Dibalik Layar [END]

By Lunar14_

134K 20.5K 5.5K

[Highrank #1 in Veranda, Yona. #3 in Kinal #65 in Fanfiction #11 In JKT48 #5 In Venal.] Aku terlalu mencintai... More

1. Lembar Pertama
I
II
2. Lembar Kedua
I
II
3. Lembar Ketiga
I
II
4. Lembar keempat
I
II
5. Lembar Kelima
I
II
6.Lembar Keenam
I
II
7. Lembar Ketujuh
I
II
8. Lembar Kedelapan
I
II
9.Lembar Kesembilan
I
II
10. Lembar Kesepuluh.
I
II
11. Lembar Kesebelas
I
II
12.Lembar Keduabelas
I
13. Lembar Ketigabelas
I
II
14.Lembar Keempatbelas
I
II
15. Lembar Kelimabelas
I
II
16.Lembar Keenambelas.
I
II
:)

II

2.5K 426 202
By Lunar14_

Cie yang seneng karna berhasil nebak, Ve ternyata cinta sama Kinal cie , sini peluk dulu 🙈


____________________________




Kilat cahaya langit Jakarta yang sejak pagi memang mendung, bergemuruh mengeluarkan suara yang menggetarkan siapapun yang berada dibumi.
Tubuhnya kaku, desiran darahnya mengalir mendidih disekujur tubuhnya, dia tetap diam sama sekali tak bisa berbicara.

"Tinggalin Yona, aku mohon."

Kinal hanya diam, bahkan saat Veranda menghambur memeluknya pun dia diam, dia masih mencerna perkataan Veranda tadi, kata-kata itu kata yang selalu di tunggu Kinal sejak lama, tapi kenapa mendengar ucapan yang seharusnya membuat dia bahagia, kini malah terasa menyakitkan.

Kenapa harus sekarang? Saat dia sudah benar-benar lupa akan cintanya pada Veranda kini seakan angin segar datang membuat dia ingin sekali masuk untuk menikmatinya, Veranda terus memeluknya menengelamkan kepalanya pada tubuh Kinal.

Kinal tak membalas pelukan itu, ini masih tidak bisa dia terima, ini masih terlalu membingungkan, hembusan nafas yang begitu gusar keluar dari bibir tebal Kinal, dia memejamkan matanya, merasakan tubuhnyan yang di rengkuh Veranda. Saat tangannya hendak membalas pelukan Veranda, suara pintu Rooftop  terdengar terbuka. Suara itu membuat Kinal menarik tubuhnya pada Veranda.

"Nal."

Disana terlihat Yona berdiri diambang pintu, dia tersenyum menatap Kinal yang sekarang sudah terlepas dari pelukaan Veranda.

Kinal menatap Veranda, dia sedikit tersenyum menatapnya. "Aku duluan, Ve"

Saat Kinal melangkahkan kakinya untuk menghampiri Yona, langkahnya tertahan, Veranda menggengam tangan Kinal.

"Sory" Kata Kinal melepaskan secara perlahan genggaman tangan Ve, samar, senyum Yona mengembang di ujung sana, ada sedikit perasaan lega dalam dadanya.

Veranda mematung, menatap punggung Kinal yang menjauh, angin membawa tubuhnya melayang, tamparan keras yang sekarang sedang dia saksikan tak membuat hatinya gentar akan hal yang seharusnya sudah dia mengerti, Kinal menghampiri Yona kemudian menggandeng tangan Yona, mereka berdua hilang dibalik pintu.

Matanya memancarkan kemarahan yang mendalam, rasanya tumpukan rasa tidak suka terhadap Yona semakin menebal di dingding hatinya.

Kini dia sudah menjatuhkan tubuhnya pada kursi penumpang di sampingnya Malvin hanya menghembuskan nafasnya.

"Gimana? Gak bisa kan?"

