SeLisa [END]

Galing kay itsmesnrni

58.2K 6.7K 379

Dijodohkan? Oh Sehun sih senang-senang saja. Tapi bagaimana dengan Lalisa? Itu akan jadi hal terburuk di sepa... Higit pa

PROLOG
SATU
DUA
TIGA
EMPAT
LIMA
ENAM
TUJUH
DELAPAN
SEMBILAN
SEPULUH
SEBELAS
DUA BELAS
EMPAT BELAS
LIMA BELAS
ENAM BELAS
TUJUH BELAS
DELAPAN BELAS
SEMBILAN BELAS
DUA PULUH
DUA PULUH SATU
DUA PULUH DUA
DUA PULUH TIGA
DUA PULUH EMPAT
DUA PULUH LIMA
DUA PULUH ENAM
DUA PULUH TUJUH
DUA PULUH DELAPAN
EPILOG
EXTRA PART
SIDE STORY; KAI - JENNIE

TIGA BELAS

1.5K 213 10
Galing kay itsmesnrni

Happy reading

***

Waktu menunjukkan pukul 11 malam. Lalisa masih terjaga di apartemennya. Ditemani dengan segelas cokelat hangat dan televisi yang sedang menayangkan drama.

Beberapa kali ia melihat ke atas televisi, tepatnya pada jam dinding yang menempel. Sudah sejak sore tadi Sehun belum pulang dan menampakkan dirinya. Sejak itu pula Lalisa menahan kesal, karena Sehun tidak jadi menjemputnya tanpa memberi kabar apapun.

Bukan apa-apa, masalahnya karena Lalisa saat itu tidak membawa mobil. Jadi terpaksa ia harus pulang menggunakan taksi.

"Jika 30 menit lagi dia tidak juga datang, aku akan mengunci apartemen ini!" ucap Lalisa kesal.

Matanya menatap ke arah pintu, jika saja Sehun masuk dari sana Lalisa akan langsung menyeretnya dan menumpahkan semua kekesalannya.

Lalisa tidak menghubungi nomor Sehun karena ia memang tidak menyimpannya. Pernah satu kali Lalisa menyimpannya saat sebelum menikah, lalu ia hapus lagi karena Sehun yang terus meneleponnya setiap satu jam sekali.

Jadi Lalisa memutuskan untuk mengganti nomor miliknya dengan nomor yang baru. Demi menghindari Sehun yang pada saat itu terus gencar menghubunginya.

Suara pintu yang terbuka mengagetkan Lalisa, dilihatnya Sehun yang berjalan masuk dengan baju yang sedikit berantakan. Lalisa lalu melihat ke arah jam, masih pukul 23.15 malam. Dia tidak akan mengunci apartemen dan mengeluarkan Sehun, tapi akan menghujaninya habis-habisan dengan kalimat pedas yang siap meluncur dari mulut Lalisa.

Lalisa menyimpan cokelat nya di atas meja kemudian menghampiri Sehun yang sedang melepas sepatu.

"Aish, jinjja. Kau benar-benar menyebalkan Sehun, tidak menjemputku dan baru pulang selarut ini!?"

Sehun menoleh, ditatapnya wajah Lalisa sambil tersenyum tak berdosa.

"Aigo, jeongmal mianhaeyo Lisa, aku benar-benar lupa harus menjemputmu. Pekerjaanku benar-benar banyak sekali karena ini hari pertamaku masuk kerja kembali," jawab Sehun.

Lalisa menyipitkan matanya curiga. "Yang benar saja kau bekerja hingga larut seperti ini."

Sehun gelagapan ditatap seperti itu, otaknya berpikir mencari alasan yang tepat untuk meyakinkan Lalisa.

"Oh, kau tidak percaya padaku? Ini masuk akal Lisa, pekerjaanku menumpuk karena kita terlalu asyik bulan madu. Iya, kan?"

Lalisa memutar bola matanya malas. "Kau tidak berpikir jika kakiku akan lepas dari tempatnya karena terlalu lama menunggumu!?"

