Mendung Jangan Pergi

By marsmellow___

4.4K 352 70

Mendung tak selamanya mendatangkan hujan. Tak selamanya menghadirkan gemuruh yang menggelegar memekakkan. Ia... More

PROLOG
ONE : SUCKS
TWO : BROKEN
THREE : FRUSTRATED
FOUR : FIRST DAZED
FIVE : TRY TO FORGET
SIX : ACTUALLY
SEVEN : HURT
EIGHT : RAIN
NINE : FRIENDSHIP GOALS!
TEN : SO DIFFERENT
ELEVEN : US
TWELVE : REAL FRIENDSHIP
THIRTEEN : UNFORTUNATE
FOURTEEN : NEW STYLE
FIFTEEN : AGAIN?
SIXTEEN : PAINFUL
SEVENTEEN : THE EYES
EIGHTEEN : CONFUSED
NINETEEN : THE TASK
TWENTY : NEW ACTIVITY
TWENTY ONE : I HAVE KNOWN
TWENTY TWO : ABOUT HEART
TWENTY FOUR : YOU
TWENTY FIVE : PROCESS
TWENTY SIX : YOU AND ME
TWENTY SEVEN : MEMORIES
TWENTY EIGHT : MEGA
TWENTY NINE : THE HEART
THIRTY : TRULY
THIRTY ONE : MOMENT
[ N-U ]
THIRTY TWO : AT THE WRONG TIME

TWENTY THREE : THIS FEELINGS

91 6 0
By marsmellow___

This Feelings

Tentang cinta yang diungkapkan dengan cara yang berbeda atau perasaan yang mulai dikenali hingga aku mulai merasakannya - Adara✍

❣❣

Author

"aduh.." Ringis Dara sambil memegangi perutnya yang mengumandangkan bunyi seperti gemuruh yang begitu mengganggu.

Dara memutuskan untuk mampir ke warung depan sekolah dengan menyeberang.

"Buk, rotinya satu ya." Ucap Dara langsung mengambil sebungkus roti cokelat dan memakannya.

Urusan bayar mah ntar aja. Perut gue bener-bener harus diselametin -batinnya.

"Minumnya engga neng?" Tanya si ibu pedagang, sebut saja Bu Mawar.

Dara manggut-manggut setuju. "Boleh-boleh, Bu. Minuman ion ya, Bu." Ucap Dara dengan mulut yang setengah penuh dengan roti.

"Ini, neng." Bu Mawar pun dengan senang hati memberikan minuman itu, pasalnya semenjak ada warung baru disampingnya dengan dagangan yang lebih lengkap, warung Bu Mawar kini menjadi lebih sepi. Dan ini yang membuat Dara memilih warung Bu Mawar, daripada harus keringat dingin berada di warung sebelah yang tampaknya banyak laki-laki nakal, lebih baik disini kan?

Setelah selesai mengisi perut dan bernafas lega, Dara segera merogoh saku seragamnya untuk mengambil uang. Namun sepertinya ada yang mengganjal.

Cuma dua ribu?

Dara kembali mengecek dengan mata kepalanya dan benar saja, hanya ada selembar uang dua ribu di saku seragam. Itupun sudah lecek dan kusam. Dara kembali mengecek di saku rok abu-abunya. Dan hasilnya nihil. Hanya ada bungkus permen yang lupa ia buang. Dara pun memutuskan untuk mengambil uang di dompet. Dara membuka resleting ranselnya dan mencari dompetnya disana. Namun sudah sampai jauh kedalam, dompet bergambar hello kitty itu tak tampak sama sekali.

Dara menggigit bibirnya yang mulai pucat.

"Kenapa neng?" Tanya Bu Mawar yang sepertinya mulai mengerti gerak-gerik Dara.

"Ehh, gapapa, Bu." Dara mencoba tersenyum.

Dara o'on pliss inget dimana Lo tarok uang Lo.. dompet kitty gue..

Dara mencoba mengingat-ingat kembali.

Astaga!

Dara menepuk kuat jidatnya.

Dompet gue kan sama si Farin?!! Kucel bet nasib gue!

"Mak? Kita jadi tutup sekarang pan? Katanya mau liat nenek dirumah sakit." Rengek seorang bocah 8 tahun yang sepertinya anak Bu Mawar.

"Iya jadi. Lu beresin dah nih barang dagangan kite." Balas Bu Mawar membuat anak kecil itu segera melakukan interupsi dari sang Ibu.

"Beres, Mak!"

Bu Mawar tersenyum lalu kembali menolehkan pandangan ke arah Dara. "Neng? Uangnya bisa sekarang nggak? Soalnya udah mau tutup nih."

Dara mengulum bibirnya. "Ehh iya, Bu, bentar ya. Ibu beresin aja dulu dagangannya, saya ngga bakal lari kok." Ucap Dara menutupi rasa gugupnya.

"Oh gitu. Yaudah duduk dulu deh, neng."

