Dibalik Layar [END]

By Lunar14_

134K 20.5K 5.5K

[Highrank #1 in Veranda, Yona. #3 in Kinal #65 in Fanfiction #11 In JKT48 #5 In Venal.] Aku terlalu mencintai... More

1. Lembar Pertama
I
II
2. Lembar Kedua
I
II
3. Lembar Ketiga
I
II
4. Lembar keempat
I
II
5. Lembar Kelima
I
II
6.Lembar Keenam
I
II
7. Lembar Ketujuh
I
II
8. Lembar Kedelapan
I
II
9.Lembar Kesembilan
I
II
10. Lembar Kesepuluh.
I
II
11. Lembar Kesebelas
I
12.Lembar Keduabelas
I
II
13. Lembar Ketigabelas
I
II
14.Lembar Keempatbelas
I
II
15. Lembar Kelimabelas
I
II
16.Lembar Keenambelas.
I
II
:)

II

2.5K 434 176
By Lunar14_

Rasa yang hanya timbulkan resah.
Cinta yang buatnya menepis kenyataan yang ada.
Mengapa harus dengannya? Mengapa harus mencintai orang yang selalu mempermainkan cintanya?

Saat dia mendekat, bayangnya seolah menjauh.
Tempatnya berpijak seakan tak dapat dia capai.
Cintanya terlalu sulit untuk dia mengerti. Dia selalu mencoba bersabar, dia terlalu lama menunggu,namun yang di cintai tak pernah mengerti itu.
Tak menghargai perasaannya sama sekali.

Shania datang.
Beby pergi.
Shania kembali.
Beby seakan jenuh, begitu terus sampai mereka tak mengerti apa yang sedang mereka jalani.
Lelah sudah jelas dirasakan Shania jika seperti ini.
Ini bukan permainan!
Sikap Beby terus seperti itu
Mungkin ini saatnya dia pergi.

"Gak usah pegang-pegang!"

Saat Beby menjauhinya disana ada seseorang yang terus berusaha mendekati Shania, ini seperti sebuah kata terbalik yang di rasakan Shania, jika dengan Beby dia yang selalu berharap, tapi saat bersama Saktia dia selalu merasa menjadi orang yang sangat dibutuhkan, Saktia memang dengan terang-terangan mengakui kalau dia mencintai Shania, walau dia tau Shania tak akan pernah mencintainya.

Cinta searah yang dia rasakan dia nikmati dengan rasa sakitnya juga.

"Gw gak ada urusan sama lo!" Beby tidak kalah ngotot dengan Saktia, pertemuan mereka sebenarnya tidak sengaja, Shania dengan Saktia memang sedang ditempat ini, sebuah toko buku, Saktia hanya menemani Shania mencari buku untuk tugas kulihanya.

"Kalau lo gak bisa bahagian Shania gak usah banyak tingkah!" Tangan Saktia yang sedari tadi memang menggandeng tangan Shania seketika terlepas, dia memajukan badannya menatap Beby begitu tajam,

Dari poster tubuh saja Beby jelas jauh dari Saktia. Biarpun Beby terlihat lebih manly tapi itu tidak membuat Saktia jadi takut akan melawannya

"Sak" kata Shania menyentuh tangan Saktia, Shania hanya menatap semua orang yang sudah menatapnya kini, dia sedikit menarik tangan Saktia agar menjauh dari Beby.

"Manusia satu ini tuh harus dikasih pelajaran Nju, biar ngerti rasanya tuh gimana!"

Beby terus saja diam, dia hanya bisa meredam semuanya, saat Saktia menatap Shania begitu dalam, saat Saktia dengan mudahnya menyentuh pipi Shania didepannya. Dia selalu berfikir Shania hanyalah miliknya tapi dia sama sekali tidak ingin terikat.

Egois!



