SeLisa [END]

By itsmesnrni

58.1K 6.7K 379

Dijodohkan? Oh Sehun sih senang-senang saja. Tapi bagaimana dengan Lalisa? Itu akan jadi hal terburuk di sepa... More

PROLOG
SATU
TIGA
EMPAT
LIMA
ENAM
TUJUH
DELAPAN
SEMBILAN
SEPULUH
SEBELAS
DUA BELAS
TIGA BELAS
EMPAT BELAS
LIMA BELAS
ENAM BELAS
TUJUH BELAS
DELAPAN BELAS
SEMBILAN BELAS
DUA PULUH
DUA PULUH SATU
DUA PULUH DUA
DUA PULUH TIGA
DUA PULUH EMPAT
DUA PULUH LIMA
DUA PULUH ENAM
DUA PULUH TUJUH
DUA PULUH DELAPAN
EPILOG
EXTRA PART
SIDE STORY; KAI - JENNIE

DUA

2.6K 307 6
By itsmesnrni

Happy reading

***

Lalisa semakin terjepit. Kini dia sudah bersandar pada lemari di kamarnya. Sehun berada di depannya, kedua tangan kekarnya itu berada di sisi kanan dan kiri Lalisa. Sikat gigi yang tadi dipegangnya pun telah menghilang entah ke mana.

Omo! Apa yang akan pabo ini lakukan. Eomma, selamatkan aku eoh.

Lalisa menelan salivanya susah. Sehun semakin mendekatkan wajahnya, senyum evil berkembang di bibirnya. Lalisa memejamkan matanya, dia tidak tahu harus apa sekarang.

Siapapun selamatkan aku.

***

Lalisa masih memejamkan matanya selama beberapa saat. Dia merasakan embusan napas Sehun di wajahnya. Karena dia tidak merasakan apapun, Lalisa membuka matanya perlahan.

Apa yang dia lihat, Sehun menatapnya sambil menahan tawa. Sesaat kemudian tawanya menghambur, Sehun tertawa terbahak-bahak. Bahkan kini dia berguling-guling di lantai kamar.

"Eoh. Apa maksudmu hah?!" bentak Lalisa.

"Apa? Hahaha ... Kau pasti mengharapkan ciuman dariku, kan? Hahaha," goda Sehun sambil terus tertawa.

Lalisa mendecih. "Aku tak sudi perbuatan haram itu sampai terjadi."

"Ah, kalau tidak kenapa tadi wajahmu memerah, hah? Aku tahu, kau tidak pandai berbohong nona." Sehun masih saja menggoda Lalisa.

"Diam kau. Lagipula itu pun juga karenamu, untuk apa kau keluar dari kamar mandi dalam keadaan seperti itu. Membuatku kaget saja, memangnya badanmu itu bagus hah? Sok tampan berdiri di hadapanku dengan gigi penuh busa."

"Heh, kalau kau tidak tertarik dengan tubuhku ini kenapa tadi kau menatap tanpa henti kepadaku? Kau terpesona kan, aku tahu. Aku kan seorang cenayang."

"Siapa juga yang menatapmu seperti itu? Kau ini percaya diri sekali jadi orang." Lalisa menatap tajam pria di depannya.

Wanita itu sangat kesal. Sehun dengan sengaja mempermainkannya seperti itu dan membuatnya hampir jantungan karena syok.

"Pergi sana! Lanjutkan ritualmu itu. Badanmu bau sabun!"

Sehun tersenyum miring, kemudian meninggalkan Lalisa sendirian tanpa sepatah kata. Dia berjalan menuju kamar mandi, melanjutkan sesi mandinya yang tadi sempat tertunda.

"Huaaa bagaimana ini. Masa aku harus pakai pakaian ini. Ini semua gara-gara eomma. Pasti dia yang merencanakan semuanya." Lalisa meratapi isi kopernya.

Kemudian dia mengambil ponselnya di dalam sling bag yang sengaja ibunya persiapkan. Lalisa men-dial nomor ibunya berkali-kali. Tapi tak satu pun panggilan yang diangkat.

"Aigo! Eomma memang merencanakan ini sampai matang. Ah, terpaksa aku harus mengenakan pakaian ini untuk sementara waktu."

Lalisa mengeluarkan beberapa pasang pakaian untuk ia kenakan malam ini. Karena tidak mungkin juga ia tidur memakai gaun pengantin.

Sehun keluar dari kamar mandi dengan celana pendek dan kaos sederhana berwarna merah. Rambutnya yang berantakan masih basah.

"Kau mandilah. Penampilanmu buruk sekali."

"Kau tidak mengingatkan pun aku akan tetap mandi. Huh!" ketus Lalisa. Lalu meninggalkan Sehun di dalam kamar dan masuk ke kamar mandi untuk membersihkan badannya.

Sehun terkekeh. Pria itu kemudian duduk di sofa yang ada di kamar. Tangannya yang kekar mengambil gagang telepon yang terletak pada meja di samping sofa. Menelepon pihak hotel dan berbincang sebentar. Kemudian menutupnya dan tersenyum sumringah.

Matanya menjelajahi keseluruhan isi kamar. Sehun beranjak dari posisi duduknya dan berjalan menuju jendela yang menghadap ke pantai. Menghirup udara malam dan memejamkan matanya sesaat.

Suara pintu yang terbuka menyadarkannya. Lalisa keluar dari sana, Sehun terpaku. Wanita itu hanya menggunakan piyama yang celananya berada diatas lutut dan baju dengan lengan yang terbuka. Rambutnya masih dibalut oleh handuk.

"Apa kau lihat-lihat?" tanya Lalisa sinis.

"Kenapa memangnya? Cepatlah bersiap-siap, kita akan pergi keluar," titah Sehun pada Lalisa.

