Dibalik Layar [END]

By Lunar14_

134K 20.5K 5.5K

[Highrank #1 in Veranda, Yona. #3 in Kinal #65 in Fanfiction #11 In JKT48 #5 In Venal.] Aku terlalu mencintai... More

1. Lembar Pertama
I
II
2. Lembar Kedua
I
II
3. Lembar Ketiga
I
II
4. Lembar keempat
I
II
5. Lembar Kelima
I
II
6.Lembar Keenam
I
II
7. Lembar Ketujuh
I
II
8. Lembar Kedelapan
I
II
9.Lembar Kesembilan
I
II
10. Lembar Kesepuluh.
I
II
11. Lembar Kesebelas
I
II
12.Lembar Keduabelas
I
II
I
II
14.Lembar Keempatbelas
I
II
15. Lembar Kelimabelas
I
II
16.Lembar Keenambelas.
I
II
:)

13. Lembar Ketigabelas

2.3K 434 109
By Lunar14_

Nada yang dihasilkan dari audio musik mengalun seirama dengan tangan Yona yang cekatan mengiris bawang, menyiapkan semua yang aku butuhkan tiap paginya mungkin sudah jadi kebiasaanya di pagi hari. Aku tidak meminta sama sekali tidak menuntut dia untuk menjadi layaknya seorang istri untukku.

Aku menyukainya saat dia sudah mulai repot akan aktifitas paginya yang padat, dari pakaian yang akan aku kenakan sampai urusan perutku memang semuanya dia yang siapkan, belum lagi urusan Feni, Feni selalu banyak mau jika sudah ada Yona, sekarang juga Feni ada, tapi dia masih mandi aku juga baru selesai mandi.

Aku benar-benar dibuatnya layaknya seorang suami yang akan pergi berangkat bekerja yang hanya duduk manis menanti sarapan yang dibuat olehnya, ini gila menurutku, padahal aku adalah seorang permpuan juga, ntah kenapa mungkin jiwa ke ibuan Yona memang lebih dominan dibandingkan aku jadi semuanya mengalir begitu saja tanpa aku meminta dia harus menjadi istri untukku dia sudah bersikap layaknya istri yang begitu baik.

"Kamu udah mandinya?"

Dia menatapku yang sedang mengenakan pakaianku. Aku mendengarnya yang menghela nafas mendekat kearahku.

Dia langsung menarik tanganku, mengancing kancing kemeja yang memang sengaja tak ku kancing."Berapa kali aku bilang kalau ngancing kemeja itu yang bener, Kinal."

Setelah urusan kemejaku selesai matanya langsung beralih pada meja belajarnya yang terlihat berantakan.

"Ini lagi, Feni kalau abis nonton dimatiin laptopnya!" Dia berteriak agar Feni yang sedang didalam kamar mandi bisa mendengar, aku hanya tersenyum melihatnya yang begitu sibuk.

"Rambutnya rapihiin yang bener, Yang." Kata Yona lagi berjalan kesisi balkon untuk membuka gorden.

Aku langsung memandang diriku di cermin, rambutku sekarang sudah rapih.

"Yaallah telor dadar gw!"

Aku menoleh, melihat Yona yang sekarang mematikan kompornya, mengangkat wajan yang terlihat mengepulkan asapnya.

"Astaga gosong."

Aku jadi mendekat, dia berkacak pinggang meratapi telor dadarnya yang gosong, lenguhan nafasnya yang lelah terdengar pasrah, tangannya ingin membuang telor yang hampir gosong setengahnya itu ke tempat sampah.

"Jangan dibuang." Kataku menahannya tangannya.

Dia hanya menghembuskan nafasnya lagi.

"Ini separohnya enggak, masih bisa dimakan."

"Tetep aja ini udah gosong, udah sana gak usah rusuhiin gw, gw buatiin lagi." Katanya meminta aku untuk menjauh darinya.

"Gak usah sayang, gapapa ini aja." Aku jadi mengambil telor dadarnya, manaruhnya dipiring.

Yona hanya meloloskan nafasnya pasrah, dia duduk menarik kursi menopang dagunya sendiri.

