SeLisa [END]

By itsmesnrni

58K 6.7K 379

Dijodohkan? Oh Sehun sih senang-senang saja. Tapi bagaimana dengan Lalisa? Itu akan jadi hal terburuk di sepa... More

PROLOG
DUA
TIGA
EMPAT
LIMA
ENAM
TUJUH
DELAPAN
SEMBILAN
SEPULUH
SEBELAS
DUA BELAS
TIGA BELAS
EMPAT BELAS
LIMA BELAS
ENAM BELAS
TUJUH BELAS
DELAPAN BELAS
SEMBILAN BELAS
DUA PULUH
DUA PULUH SATU
DUA PULUH DUA
DUA PULUH TIGA
DUA PULUH EMPAT
DUA PULUH LIMA
DUA PULUH ENAM
DUA PULUH TUJUH
DUA PULUH DELAPAN
EPILOG
EXTRA PART
SIDE STORY; KAI - JENNIE

SATU

3.1K 347 12
By itsmesnrni

Happy reading

***

Lalisa tampak begitu cantik dan anggun dengan balutan gaun pernikahan berwarna putih yang menjuntai panjang melewati mata kakinya.

Hari ini adalah hari pernikahannya dengan Sehun. Setelah seminggu yang lalu kedua orang tua mereka memutuskan untuk menggelar acara pernikahan diselenggarakan pada hari ini.

Sebenarnya Lalisa dengan Sehun dijodohkan oleh kedua orang tua mereka masing-masing. Tak ada yang bisa menolak itu semua. Bahkan, Sehun pun menerima perjodohan itu dengan tangan terbuka.

Tiba-tiba pintu ruangan terbuka, Lalisa melihat ibunya masuk dan menghampirinya.

"Kau sudah siap sayang? Ayahmu sudah menunggu di luar."

"Iya, eomma, aku sudah siap," jawab Lalisa sambil tersenyum.

Lalisa kemudian keluar ruangan dibantu ibunya karena gaun pernikahannya membuatnya sulit berjalan.

***

Lalisa tiba di altar pernikahan. Dia mengandeng tangan ayahnya yang berada di samping kanannya. Lalisa terlihat gugup, ia melihat Sehun di seberang sana.

Laki-laki itu terlihat tampan dengan tuxedo berwarna putih yang membalut tubuh atletisnya. Tampak senada dengan gaun yang dipakai oleh Lalisa saat ini.

Untuk sesaat, Lalisa terpesona dengan penampilan Sehun kali ini. Lalisa menggelengkan kepalanya pelan. Kenapa disaat seperti ini dia malah memikirkan Sehun. Lalisa melangkah diiringi ayahnya menuju tempat di mana Sehun berdiri.

***

Acara pernikahan berjalan dengan lancar. Kini, Lalisa dan Sehun berdiri berdampingan menyambut uluran salam dari para tamu yang berdatangan.

Setelah upacara pernikahan tadi, Sehun dan Lalisa langsung menggelar acara resepsi di hotel bintang lima yang sudah kedua orang tua mereka persiapkan sebelumnya.

Sampai kapan antrean tamu ini akan berakhir? Kakiku rasanya akan copot jika terus seharian berdiri di sini. Lalisa membatin.

Sehun menatap wanita di sampingnya. Wanita yang kini telah sah menjadi istrinya. Dia terlihat cantik dan anggun dengan gaun berwarna silver tanpa lengan yang ditaburi dengan ratusan berlian swarovski. Cocok dengan tuxedo berwarna senada yang dipakai Sehun siang ini.

Sehun menatap Lalisa lekat-lekat. Wanita itu tampak meringis kesakitan entah karena apa. Diam-diam Sehun merasa khawatir dengan keadaan Lalisa.

"Kau kenapa?" Sehun bertanya ketika tamu sudah berhenti menyalami mereka. Kini, pasangan itu duduk di kursi yang terdapat di belakang mereka.

"Apa pedulimu?" sinis Lalisa.

"Hei. Kau harus ingat kalau sekarang jika aku ini suamimu."

"Memangnya kalau kau suamiku aku harus apa? Kalau bukan karena eomma dan juga appa aku takkan sudi menikah denganmu."

"Ah, kau hanya tidak mau mengakui kalau sebenarnya kau senang menikah denganku." Sehun tersenyum miring.

Lalisa mendecih. "Mungkin kau yang seharusnya senang menikah denganku, bukannya dari awal kau yang sangat antusias menyambut pernikahan ini?"