"Ck, belum sehari kau menjadi suamiku sudah menyuruh berbagai macam hal."

Sehun tersenyum miring, dia baru saja diakui sebagai suami oleh wanita di hadapannya.

"Ah, iya. Aku memang suamimu sekarang. Jadi kau harus menuruti semua apa yang kuucapkan. Kurasa, tadi kau baru saja mengakui aku sebagai milikmu. Tepatnya sebagai suami."

Lalisa cengo. Aigo! Apa yang baru saja aku ucapkan. Pasti si pabo ini sekarang merasa di atas angin.

Dia berdeham. "Uh! Siapa juga yang mengakuimu sebagai milikku. Itu hanya karena kita berada dalam ikatan. Jadi ... Uhm ...." Lalisa menggaruk tengkuknya, dia bingung harus mengatakan apa. Ini salah mulutnya juga kenapa harus mengatakan hal yang akan membuat Sehun percaya diri.

"Ah, sudah jelas terlihat. Kau pasti senang kan menikah denganku." senyum evil terlihat di bibirnya.

"Eoh. Tidak, bukan begitu maksudku. Ah, sudahlah, orang pabo sepertimu memang tidak akan mengerti." Lalisa tidak mengacuhkan Sehun, dia berjalan menuju meja rias mengambil hair dryer dan mengeringkan rambutnya.

"Yah, terserah apa katamu. Tapi suatu saat nanti kau pasti akan mengakuiku sebagai suamimu."

Lalisa diam mengabaikan ocehan Sehun. Fokus mengeringkan rambutnya. Setelah selesai, Lalisa berjalan menuju pintu keluar kamar hotel.

"Hey, kau mau ke mana?" Sehun menyusul Lalisa.

"Aish. Kau ini memang benar-benar pabo. Tadi kau sendiri yang menyuruhku untuk cepat karena akan keluar. Tapi sekarang kau mendadak pikun seperti ini."

Sehun cengengesan, dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Hehe. Sudahlah, ayo jalan." Sehun menutup pintu kamar hotel dan menguncinya.

"Eh tunggu sebentar!"

"Aish. Ya ampun, apalagi sekarang?!" Lalisa menggeram kesal.

Sehun kembali membuka kunci kamar hotel dan masuk, sesaat kemudian dia keluar dan membawa sebuah jaket setelah menutup kembali pintu kamarnya.

"Pakai ini, kalau tidak kau akan masuk angin nanti." Sehun memakaikan sebuah jaket pada Lalisa.

"Ayo jalan." Sehun mendahului Lalisa berjalan paling depan.

Keduanya menaiki lift untuk turun ke lantai bawah. Kemudian menyusuri lobi hotel. Lalisa masih tidak tahu Sehun akan membawanya pergi kemana.

Saat ini mereka berada di luar hotel. Ternyata, Sehun mengajaknya ke sebuah restoran hotel ini yang berada di pinggir pantai. Pria itu membawanya ke sebuah meja bundar yang terdapat dua kursi. Disana terdapat vas yang berisi mawar merah dan sebuah lilin yang menyala. Berbagai macam makanan sudah dihidangkan diatas meja.

Tidak ada pelanggan lain di sini. Sehun sudah memesan tempat ini sebelumnya saat di kamar hotel. Suasana terasa romantis, banyak bunga yang bertebaran. Lilin lilin juga menyala di setiap meja, dan lampu lampu kecil yang berkelap-kelip.

Sehun menarik kursi untuk Lalisa. "Duduklah, kau pasti lapar seharian ini."

Lalisa mendaratkan bokongnya pada kursi tersebut. Wajahnya terlihat sumringah dan menampilkan senyum yang manis. Saat ini perutnya memang sedang keroncongan minta diisi.

"Ya, gomawo," ucap Lalisa pelan, bahkan hampir seperti bisikan.

Sehun tersenyum kemudian duduk di hadapan Lalisa. Tangannya mengambil beberapa makanan dan memindahkannya pada piringnya.

Lalisa juga melakukan hal yang sama, dia terlihat lahap menyantap makanannya. Sehun tertawa geli melihatnya, dia tidak pernah melihat wanita seperti Lalisa sebelumnya. Wanita di hadapannya ini terlihat apa adanya, tidak seperti kebanyakan wanita lain yang selalu menjaga imej jika berada di hadapan seorang pria.

Sehun mengernyit, mulut Lalisa belepotan. Dia mengambil tisu yang ada di meja.

"Lisa," panggil Sehun.

"Hmm." Lalisa menjawab dengan mulut yang penuh dengan makanan.

"Lihat padaku."

"Uh?" Lalisa mendongak.

Saat itu juga Sehun menjulurkan tangannya dan membersihkan sisa saus yang berada di mulut Lalisa.

"Kau ini seperti anak kecil saja."

Lalisa terdiam. Matanya memandang pria yang duduk di hadapannya ini.

Shit. Apalagi yang dia lakukan.

***

Continue Reading

You'll Also Like

67.6K 2.2K 19
"Elva, aku suka sama kamu. Kamu mau nggak jadi pacar aku?" "Ogah!! Lo bukan tipe gue, cewek Oon!! " * * * Elvano dan Azalea. Dua remaja dengan kehidu...
127K 8.2K 36
Oh Sehun, lelaki popular di kampusnya. Dia punya banyak teman dengan sederetan fans yang akan dengan senang hati melompat ke tempat tidur bersamanya...
146K 12.5K 25
[COMPLETED] Katanya, dunia ini berputar. Kebahagiaan akan berganti dan kesedihan akan berlalu. Dunia memang berputar, namun apakah itu berlaku bagi L...
946K 77.5K 28
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...