Aku tak memperdulikan tatapan rasa kecewanya karna telor dadarnya yang gosong, aku langsung menyendokan nasi memasukan nya kedalam piringku, pagi sudah semakin nyata, hari ini kegiatanku masih dengan anak gen 6, ntah kenapa akhir-akhir ini ka Melody malah memintaku untuk mengawasi perkembangan member yang baru menginjak satu tahun keberadaanya di jeketi. Aku tak pernah menolak perintah apapun yang ka Melody berikan, lagian semua kegiatanku juga selalu didamping ka Melody.

"Mamski, ini telor dadar apa pancake rasa tiramisu? Kok item?"

Feni sudah duduk membolak balikan telor dadar yang ada dipiring, Yona hanya diam, dia memilih menelan nasinya secara utuh, sebentar lagi juga Feni yang ditelan.


"Udah makan aja, masih enak kok." Kataku.

"Hmm.. telor dadar tiramisuku, selamat makan."

Feni seakan pasrah memasukan nasi beserta telor dadar yang sudah dia potong, aku sedikit tertawa melihatnya.

Pagi ini Yona hanya sarapan  nasi saja ntah rasanya apa, ku rasa lebih baik dengan telor dadar ini lumayan sedikit mempunyai rasa gurih dan pait.

"Gw duluan ya." Kataku beranjak menaruh piring, mengambil tasku yang berada di kasur.

"Loh? Umi emang mau kemana?"

"Mau kerjalah, alat lukis Yona mahal."

Yona mendengus protes.

Feni sedikit menekuk wajahnya, dia menatap Yona yang masih duduk disebelahnya. "Mamski juga mau latihan ya? Trus aku sama siapa disini?"

Yona hanya menggidikan bahunya tak peduli, dia juga berjalan menaruh piringnya.

"Bukannya lo ada teater?" Kataku yang masih memasukan segala keperluanku kedalam tas.

"Itukan nanti malem."

"Yaudah nikmati aja kegabutan lo, yaudah ya gw duluan." Baru saja hendak menarik gagang pintu, suara Yona membuat aku menoleh lagi, dia mendekat ke arahku.

"Pulang jam berapa?"

"Sore paling, kenapa?"

"Aku jemput boleh?"

Aku tersenyum menyentuh rambutnya yang terlihat lepek karna paginya yang sudah sibuk. "Kalau gak buat kamu capek ya gapapa."

Dia mengembangkan senyumnya menandakan kalau dia sama sekali tak merasa lelah kalau hanya untuk menjemputku.

"Yaudah aku duluan ya, jangan lupa makan lagi."

Aku menyentuh pipinya, baru saja ingin mendaratkan ciuman dibibirnya tapi suara Feni membuat aku mengurungkan niatku.

Feni memang ganggu.

"Ada gw kali disini."

Aku jadi mencium keningnya, menyentuh pipinya lagi, sebelum aku menarik gagang pintu dan keluar dari kosaan.




..
.
.




Rasanya mudah sekali ya, memotivasi seseorang untuk semangat padahal jika memberi semangat untuk diri sendiri terasa begitu berat, aku merasa diriku seperti seorang motivator yang tiap harinya hanya memberi sebuah ucapan-ucapan motivasi, aku jadi semangat juga melihat mereka yang terlihat antusias untuk membesarkan nama jeketi.

Sekali lagi aku bangga menjadi bagian dari jeketi walau hanya dibalik layar.

Sekarang aku sedang duduk meluruskan kakiku dengan ka Melody yang berada disampingku melakukan hal yang sama, karna tadi kita memang sempat melatih mereka beberpa dance juga.

"Thank you loh Nal, kebantu banget nih ada lo, padahal gw bingung gitu buat ngebangkitiin semangat mereka, memang jiwa idol lo gak pernah berkurang sedikitpun, mereka banyak loh yang ngoshiin lo." Kata ka Melody yang meminum air mineral milikku seenaknya.

"Sama-sama ka, gw juga seneng bisa bantu, jadi flashback masa dimana gw juga dulu gini."

Ka Melody menaruh botol air mineral nya tatapannya jadi seakan menerawang masa dimana kita pertama kalinya masuk jeketi. "Gak berasa ya Nal udah 9 tahun dan kita masih belum bisa lepas dari sini."

Aku tersenyum mengangguk mengiyakan. "Lama juga ya ka, saat yang lain udah punya anak kita masih disini."

Ka Melody mendengus mendengar perkataanku.

