit. Komenin ceritanya aja jan pada komenin sakitnya :(

Terimakasih buat kalian semua yang masih setia baca, vote dan komen. cerita ini sekarang ada di rank #89 kategori FanFiction.

Jadi ini spesial double update ya, mohon maap nih kondisiku sedang sedikit tidak fit, mungkin besok gak bisa update smpe waktu yang tak ditentukan ya.

Doain ya biar kembali sehat, kalian juga jaga kesehatan.

Love and happy reading!💙



______________________________


Waktu yang sudah cukup larut malam, membuat keadaan setiap kamar kos terlihat sepi, tapi mereka malah seakan menegangkan urat nadinya, saling tak setuju akan hal yang sedang mereka bahas.

"Gak bisa gitu Ve!"
Jeje memutar badannya tak trima akan semua hal yang Veranda ceritakan.

Veranda jadi berdiri menghampiri Jeje. "Trus aku harus gimana? Kalian mikir gak sih, Kinal itu sahabat kita!"
Kata Ve dengan mata yang melihat Jeje dan Shania secara bergantian.

"Gw tau, tapi gak gini caranya, kalau lo cuman mau nyakitiin Kinal mending biar Kinal gw yang urus. Gw bisa cariin dia laki-laki!"

"Emang kamu pikir dengan cara itu bisa buat Kinal ngikutin apa mau kamu? belum tentu Je! Kalian tau kan Kinal gak pernah bisa nolak apa mauku? Mungkin dengan cara ini Kinal bisa kembali ke jalan yang benar."

"Benar? Benar untuk diri lo sendiri!"

Veranda menhempaskan nafasnya yang kasar.

"Gw rasa yang gak waras itu lo bukan Kinal! Kita bisa kenalin Kinal sama laki-laki, gw pnya banyak temen cowok, itu lebih baik dibanding lo harus pura-pura cinta sama dia, lo gak tau kan gimana kalau Kinal jadi cinta sama lo?!"

Veranda tak terlalu mengindahkan ucapan Jeje dia tetap keukeuh akan hal yang menurutnya benar. "Loh? Bagus kan? Itu mempermudah aku buat ngendaliin dia."

Shania yang sedari tadi hanya jadi pendengar akhirnya muak juga, dia berteriak, beranjak dari dimana dia duduk.

"Cukup!!! Plis kalian itu mau nyelesaiin masalah atau menambah masalah?!" Shania kini berdiri diantara Jeje dan Veranda.

"Kenapa diem?!"

Veranda dan Jeje memang diam, mereka berdua saling menatap dengan tatapan emosi hal itu membuat Shania menghembuskan nafasnya lagi.

"Asal kalian tau, peran sahabat memang harus mengingatkan sahabatnya, tapi enggak dengan cara egois! Ka Kinal juga punya hak untuk memilih! Tau apa kalian tentang hal yang benar dan salah untuk hidup ka Kinal?!"

"Jelas dia salah, Tuhan juga gak akan membenarkan ini Nju" kata Jeje dengan suara pelan.

"Gw tau ci, tapi apa kalian ada saat ka Kinal melawan hal yang kalian anggap salah?! Apa kalian ada? Ha? Kalian gak tau gimana ka Kinal nahan sakit sendiri untuk berusaha jadi Normal kaya kalian!"

Lagi-lagi Jeje dan Veranda hanya diam.

"Oke! Gw gak akan ikut campur tentang ini, terserah kalian mau gimana, asal kalian tau, jauh sebelum ka Kinal yang seperti ini, gw sudah lebih dulu salah!"


..
.
.







Senyumnya bagai bualan dalam hati yang pedih. Rasanya ingin bilang, tapi hatinya terlalu kelu, rasa sedih marah semua terbias menjadi satu, dia seakan terbakar, memandang air seperti magma, dia tak ingin diam, tapi dia hanya bisa diam.
Ingin berkata, tapi bagaimana?
Dia sekarang di sini hanya menatap kosong lukisannya yang hampir selesai. Dia sedang cemburu.
 