Veranda hanya mengangguk lemah, dia menutup wajahnya dengan telapak tangannya itu membuat Malvin mengulurkan tangannya untuk menyentuh rambut Veranda.

"Cinta itu gak bisa di paksaiin sayang, coba sedikit ngertiin Kinal, apa kamu tega ngebiariin dia sakit hati hanya karna ke egoisan kamu?"

Veranda membuka kedua tangannya menoleh pada Malvin dengan tatapan tak trima. "Aku gak mungkin diem aja liat dia jadi kaya gini, Malvin!"

Lagi-lagi Malvin menghembuskan nafasnya. "Apa dengan cara kamu bilang cinta ke Kinal, dia akan gitu aja ninggalin Yona dan akan kembali ke hal yang benar? gimana kalau dia jadi cinta sama kamu juga? Apa kamu gak mikir sampe sana?"

Veranda diam, namun dengan mata nya yang menatap tajam ke arah depan, dia berbicara dengan santainya. "Ya..aku tinggal bilang kalau aku gak cinta sama dia."

Malvin lebih memilih melajukan mobilnya, Veranda jika semakin dibantah akan semakin menjadi.





.
..
.


Tetap saja dia tidak bisa memahami perasaan yang bergerak dengan tenang, berjalan secara misterius, Yona memang tidak pernah tau apa yang sekarang sedang Kinal fikirkan, tentang pertemuanya tadi dengan Veranda pasti bukan hanya pertemuam biasa, mata tajamnya masih sempat melihat dengan jelas saat Veranda memeluk Kinal menangis ntah menangisi apa, walau Kinal tak membalas pelukaan itu tetap saja ada rasa cemburu yang kini berjalan masuk kehatinya.

Yona terus menggandeng tangan Kinal berkeliling mencari peralatan gambar, tanpa menolak Kinal terus mengikuti kemana Yona berjalan.

"Udah dapet semua nih." Kata Yona mengangkat keranjang belanjanya yang sudah penuh dengan berbagai cat lukis dan pensil warna. Hobi menggambar memang tak bisa dia hindari, sejak kecil dia memang sangat suka menggambar, hasil gambarnya pun tidak bisa dianggap biasa saja.

"Sini aku yang bayar." Kinal mengambil keranjang itu, dan Yona hanya mengerutkan dahinya tak yakin.

"Aku serius sayang, kamu tunggu diluar aja, aku kekasir dulu."

Yona tersenyum dan mengangguk tapi saat hendak melangkah suara Kinal membuatnya menoleh lagi.

"Eh Yon, tapi makan kamu yang bayar ya."

Yona memutar bola matanya malas, dia sudah menduganya.

Mana mungkin Kinal mau rugi.

Langit yang sedari tadi gelap kini sudah menurunkan hujannya, Yona dan Kinal sudah duduk saling berhadapan menunggu makan siang mereka yang sudah terlampau lewat, waktu sudah menunjukan pukul empat sore.

"Aku selesai ngurusin anak gen 6 jam tujuh, nanti aku ke fx pulangnya." Kata Kinal dengan tangan yang menyendokan nasi kemulutnya.

"Kenapa gak langsung ke kosaan aja?"

Yona sore ini hanya memilih menu makanan ringan padahal Kinal sudah bilang kalau dia harus makan nasi tapi Yona keukeuh tidak mau, sedangkan dihadapan Kinal tersedia berbagai makanan berat.

Kinal tak akan menyianyiakan makanan yang di bayar oleh Yona.

"Gak, aku mau pulang bareng kamu."

"Emang gapapa kamu nunggu nantinya?"

"Ya gapapa, nunggu cuman beberapa jam doang, dari pada kamu pulang sendiri."

"Yaudah, kalau gitu mobil aku, kamu bawa aja."

"Gak usah ah, Aku naik taksi online aja gapapa."

"Yaudah gak usah pulang sama aku."

"Iya iya nyonya, aku bawa mobilnya."