Dara menarik nafas lega. "Iya makasih, Bu." Dara perlahan mulai menduduki bangku panjang didepan warung Bu Mawar.

Sementara Bu Mawar memberesi warung dagangannya, Dara memanfaatkan momen ini untuk menghubungi Aldi agar segera datang menolongnya. Dara bisa bernafas lega kala Aldi merespons sms Dara dan mengatakan bahwa ia akan datang sebentar lagi.

Beberapa menit berlalu, Bu Mawar telah menutup rapat warung miliknya. Namun Aldi belum juga tiba membuat Dara kembali dirundung rasa cemas.

"Neng, ibu udah selesai, mau pulang, neng." Ucap Bu Mawar pada Dara.

"O-oh m-mau pulang ya, Bu?" Dara perlahan bangkit dari duduknya dengan perasaan cemas yang semakin menjadi.

Bu Mawar mengangguk.

"Emm, anu--Bu, s-saya-saya lagi nunggu kakak saya. B-bentar lagi datang kok, Bu, tenang aja." Ucap Dara memastikan.

Dahi Bu Mawar menyatu. "Maksudnya? Eneng ngga bawa duit gitu?" Simpul Bu Mawar.

"Hah? Eng--anu, Bu, emm--itu-"

"Aduh, Neng, kalau nggak punya uang mah jangan jajan, enak aja makan-makan disini tapi ngga bayar. Ayo cepetan bayar! Saya ngga mau tau ya!" Bentak Bu Mawar dengan nada yang jauh berbeda dari sebelumnya, membuat beberapa orang memusatkan perhatiannya ke arah mereka.

Dara gelagapan. "B-bu, saya kan tadi bilang kalau saya lagi nunggu kakak saya.. saya pasti bayar kok, Bu. Tunggu sebentar lagi ya, Bu." Pinta Dara memohon.

"Heh! Lu pikir waktu cuma milik Lu doang? Gua juga punya banyak urusan." Ucap Bu Mawar sewot.

Dara hanya bisa menunduk merasakan semakin banyaknya pasang mata yang menyaksikan mereka dari tempatnya masing-masing.

"Nih, saya bayar." Ujar seseorang menyerahkan 3 lembar uang berwarna biru.

Dara mendongakkan kepalanya dan tercengang.

Alfa?!!

"Cukup?" Tanyanya pada Bu Mawar yang sudah menampakkan wajah secerah sinar fajar.

"I-ini ke-keleb-"

"Ambil aja kembaliannya."

Bu Mawar tersenyum lebar dengan tatapan tak percaya. "Be-bener, dek?"

Alfa hanya mengangguk lalu ingin beranjak pergi, namun urung kala melihat Aldi yang baru tiba didekat mereka dengan mengendarai motor sport. Aldi segera membuka helm dan turun dari motornya kemudian menghampiri mereka.

"Lo perlu berapa?" Tanyanya tanpa basa-basi pada Dara dan tanpa sedikitpun menyadari keadaan sekitar yang masih menyorot mereka.

"Telat." Ucap Dara sinis.

Aldi mengernyit bingung. "Ck, Gimana sih?" Aldi menghela nafas dan memutar bola matanya dan ia mulai menyadari bahwa ada beberapa pasang mata yang memperhatikan mereka. "K-kok pada ngeliatin gitu? Ada yang salah apa? Atau gue keliatan lebih cakep hari ini?" Tanya Aldi super pede.

Dara menggeleng-gelengkan kepala sambil menghela nafas sementara Alfa terkekeh pelan. "Eh iya, Lo kok bisa disini? Bareng adek gue lagi." Tanya Aldi pada Alfa.

"Oh, iya, tadi ngga sengaja ketemu." Jawabnya.

Aldi manggut-manggut mengerti.

"B-besok gue ganti uangnya. Kak, ayo pulang." Ajak Dara pada Aldi.

"Uang? Lo minjem duit sama Alfa, Ra?"

"Gu-"

"Bukan, tadi si mas ganteng ini yang ngasih, mas. Ini uangnya." Ucap Bu Mawar yang masih berada disana sambil menunjukkan uang yang diberikan Alfa tadi.

"Busett! Banyak bener, Ra? Lo makan apa aja?"

Dara berdecak. "Cuma makan roti doang sama ini." Dara menunjukkan botol minuman ion ditangannya. "Dia aja yang kelebihan ngasih."

Aldi menggeleng-gelengkan kepalanya. "Terus Lo bilang mau gantiin besok? Cih! Tiket buat nonton aja masih minta sana sini. Belaga banget."

Dara menggeram karena Aldi membongkar terang-terangan aibnya didepan Alfa.

Eittss!! Tunggu tunggu..

Kok Alfa sih?

Hm.. entahlah.

"Kak Aldi!!! Udah ayo pulang!" Ucap Dara menarik tangan Aldi namun Aldi justru menarik balik tangan Dara hingga membuatnya kembali ke posisi semula.