        

Dia menggambarkan dirinya sendiri yang berdiri dibawah langit yang begitu gelap, ukiran dirinya dalam papan lukis itu menggenggam erat gagang payung walau keadaan sedang tak hujan. Dia hanya ingin mengatakan lewat lukisan, seharusnya dia bisa bersiap akan seburuk apapun cinta yang merujam hatinya, dia terlalu terlena akan kebahagian yang selalu dia rasakan sehingga dia tak sadar kalau cinta diam-diam membuat tebal hatinya semakin menipis.

Setelah tangannya menuliskan tanggal dan inisial namanya pada lukisan itu dia beranjak dari duduknya menuju ujung balkon, dia memejamkan mata, menghirup udara malam yang begitu menusuk.

Vvyn, 20.04.19.

Sudah satu jam yang lalu saat dia meminta Kinal untuk meninggalkan kamar, udara malam yang semakin dingin membuat dia membereskan peralatan lukisnya untuk kemudian masuk kedalam.

Kini kamarnya sudah gelap, hanya cahaya yang dia biarkan menyala dari lampu tidurnya, sudah berapa kali dia mencoba memejamkan matanya, tapi tetap saja tidak bisa pikirannya, terus tertuju pada Kinal, yang sekarang tak tau tidur dimana, dia jadi menyibakan selimutnya, berjalan keluar kamar.

Dia berdiri, melihat sosok kekasihnya yang memejamkan mata, di kursi sofa panjang diruang tamu, dia jadi masuk kedalam kamarnya lagi mengambil selimut untuk menghangatkan Kinal, Bogor itu dingin dan untuk malam ini dia sedang tak bisa membuat Kinal hangat.

Dia berjalan menuruni anak tangga sepelan mungkin agar Kinal tak terbangun dan memergokinya, saat kakinya sudah berdiri didepan Kinal, dia menutupi tubuh Kinal dengan selimut yang dia bawa, ada rasa iba menyentuh hatinya, dia jadi berfikir, apa dia terlalu keterlaluan memberi pelajaran pada Kinal? Tangannya terulur memberi sentuhan pada kepala Kinal, dia tersenyum begitu tipis meredam semua rasa cemburunya.

"Maafin aku ya Nal." setelah menghembuskam nafasnya dia kembali kekamarnya.





..
.
.





Suara bising yang dihasilkan dari ibu-ibu yang berkumpul mengerubungi tukang sayur, membuat Kinal membuka matanya, dia melirik jam dingding yang sudah pukul enam pagi, sinar mentari yang begitu terang, membuat dia memicingkan matanya.

"Udah bangun Neng?"

Kinal jadi membuka selimut yang menutupi tubuhnya, berjalan mendekat ke arah ibu Yona yang sudah duduk di kursi meja makan bersama Ayah Yona.

"Nonton bola kok gak ngajak-ngajak papah si Neng?"

Kinal yang sudah duduk dihadapan mereka berdua hanya mengerutkan dahinya. "Bola?"

"Heem itu kata Vivi, Neng Kinal tidur diluar gara-gara nonton bola."

Kinal yang mengerti jadi tersenyum begitu kaku, mengeluarkan tawanya yang ringan. "Oh iya hehe, Yona udah bangun?"

"Udah, dia pagi-pagi banget bangun buatiin sarapan buat Neng Kinal." Jawab Ibu Yona yang sekarang sedang mengaduk teh hangatnya, pipinya jadi menghangat, ternyata Yona masih memperhatikannga walau sedang marah.

"Suka banget telor dadar Neng?" Kata Ayahnya, Kinal mengangguk.

"Tadi mamah mau beliin bubur tapi kata Vivi, Neng Kinal lebih suka makan nasi pake telor dadar."

"Iya suka, apalagi yang buat Yona. Biarpun kadang gosong tapi Kinal suka tan."

Ayah Yona hanya menggeleng.

"Yaudah atuh cepet dimakan."

"Kinal bawa kekamar Yona aja boleh gak?"

"Bawa aja, geura siap-siap ya Neng katanya mau ikut mamah kesekolahan, jadi kan?"

"Iya tan syap."