Yona jadi tersenyum, menepuk-nepuk pipi Kinal yang penuh dengan makanan.

Sebenarnya rasa cemburu masih terus memeluk hatinya, tapi dia selalu ingin terlihat biasa saja didepan Kinal, dia tidak mau kecurigaanya hanya membuat hubungan mereka jadi tak manis. Dia melambaikan tangan nya pada Kinal, dia masih berdiri sampai mobil yang Kinal kendarai tak terlihat lagi.

Dia berjalan dengan beribu tanya dalam pikirannya.

"Weyy..." Lidya menghentikan langkah Yona, dia menghalangi arah jalan Yona yang hendak menuju stasion nya. Mata Lidya terus melihat kebelakang seakan mencari sosok yang tidak ada, Yona hanya menatapnya jengah.

"Kok tumben peliharaan lo gak ada?"
Tanya Lidya, dan Yona hanya mendengus, peliharaan yang dimaksud Lidya siapa lagi kalau bukan Kinal, akhir-akhir ini Kinal memang selalu mengikuti kemana Yona pergi, bukan karna posesif memang jadwal kerjanya lebih banyak mendampingi team K3.

"Sialan." Yona langsung bergerak ingin melangkah melanjutkan jalan nya. Lagi-lagi Lidya menahannya.

"Eh tunggu dulu, buru-buru amat."

"Naon si?" Ucap Yona jadi kesal. Lidya memancing Yona untuk berubah jadi maung.

"Kemana si kunyuk kok gak ngikut?"

"Ditempat latihan, ngawasin Gen 6."

"Bused enak bener kerjaanya liat-liat dedek gemes."

Yona memutar bola matanya malas."Jangan samaiin dia ama lo ya."

Lidya yang mengerti akan ucapan Yona langsung tal trima, karna perkataan Yona tadi seakan menyatakan kalau dirinya tipikal cewek ganjen. "Heee kaptenkuu yang terhomat, gw gini-gini juga setia ya, emang peliharaan lo hih belum tentu."

Yona jadi diam, pikiranya lagi-lagi memikirkan hal yang sedari tadi berputar dalam otaknya.

"Hahaha tuh kan kepikiran, bcanda doang gw ka Yon." Kata Lidya merangkul tubuh kecil Yona.

Yona malah melepaskan tangan Lidya berjalan ke tempat stasionnya dia diam, meredam semua hal yang dirasakannya hari ini. Banyak rasa yang hari ini dia rasakan dari bahagia hingga sedih cemburu kesal menjadi satu.

Cinta memang selalu memberikan banyak warna dalam hidup seseorang, kita tidak bisa harus menuntup hidup untuk berjalan mulus dan hanya kebahagian yang dirasa, hidup itu seperti diameter suhu pada ruangan, jelas grafiknya akan terlihat naik dan turunnnya.

"Gw bcanda kali ka."

Yona tersenyum tipis menanggapi ucapan Lidya.

"Lagi ada masalah sama dia?"

Yona hanya menggidikan bahunya tak mengerti, dia memang benar-benar tak mengerti, kalau disebut ada masalah sebenarnya ini bukan suatu masalah yang seharusnya dia fikirkan karna belum tentu kebenaraanya, tapi untuk berkata tidak, sedari tadi dia terus memikirkannya.

"Kalau ada apa-apa cerita sama gw ya, jangan dipendem sendiri." Kata Lidya lagi menepuk bahu Yona, dia pergi dari hadapan Yona setelah mendapat anggukan dari Yona.

Teater akan segera dimulai dan semua member sudah sibuk dengan urusan menyiapkan dirinya masing-masing.

Cemburu merupakan perasaan alami setiap orang ketika merasa khawatir dan takut akan kehilangan sesuatu. Pada hubungan percintaan, rasa takut akan kehilangan seorang kekasih adalah suatu kewajaran.