"Gimana hubungan lo sama Yona?"

"Baik kok."

"Hm.. Semalem Lidya cerita ke gw kalau Yona kebanyakan ngelamun akhir-akhir ini, Lidya pikir ada masalah sama lo, karna di K3 gak ada hal yang jadi masalah."

Aku jadi menoleh menatap wajah ka Melody yang memberikan wajah seriusnya.

"Semalem juga gw liat dia nangis, pas gw tanya kenapa dia gak mau jawab."

Dia menganggukan kepalanya. "Lo sama Ve gimana?"

"Gak gimana-gimana."

"Dia tau kalau lo pacaran sama Yona?"

Aku mengangguk.

"Trus?"

Ntah kata trus dari ka Melody ini berharap akan jawaban apa dariku, aku sendiri bingung akan menejelaskan seperti apa.
"Gak tau deh gw."

"Lo gak mikir gitu nangis nya Yona ada hubungannya sama Ve?"

"Itu yang lagi gw pikirin."

Ka Melody kini menekuk kakinya bersilah, menghadapkan dirinya kearahku. "Sory nih ya, Lidya kan emang jiwanya ibu-ibu banget, gw denger dari dia lagi kalau beberapa waktu lalu Yona disamperin Ve."

"Iya gw tau."

"Trus?"

"Ve minta Yona mutusin gw."

Ka Melody langsung berteriak dan sumpah demi apapun aku kaget.
"Heee serius maneh?"

Aku menghembuskan nafasku.

"Kunaon ih? Cemburu gitu?"

Aku mengangkat kedua bahuku. "Dan kemaren dia malah bilang cinta sama gw."

Ka Melody semakin membelalakan matanya tak percaya.

"Wey!"

"Astagfirulllah, ngangetin ih!" Ka Melody langsung memukul bahu Lidya yang ntah dari mana dia tiba-tiba hadir bak tuyul yang keluar dari botol.

Aku jadi tertawa melihat ekpresi terkejutnya ka Melody.

Dengan beraninya Lidya malah cekikikan langsung duduk diantara aku dan ka Melody. "Ngomongin apaan sih serius banget."

"Kamu kalau dateng tuh assalamualikum kek malah ngangetin orang, untung aku gak latahan kaya kamu."

"Hih..Lagian kalian serius banget kaya lagi diskusi parlemen, beda aja bu jiem sama kepsek mah."

Serius aku jadi menggeser badanku bahkan aku jadi duduk dihadapan mereka berdua, Lidya sungguh tidak tau diri dipikir badanya sekecil Yona yang bisa nyelip-nyelip begini.

"Kepsek?"

"Iya itu si kunyuk kan sekarang kerjaanya obral-obral motivasi doang kek kepala sekolah."

"Setan." Kataku menimpali ucapan Lidya.

Lagi-lagi Lidya hanya tertawa."Bahas apaan si? Gw mencium aroma-aroma kegalauan." Katanya meliriku.

"Kinal masa ditembak sama Ve tau Lids"

Aku yang sedari tadi menaruh kepalaku di lutut, seketika langsung ku tegakan saat suara yang sangat ku hafal masuk membuat tubuhku langsung menegang.

"Nal."


"Yona..Gw bisa jelasin, Yon."



































Bersambung

#TeamVeNalID


Have a nice day💙

Continue Reading

You'll Also Like

488K 48.9K 38
Menceritakan tentang seorang anak manis yang tinggal dengan papa kesayangannya dan lika-liku kehidupannya. ( Kalau part nya ke acak tolong kalian uru...
46.5K 411 5
well, y'know? gue fetish sama pipis dan gue lesbian, eh gue sekarang sepertinya bi, kontol dan memek ternyata NYUMS NYUMS Apa ya rasanya Mommy? juju...
51.5K 6.6K 42
Cerita tentang perjodohan konyol antara christian dan chika. mereka saling mengenal tapi tidak akrab, bahkan mereka tidak saling sapa, jangankan sali...
79K 5.6K 25
"MOMMY?!!" "HEH! COWOK TULEN GINI DIPANGGIL MOMMY! ENAK AJA!" "MOMMY!" "OM!! INI ANAKNYA TOLONG DIBAWA BALIK 1YAA! MERESAHKAN BANGET!" Lapak BxB ⚠️ M...