Kinal pun membawa jatah sarapannya, berjalan menaiki tangga untuk kekamar Yona, telinganya masih mendengar suara Ayah dan Ibu Yona yang sedikit berdebat.

"Mamah nyuruh-nyuruh anak orang jumpa fans mulu. Kasian kan capek."

"Ih kan Neng Kinalnya mau, Pah."

Kini Kinal sudah sampai dikamar Yona, dia menaruh makanannya di meja belajar Yona, dia sudah tidak tahan untuk memendam rindunya, dia langsung memeluk Yona yang tengah menyemprotkan air pada tanaman bunga yang berada dibalkon kamar.

"Makasih buat selimut sama telor dadarnya."

Yona diam lebih memilih terus melakukan aktifitasnya, dan Kinal jadi semakin memeluknya.

Kinal mengangkat kepalanya melihat wajah Yona dari samping, saat Yona terus saja diam, rasanya sakit.

"Makasih ya masih sempet buatin aku sarapan, makasih juga buat selimutnya, aku tau kamu gak mungkin biarin aku kedinginan" Kinal tersenyum sendiri diujung ucapaanya, dia sadar ucapanya tak akan mendapat jawaban apapun dari Yona, dia menerimanya, Yona masih marah.

"Yaudah aku mau mandi dulu, abis itu aku mau pergi sama mamah ke sekolahan, mau jumpa Fans."

Kinal memeluk Yona lagi sebelum dia benar-benar melepaskan dirinya,tanpa mendapat jawaban apapun dari Yona.

Saat Kinal mengatakan jumpa fans rasanya ingin sekali Yona tertawa karna Kinal selalu di repotkan untuk urusan Ibunya, tapi yang dia lakukan hanya tersenyum begitu tipis tanpa Kinal tau, dia berjalan masuk melihat piring yang ternyata sudah kosong, baru saja ingin membawa piring bekas makan Kinal kebawah, tapi getaran hape Kinal membuat dia berhenti, melirik pada layar hape Kinal yang menampakan nama Veranda disana.

Kinal sedang mandi, awalnya dia tidak ingin mengangkat tapi rasa penasaran dalam hatinya meminta dia untuk mengangkatnya.

"Halo, Nay?"

Dia diam saat mendengar suara Veranda, genggaman pada hape milik Kinal mengeras, rasanya ingin sekali melontarkan sumpah serapahnya pada Veranda tapi lagi-lagi dia hanya bisa diam.

"Nay, kok diem aja? Sore ini jemput aku di rumah ya, mamah mau ketemu kamu juga udah lama."

Amarah dalam dada Yona benar-benar memuncak, tatapanya kedepan, menatap dirinya sendiri lewat pantulan cermin.

"Nay? Jangan diem terus, Aku kange-"

Yona langsung mengeluarkan suaranya memotong ucapan Veranda yang belum selesai. "Kinal lagi mandi, ada apa?"

Mungkin Veranda tau siapa yang sedang berbicara, dia langsung merubah nada suaranya. "Oh. Kasih tau sama kinal aku telpon"

"Kalau cuman buat jemput, dia gak bisa, pacar gw bukan supir, makasih."






Klik.































Bersambung.

#TeamVeNalID

Hey kamu telpon aku pake redmi, telpon aku, telpon aku pake redmi *Iklan*

Continue Reading

You'll Also Like

67K 13K 14
[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] 21+ ‼️ Apa jadinya jika si berandal Jasper Ryker yang dijuluki sebagai raja jalanan, tiap malam selalu ugal-ugalan dan babak...
85.7K 5.9K 26
"MOMMY?!!" "HEH! COWOK TULEN GINI DIPANGGIL MOMMY! ENAK AJA!" "MOMMY!" "OM!! INI ANAKNYA TOLONG DIBAWA BALIK 1YAA! MERESAHKAN BANGET!" Lapak BxB ⚠️ M...
56.7K 8.7K 55
Rahasia dibalik semuanya
93.6K 14.3K 19
Yang publik ketahui, kedua pemimpin perusahaan ini sudah menjadi musuh bebuyutan selama bertahun-tahun lamanya, bahkan sebelum orang tua mereka pensi...