Sekarang Waktu sudah hampir tengah malam, Yona masih terus menggoreskan pensilnya, Kinal sudah terlelap tidur.

Menggambar salah satu caranya untuk mencurahkan hal yang sedang dia rasakan, dia terus menggoreskan pensilnya, disana terlihat potret sosok Kinal yang sekarang tengah tertidur, tangannya dengan telaten mengukir setiap lekuk wajah Kinal, kantung mata yang menebal hingga pipi yang terlihat berisi dia gambarkan secara detail.

Kanvas putih yang penuh dengan coretan pensil berwarna hitam tiba-tiba basah, dia membasahi bagian pipi Kinal, air matanya turun tak mampu dia bendung, ntah kenapa rasanya sangat menyakitkan, dia membayangkan Kinal yang akan pergi, walau hanya sebuah bayangan namun ini benar-benar membuat hatinya sesak.

Suara tangisnya membuat Kinal membuka matanya, Yona belum menyadari kalau Kinal sudah duduk menetralkan matanya, Yona memang menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya, Kinal bisa melihat bahu Yona yang bergetar membuat Kinal meringiskan hatinya dia turun dari ranjang milik Yona, berdiri disamping Yona langsung membawa kekasihnya untuk dia peluk.

Saat suara tangis Yona sedikit mereda Kinal menarik kursi untuk duduk dihadapan Yona, dia menangkup pipi Yona yang basah.

"Kamu nangis kenapa?"

Yona menggeleng, dia bungkam malah memaksakan senyumnya.

"Kamu buat aku takut, aku pikir setan, nangis tengah malem gini, kenapa sayang? Ada masalah?"

Yona sedikit tertawa, dia terus saja memaksakan senyumnya. "Maaf ya kamu jadi keganggu tidurnya."

Kinal yang mengerti akan Yona yang tak mau bercerita memilih tak membahas lagi. "Yaudah kalau gak mau cerita, sekarang tidur ya? Udah tengah malem."

Yona mengangguk, Kinal terus menatapnya memberikan sentuhan pada pipi Yona, dia mengecup sebentar kening Yona memberikan ketenangan pada Yona.

Dalam malam memang selalu menyimpan beribu kegelisahan setiap siapapun yang bernafas, kini Kinal terus memeluk Yona yang sudah memejamkan matanya, Kinal jadi berfikir, mungkin Yona memikirkan tentangnya dengan Veranda tadi.

Sesungguhnya Kinal pun sama, kata cinta dari Veranda terus terputar bagai Film remake yang diputar secara berulang-ulang dalam otaknya.

Bukan perihal bagaimana dia akan membalas cinta Veranda, tapi pikirannya memikirkan bagaiman perasaan Yona kalau mengetahui ini. Dia memang tak munafik, dia merasa bahagia saat kata cinta dia dengar dari bibir Veranda, tapi itu hanya sebuah hal yang akan selalu dia tampikan dihatinya, karna dia tak ingin menyakiti hati Yona.
































Bersambung.

#TeamVeNalID

Edit! Tolong komennya di jaga ya, gw gak segan2 ngeblok!!!

Gosokan teh gelas nih

Continue Reading

You'll Also Like

303K 9K 30
[Geminifourth area βœ”οΈπŸ”ž] END!! #geminifourth#gay#bxb BELUM DI REVISI TYPO BERTEBARAN!! Fourth adalah seseorang yang sangat pendiam,tidak banyak berbi...
102K 17.5K 26
Kecelakaan pesawat membuat Jennie dan Lisa harus bertahan hidup di hutan antah berantah dengan segala keterbatasan yang ada, keduanya berpikir, merek...
105K 10.1K 27
Brothership Not BL! Mark Lee, Laki-laki korporat berumur 26 tahun belum menikah trus di tuntut sempurna oleh orang tuanya. Tapi ia tidak pernah diper...
1M 86.9K 30
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...