Shania benar-benar membawa Saktia keluar dari toko buku itu rasanya dia sudah tidak punya wajah kalau harus berlama-lama didalam dengan tatapan orang-orang yang menatap mereka aneh. Kini mereka duduk disebuah taman yang tak jauh dari tempat tadi, Saktia terus saja meluapkan rasa kekesalannya terhadap Beby, siapa yang tidak akan emosi jika seseorang yang dicintainya hanya dibuat sakit hati.

"Makasih ya Sak."

Saktia menoleh, dia masih mengatur nafasnya yang memburu. "Apa?"

Shania malah tersenyum menggeleng. "Lain kali gak usah gitu ya, malu diliatin orang."

"Iya maap ya, aku cuman emosi."

Shania memberikan air mineral dingin, menempelkan nya di wajah Saktia.

"Buat aku?"

"Heem, tadi udah teriak-teriak kan buat aku."

Saktia menggeleng, menerima air pemberian Shania.

Cinta tidak perlu mengharapkan hal yang berlebihan, bagi Saktia, begini saja sudah cukup.




.
.
..



Bogor pagi ini begitu cerah dengan angin segar yang menyelingsip masuk dari celah-celah jendela kamar, dia menggeliat, tangannya meraba sosok disampingnya, saat tangannya tak mendapati sosok yang dia cari, dia bangkit dari tidurnya bersandar pada ranjangnya. Pajama trusan berwarna abu-abu membuat dia terlihat lebih menggairahkan pagi ini, dia mengikat rambutnya berjalan mendekat kearah balkon, dibawah sana terdengar bising mengganggu tidurnya.

Dia tertawa, pikirnya ucapan ibunya saat di telfon itu hanya omong kosong atau sekedar basa basi, tapi sekarang dia melihat kekasihnya sedang dikelilingi wanita seusia ibunya lebih dari lima orang.

Saat matanya bertemu dengan manik mata memelas dari Kinal dia hanya tertawa, menggidikan bahunya seakan berbicara pada Kinal kalau dia tidak bisa menolongnya.

"Ka."

Yona yang sedang tertawa jadi menoleh, disana ada Ayahnya yang sudah duduk ditepi ranjang miliknya.

"Eh Pah, kenapa?"

"Kamu bisa minta cuti gak untuk beberpa hari?"

"Emang mau kemana?"

"Kamu kan tau, Dilla mau nikah, kalau bisa kamu juga ikut."

"Oh iyaya, Vivi lupa, hm.. emang harus ikut ya?"

"Sekalian kumpul keluarga ka, kan udah lama gak ketemu juga."

"Ya bisa aja sih minta libur, emang mau berangkat kapan?"

"Nanti malem rencananya."

"Yaudah nanti Vivi ngomong ka Melody dulu ya."

Ayahnya mengangguk, sedikit menepuk pipi anak pertamanya itu.

"Oh iya kalau mau, Neng Kinal ajak aja, barang kali kamu emang lagi mau main sama dia malah papah suruh ke Jogja, ajak aja gapapa kalau mau."

Yona hanya tersenyum mengangguk, dia jadi memeluk Ayahnya, secara tidak langsung Ayahnya seakan mengerti kalau dia sedang tidak ingin jauh dari Kinal. Naluri seorang Ayah memang tak pernah bisa lepas dari sosok anak perempuan, Ayah pasti akan lebih mengerti apa yang sedang di rasakan anak perempuannya.

"Kamu ini udah 25 tahun masih aja suka meluk-meluk gini, nanti pacarnya cemburu gimana kalau liat?"

"Masa Papah dicemburuiin" ucap Yona memanyunkan bibirnya.

Ayahnya jadi menarik Yona yang sedari tadi memeluknya. "Lagian gak akan ada yang cemburu juga ya? Kamu kan gak punya pacar, kalah nih sama Lutfi yang kemaren udah ngenalin pacarnya ke Papah, cantik loh Ka."

Lagi-lagi Yona hanya memanyunkan bibirnya dia beranjak pergi meninggalkan Ayahnya, masuk kedalam kamar mandi.