"Lisa, aku minta maaf. Kalau begitu aku akan memijat kakimu, bagaimana?" Sehun tersenyum lebar pada Lalisa.

"Tidak usah! Aku tidak butuh pijatanmu!" Lalisa melenggang pergi meninggalkan Sehun yang melongo di tempatnya.

"Lisa, jangan marah padaku eoh."

Sehun menyusul istrinya yang pergi ke kamar. Dilihatnya Lalisa yang menggulung seluruh tubuhnya dengan selimut.

"Lisa, jangan bersembunyi di bawah selimut. Aku minta maaf, aku akan memijatmu, ya?" Sehun menepuk pundak Lalisa yang tertutupi oleh selimut.

Lalisa masih tidak bergeming. Sedangkan Sehun masih saja menepuk-nepuk pundaknya sambil memberi rayuan agar Lalisa tidak marah.

"Menyingkir dariku, eoh!" bentak Lalisa sambil menyibakkan selimut yang dipakainya.

Sehun memundurkan wajahnya yang semula berada di dekat Lalisa. Mengerjapkan matanya beberapa kali dan mengembuskan napasnya pelan.

"Lisa, maafkan aku. Aku janji besok akan menjemputmu tepat waktu." Sehun memelaskan wajahnya di hadapan Lalisa.

Lalisa berdecak. "Jangan berjanji jika kau tidak bisa menepatinya!"

Sehun tertegun. "Maaf Lisa, aku berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Kau mau memaafkanku 'kan?"

Lalisa mendengus. "Ya."

"Jinjja?" Sehun terlihat sumringah mendengar jawaban yang dilontarkan oleh Lalisa.

"Aish, iya. Jangan bertanya lagi jika kau tak mau aku berupah pikiran."

"Aigo, i love you chagiya. Saranghaeyo," ucap Sehun sambil memeluk erat Lalisa.

"Lepaskan Sehun! Lepaskan!"

Lalisa meronta mencoba melepaskan pelukan Sehun dari tubuhnya. Sehun terkekeh, kemudian melepaskan pelukannya.

"He he, jangan marah lagi Lisa, aku hanya senang kau ternyata memaafkanku. Aku berjanji lain kali akan menepati janjiku."

"Aku tidak akan memaafkanmu jika kau mengulanginya."

Sehun tersenyum sambil membelai lembut pipi istrinya. Lalisa terdiam, perlakuan Sehun membuat jantungnya tidak sehat.

Tersadar, Lalisa melepaskan tangan Sehun dari pipinya. "S-sudahlah, pergi sana."

Sehun terkekeh. "Pipimu merah chagiya. Apa kau sakit? Atau kau gugup berada di dekatku?"

"Aish, bicara apa kau ini. Pipiku tidak memerah eoh!"

"Sepertinya caraku untuk membuatmu jatuh cinta mudah ya, perlakuan seperti ini saja bisa berefek besar."

"Eoh, pergi Sehun. Hari ini kau tidur di sofa!"

Sehun tertawa, beranjak dari samping Lalisa kemudian berjalan menuju kamar mandi.

"Bersiaplah, nanti kita pasti tidur bersama. Tidur Lalisa, tidur. Kau tahu tidur 'kan?"

Lalisa melemparkan bantal ke arah Sehun. "Hyaa berhenti bicara Sehun!"

"Aku juga cinta padamu."

"Pabo!" maki Lalisa kesal.

***

Lalisa menyibakkan selimut, kemudian mengubah posisinya menjadi duduk. Mengumpulkan nyawanya yang masih setengah sadar.

Bau harum masakan menusuk indra penciumannya, membuat kantuknya hilang entah ke mana. Lalisa kemudian mencepol rambutnya tinggi lalu beranjak dari kasur. Berjalan ke arah dapur, mencari sumber dari bau harum tersebut.

Tiba di dapur, dilihatnya Sehun yang hanya memakai boxer dan kaos tanpa lengan sedang berkutat dengan segala bahan dan peralatan memasak. Lalisa kemudian mendudukkan dirinya di meja makan.