"Kalau memang iya kenapa? Kalau aku ingin menikah denganmu memangnya kenapa?" Sehun tersenyum miring.

Lalisa diam tak berkutik. Lidahnya kelu untuk menjawab, dia mengalihkan pandangannya dari Sehun dan memalingkan wajahnya. Kali ini Lalisa benar-benar sangat kesal.

Tak terasa, acara berjalan lancar dan kini para tamu undangan sudah pergi. Lalisa menghela napas lega, sejak tadi dia hanya berdiri dan menyalami para undangan yang tak henti-hentinya berdatangan.

Tapi semuanya tidak hanya sampai disini, Sehun dan Lalisa diseret paksa oleh kedua orang tuanya masing-masing memasuki mobil. Pakaian resepsi bahkan masih melekat di tubuh mereka.

Mobil yang ditumpangi mereka melaju dalam padatnya kota Seoul di sore hari. Lalisa menatap hiruk pikuk kota dari jendela mobil yang ia tumpangi.

"Eomma, kau akan membawa kami ke mana lagi? Bahkan kita belum sempat ganti baju." Lalisa merengek pada ibunya.

"Sudahlah, ikuti saja. Nanti juga kau akan tahu sayang."

Lalisa mendengus kesal, kembali mengarahkan pandangannya ke luar dari jendela mobil.

Tak lama kemudian, mobil memasuki pelataran parkir di sebuah airport. Sehun dan Lalisa turun dari mobil, kemudian berjalan memasuki bandara.

"Appa, eomma, mengapa aku dan Lalisa diajak ke bandara? Memangnya kita semua mau ke mana?" kali ini Sehun yang bertanya.

"Sudahlah kalian tidak perlu bertanya. Nanti saat kalian sampai kalian pun akan tahu. Cepatlah naik ke pesawat, sebentar lagi akan lepas landas."

***

Lalisa masih setia dengan posisinya yang saat ini sedang menatap ke luar dari jendela pesawat. Sehun yang berada di sampingnya hanya bersender dan memejamkan matanya, mencoba beristirahat meski hanya sebentar.

Sehun membuka matanya, kemudian melihat dengan saksama wajah Lalisa dari samping. Mulutnya sedikit terbuka, mencoba untuk memulai pembicaraan.

"Kalau kau lelah dan mengantuk tidur saja di pundakku. Tak nyaman jika bersender pada kursi," celetuk Sehun.

"Tak perlu menawarkan kebaikan hatimu tuan. Aku tidak membutuhkannya," jawab Lalisa ketus.

"Eoh. Jangan tinggikan gengsimu di saat seperti ini."

Lalisa mendelik. "Apa urusanmu? Terserah padaku apa yang ku mau. Kau jangan sok perhatian!"

"Ya ya ya, jangan salahkan aku jika nanti pundakmu sakit." Sehun mendengus kesal, kemudian kembali menyenderkan tubuhnya dan terpejam.

Pundakku yang pelukable ini ditolak, eomma. Aigo.

Lalisa mendecih, kemudian memalingkan wajahnya dari Sehun dan menatap kembali jendela pesawat.

Ah, aku harap perjalanan ini tidak terlalu lama.

***

Pukul 06.00 sore, Sehun dan Lalisa tiba di bandara setempat. Ternyata, pesawat yang mereka tumpangi membawa mereka pergi ke pulau Jeju. Sejak tadi, Lalisa tak henti berdecak kagum padahal ini baru sampai di bandara.

Sehun dan Lalisa membawa koper masing-masing. Seisi bandara menatap heran pada mereka berdua. Bagaimana tidak, sejak berangkat dari Seoul tadi mereka belum melepas pakaian yang mereka kenakan saat resepsi tadi siang.

Ternyata, sudah ada mobil yang kedua orang tua mereka siapkan untuk menjemput mereka. Karena sudah sangat lelah, mereka berdua tidak banyak bertanya dan langsung masuk ke dalam mobil. Mengikuti sang supir akan membawa mereka pergi kemana.

20 menit kemudian, mereka tiba di sebuah hotel di pulau Jeju. Pelayan hotel membawa mereka ke kamar yang sudah dipersiapkan.

"Ah, akhirnya aku bisa beristirahat di sini." Lalisa menghempaskan tubuhnya ke kasur yang berada di kamar tersebut.

"Hey, kau akan tidur dengan pakaian seperti itu hah?" tanya Sehun.