"Cepet cari jodoh mangkanya dari pada dilangkahiin." Kata Ayahnya sedikit berteriak agar Yona dengar.

Ada hasrat yang mendorong dia untuk mengatakan kalau Kinal adalah kekasihnya, andai dia mempunyai nyali sebesar itu mungkin dia akan melakukannya, rasanya membayangkanya saja tidak berani.

Dan sekarang Yona baru saja selesai mandi, rambutnya masih basah, dia menggosokan handuk mengeringkan rambutnya, dia tersenyum saat Kinal masuk dengan wajah yang di tekuk.

"Udah jumpa fansnya?"

Kinal langsung memeluknya, menjatuhkan kepalanya pada bahu Yona, dia menenggelamkan kepalanya pada caruk leher Yona.

Yona tersenyum meledek melihat potret Kinal lewat pantulan cermin.
"Bangga deh punya pacar terkenal kaya kamu."

"Mending gak terkenal deh gw."

Yona tertawa, membalikan badannya menangkup kedua pipi Kinal.

"Kok lemes banget si? Abis diapaiin?"

"Tadi muka aku di pegang-pegang, di colek-colek, aku merasa kotor sekarang, kalau kamu liat kamu juga pasti cemburu."

Lagi-lagi Yona tertawa, wajah Kinal sekarang benar-benar lucu. "Aku udah cemburu kok."

"Cemburu tapi gak disamperin, tega kamu mah."

"Tadi mau nyamperin, eh papah malah masuk kamar, hmm papah ngajak kamu ke Jogja."

"Jogja? Liburan?"

"Hm..-" tangan Yona terus menyentuh wajah Kinal dan mata Kinal jadi mengikuti gerakan tangan Yona.

"Aku mau ngenalin kamu ke keluarga aku, kata papah aku udah 25 tahun, kamu gak akan ngebiarin aku dilangkahiin Lutfi kan?"

Kinal malah tersenyum. "Cium jangan ya?"

Yona tertawa lagi. "Aku serius, papah ngajak kamu, papah tau kalau aku lagi gak mau jauh-jauh sama kamu."

"Hmm nanti aku bilang makasih sama papah ya, karna gak mau buat anaknya jauh dari aku, kalau menurut kamu aku harus ikut, aku ikut."

Yona hanya terus memandang Kinal dengan tangan yang setia berada di pipi Kinal.

"Cepet ganti baju, kamu kalau gini cuman buat aku-"

"Apa?" Potong Yona, mata Kinal mengamati tubuh mungil Yona yang hanya dibungkus handuk berbentuk kimono.

"Buka jangan?" Kata Kinal lagi dengan tangan yang siap membuka handuk Yona.

Yona menggeleng, menahan tangan Kinal. "Jangan buka-buka nanti kamu mau."

"Aku udah mau."

"Yaudah buka."

Kinal tersenyum langsung mencium bibir Yona, tangannya menelungsup masuk menyentuh punggung Yona



















Bersambung

#TeamVeNalID

Jangan bosen ya kalau tiap hari banget up nya :)

Continue Reading

You'll Also Like

53.2K 3.9K 53
"Jika ada yang harus berkorban dalam cinta ini, maka itu cintaku yang bertepuk sebelah tangan" - Dziya Idzes "Sekat-sekat ruang yang tertutup layakn...
84.2K 7.9K 21
Romance story🀍 Ada moment ada cerita GxG
194K 16.2K 27
Ernest Lancer adalah seorang pemuda kuliah yang bertransmigrasi ke tubuh seorang remaja laki-laki bernama Sylvester Dimitri yang diabaikan oleh kelua...
56.4K 490 5
well, y'know? gue fetish sama pipis dan gue lesbian, eh gue sekarang sepertinya bi, kontol dan memek ternyata NYUMS NYUMS Apa ya rasanya Mommy? juju...