"Apa yang kau lakukan di pagi hari?" tanya Lalisa sambil memperhatikan Sehun dari belakang.

Sehun membalikkan tubuhnya lalu tersenyum pada Lalisa. "Aku memasak untukmu, sebagai permintaan maaf. Karena semalam kau tidak mau aku pijat."

Lalisa tertawa kecil. "Memangnya kau bisa memasak?"

"Jangan meremehkan, sejak kecil aku selalu membantu eomma di dapur. Jadi bakat tersebut menurun pada anaknya yang tampan ini."

Lalisa bertingkah seolah ingin muntah. "Baik, aku akan mencobanya. Jika memang lezat, tiap pagi kau mungkin bisa menjadi juru masak."

"Aniya, setiap pagi tetap kau yang memasak. Karena masakanku tidak lebih enak darimu. Aku hanya memasak di saat-saat spesial saja."

Lalisa tersenyum geli. "Sudah selesai?" tanyanya saat Sehun datang sambil membawa mangkuk berisi makanan, kemudian duduk di samping Lalisa.

"This is it, cobalah."

Sehun mengambil sendok lalu menyerahkannya pada Lalisa.

Setelah mencoba satu suapan, Lalisa terhenti. "Ini enak, kau pintar juga."

"Tentu saja, sudah kubilang aku bisa memasak."

"Kau tidak mau mencoba masakanmu sendiri?"

"Sirheo, itu khusus untukmu. Jadi, kau sudah memaafkanku?"

Lalisa mengangguk. "Iya." Lalu melanjutkan kembali kegiatan makannya.

Sehun tersenyum. Tangan kanannya menopang dagu sembari memperhatikan Lalisa dari samping.

"Jangan memperhatikanku seperti itu." Lalisa berkata tanpa memalingkan wajahnya.

"Kau cantik," ucap Sehun samar.

Lalisa menoleh ke arah Sehun. "Mwo? Apa tadi kau bilang?"

Sehun menaikkan kedua alisnya. "Kau cantik."

"Aku memang cantik."

Sehun menyelipkan anak rambut Lalisa yang tidak terikat, lalu membelai lembut pipinya.

Aigo, jantungku eomma.

Sehun melepaskan tangannya, kemudian mendekatkan kursinya ke arah Lalisa. Menangkup kedua pipi Lalisa dan membuatnya menatap ke arah Sehun.

"A-apa yang kau lakukan Sehun?" tanya Lalisa terbata.

Sehun tidak menjawab. Dia langsung membawa Lalisa ke dalam pelukannya. Lalisa terdiam mendapat perlakuan seperti itu dari Sehun.

"K-kau kenapa, Sehun?"

"Tidak, bertahanlah sebentar lagi."

Lalisa mencoba membalas pelukan Sehun padanya, lalu menepuk pelan punggung Sehun.

"Terima kasih."

"Hah?"

"Terima kasih untuk pelukanmu." Sehun terpejam menikmati pelukannya dengan Lalisa.

Lalisa tersenyum tipis. "Tidak apa-apa."

"Lisa?"

"Hm?" Lalisa menggumam.

"Apa kau sudah mencintaiku?" tanya Sehun lirih.

"Jangan menjawabnya sekarang. Kau bisa menjawabnya saat kau siap."

***

Ipagpatuloy ang Pagbabasa

Magugustuhan mo rin

151K 15.3K 27
[Beberapa chapter sudah dihapus] Lalisa Manoban adalah seorang supermodel cantik terkenal. Hidup dengan berbagai tantangan mulai ia rasakan saat keti...
46.5K 4.4K 35
Slice of life about Jisoo & Haein
14.7K 2.3K 32
THIS IS THE SECOND BOOK OF 'THEN AND NOW' JAESAHI STORY, I recommend to read the book 1 first before this second book. Asahi berhasil melewati masa k...
90.3K 12.7K 16
"Berkencanlah denganku, Ssaem," bisik Lisa. "Dapatkan nilai delapan untuk evaluasi bulan depan, maka aku akan berkencan denganmu," Sehun membalas bi...