"Eoh. Nanti aku akan ganti baju. Berisik sekali kau."

"Ya terserah. Aku mau mandi, jangan pergi ke manapun." Sehun melangkahkan kakinya menuju kamar mandi hotel, meninggalkan Lalisa sendiri yang sedang tiduran di atas kasur.

Sepeninggal Sehun, Lalisa bangkit dari kasur dan menuju ke jendela kamar hotel yang langsung menghubungkannya dengan pantai. Lalisa memandang pantai yang diselimuti malam.

"Ah, tidak salah eomma mengirimku ke sini. Akhirnya aku bisa liburan juga, meskipun harus dengan si pabo itu," gerutu Lalisa.

Tak berlama-lama, Lalisa menghampiri kopernya dan membuka resletingnya.

"MWO?!" kaget Lalisa.

"Eoh. Apa yang eomma lakukan pada koperku? Omo! Eottokhae? Bagaimana ini, kenapa isi koperku hanya baju tidur yang kurang bahan semua." Lalisa memandangi isi kopernya iba.

Sehun yang mendengar teriakan Lalisa tergesa-gesa keluar dari kamar mandi. Dengan rambut yang dipenuhi oleh busa shampo dan sikat gigi di tangannya.

"Waeyo? Ada apa? Apa yang terjadi Lisa? Kenapa kau berteriak seperti itu?" cemas Sehun.

Lalisa menoleh. "Aaaaa ...." Kembali berteriak kemudian memalingkan wajahnya dari pandangan Sehun.

"Hey pabo! Apa yang kau lakukan di luar kamar mandi hah?" Lalisa bertanya tanpa menolehkan wajahnya.

Pasti wajahnya kini sudah memerah. Bagaimana tidak, Sehun keluar dalam keaadaan shirtless dan menggunakan kolor yang hanya sebatas bawah pantatnya. Itu memalukan, tapi Lalisa sempat melihat perutnya yang kotak-kotak itu. Ah, sekarang pasti Lalisa mimisan.

"Aku tadi mendengarmu berteriak. Kau membuat kehebohan dan aku segera mendatangimu. Memangnya salah?" tanya Sehun.

"Eoh. Lihatlah dirimu, kau keluar dengan keadaan seperti itu. Apa kau tidak malu hah?"

Sehun keheranan, dia segera melihat keadaan tubuhnya. Lalu kemudian membulatkan matanya, dia benar-benar hampir telanjang sekarang.

Aku hampir lupa kalau aku sedang mandi. Ah, tapi ini sudah terlanjur. Batin Sehun dengan senyum evil di wajahnya.

Sehun mendekat, menghampiri Lalisa yang kini berbalik membelakanginya.

"Memangnya kenapa kalau aku sedang mandi, hah?" tanya Sehun. Kini dia ada di hadapan Lalisa.

"Hey. Apa yang kau lakukan di sini hah? Cepat masuk kamar mandi dan teruskan ritualmu itu!" Lalisa berteriak sambil berjalan mundur, karena Sehun terus maju mendekatinya.

"Kalau aku tidak mau bagaimana?"

Lalisa semakin terjepit. Kini dia sudah bersandar pada lemari di kamarnya. Sehun berada di depannya, kedua tangan kekarnya itu berada di sisi kanan dan kiri Lalisa. Sikat gigi yang tadi dipegangnya pun telah menghilang entah ke mana.

Omo! Apa yang akan pabo ini lakukan. Eomma, selamatkan aku eoh.

Lalisa menelan salivanya susah. Sehun semakin mendekatkan wajahnya, senyum evil berkembang di bibirnya. Lalisa memejamkan matanya, dia tidak tahu harus apa sekarang.

Siapapun selamatkan aku.

***

Continue Reading

You'll Also Like

88.3K 9.7K 55
[COMPLETED] Kisah tentang Yoongi, dosen pria yang hampir mati rasa tentang cinta. Namun siapa sangka, suatu hari perasaannya jatuh begitu saja pada...
1.1M 22.2K 12
"tatap Aku!." desak Wanita berambut coklat itu membuat Sehun mengangkat wajah dan menatap lamat wajah Wanita berambut coklat yang kini dikuncinya ke...
46.3K 6.6K 34
Kau tahu alasan kita jatuh? Kita jatuh supaya kita bisa berdiri sendiri... . . . . . Dari drama Run On, pemerannya Im Siwan.