"Ehh, gue mau latian futsal! Udah ditungguin nih sama pelatih. Fa? Lo bisa kan nganterin adek gue?" Ucap Aldi membuat Dara melotot.

"Hah?"

"Bisa kagak?"

Alfa hanya mengangguk pelan.

***

Langit berubah warna menjadi sedikit lebih pekat, matahari kian tenggelam dan tertutup awan hitam. Dara mengeratkan pegangannya pada tas ransel Alfa dan lelaki itu bisa merasakannya ketika rem mendadak ataupun ketika menarik gas.

Butiran air mulai turun dan menyentuh kulit kepala Dara dan helm yang dikenakan Alfa. Alfa melihat jelas ekspresi Dara melalui kaca spion, begitu cemas. Tanpa pikir panjang, Alfa segera membelokkan setang motornya kearah halte kecil yang tak ada seorangpun berada disana. Alfa menghentikan motornya dan membuat Dara bingung.

"Lo mau duduk terus disitu?" Alfa menolehkan sedikit kepalanya kebelakang.

"Eh, i-iya." Dara yang mengerti segera menuruni motor itu perlahan.

Alfa membuka helmnya kemudian bergerak turun dan segera menuju halte tersebut lalu duduk disana. Sementara Dara hanya bisa mengikutinya dengan perasaan ragu.

"K-kita ngapain disini?" Tanya Dara dengan tampang polosnya.

Alfa menghela nafas. "Kan mau hujan."

Tiga kata itu saja sudah cukup bagi Dara. Ia memperbaiki posisi duduknya dan menghadap lurus ke depan.

1 menit..

2 menit..

3 menit..

"F-Fa?" Panggil Dara membuat Alfa menoleh.

"G-gue minta maaf." Ucap Dara sambil menunduk, menampakkan raut wajah penyesalan.

Alfa mengernyit. "Buat apa?"

Dara menarik nafas dan saat itu juga air matanya terjatuh. "Gue selalu nilai Lo buruk, padahal selama ini penilaian gue yang udah terlalu buruk sama Lo." Dara menghapus air matanya dan mencoba untuk menahannya agar tidak terjatuh lagi.

Entah kenapa, air mata itu kini menjadi kelemahan Alfa. Ia tidak ingin melihat air mata menetes dari kelopak mata perempuan yang berada disampingnya itu.

Perlahan Alfa menggerakkan tangannya menggenggam tangan Dara, begitu lembut.

"Gue udah maafin Lo kok."

Dara menoleh perlahan dan Alfa segera menghapus air mata yang masih tersisa disana. Senyum Dara mengembang.

"Bener, Fa?" Tanya Dara dengan suara yang sedikit serak.

Alfa mengangguk dan tersenyum.

"Jangan nangis lagi." Ucap Alfa mengelus punggung tangan Dara dengan jempolnya.

Dara menarik nafas sambil menghapus air matanya kemudian tersenyum dan mengangguk.

"Fa, soal yang tadi besok pasti gue ganti kok. Jangan dengerin kata kak Aldi."

Alfa terkekeh. "Kan tadi gue bilang ngga usah. Gapapa kok."

"Tapi-"

Suara denting ponsel Alfa memotong perkataan Dara. Alfa segera merogoh saku celananya dan membuka fitur WhatsApp.

Fa, Lo dimana sih? Kita udah nungguin nih.

Alfa hanya membacanya lalu segera men-lock dan memasukkannya kembali ke saku celana.

"Kita pulang aja yuk, lagian cuma gerimi-"

Saat itu juga, hujan turun semakin deras membuat Dara berhenti berbicara.

"Gerimis?" Ledek Alfa membuat Dara tersenyum malu.

"Gue tau Lo ngga bisa kena hujan."

Dara menoleh. "K-kok Lo tau?"

Alfa hanya mengedikkan bahunya dan menatap lurus ke depan.

"Lo doyannya nyari tau kehidupan orang ya?"

Alfa perlahan menoleh dan menatap dalam dua bola mata Dara.

"Cuma kehidupan Lo doang kok."

Deg!

Dara diam membisu. Gadis itu tampak salah tingkah.

"Baper ya?" Alfa mengusap-usap rambut Dara dan terkekeh, membuat gadis itu seakan terbang bebas melewati lapisan-lapisan langit.

Dan saat itu juga, gue mulai ngerasa nyaman sama Lo~









Jangan lupa voment guys😘

Love youu❤❤❤

Continue Reading

You'll Also Like

873K 85.9K 48
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...
5M 377K 53
❗Part terbaru akan muncul kalau kalian sudah follow ❗ Hazel Auristela, perempuan cantik yang hobi membuat kue. Dia punya impian ingin memiliki toko k...
615K 45.5K 30
Aneta Almeera. Seorang penulis novel legendaris yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwany...
5.6M 374K 68
#FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA⚠️ Kisah Arthur Renaldi Agatha sang malaikat berkedok iblis, Raja legendaris dalam mitologi Britania Raya. Berawal dari t...