My BadBoy Only One [slow Upda...

By fadiahnur_fn

143K 5.3K 163

Ketika hati kamu mulai menjatuhkan dirinya pada sosok yang sudah menjatuhkan hatinya di tempat lain. Apakah k... More

Part1
Part2
Part3
Part4
Part5
Part6
Part7
Part8
Part 10
Part 11
Part 12
Part13.
Part14
Part 15
Part16
Part17.
Part 18.
Part19
Part 20
Part 21
Part 22.
Part 23.
Part 24
Part 25
Part 26
Part 27
Part 28.
Part29
Part30
Part31
Part 32.
Part 33.
Part 34
Part 35
Part 36
Part 37
Part 38
Part 39
Part 40.
Selembar Kisah
Part 41.
Part 42.
Part 43.
Part 44
Part 45
Part 46

Part9.

2.5K 139 3
By fadiahnur_fn

Hy babe👐
Vote dulu ya sebelum baca👌
-:-

Saat bel pulang sekolah berbunyi. Fariz sudah lebih dulu berada didepan kelas Nadia dengan tas yang berada di bahunya. Matanya yang berwarna kecoklatan itu trus mencari seseorang yang ia tunggu sedari tadi. Siapa lagi kalo bukan Nadia.

"Put, liat Nadia gak?" Kata Fariz lewat jendela saat melihat didalam kelasnya tak ada keberadaan Nadia.

Putri yang mendengar suara itu dari samping jendelanya langsung menengok dan memberikan tatapan tajam karena masih ada guru didalamnya.

Beberapa detik kemudian. Guru pun keluar dari dalam kelas XI MIPA 2 dengan membawa kertas kertas materi yang dipelajarinya untuk murid murid.

"Eh, Nadia mana?" Ucap Fariz yang langsung nyelonong masuk ke kelas untuk menghampiri Putri yang sedang merapikan buku bukunya.

Setelah rapi Putri baru menjawab dengan gelengan dikepalanya. "Makanya nih riz, dari tadi tuh anak belom dateng dari kamar mandi. Gue ngechat dia aja gak dibales." Kata Putri dengan muka khawatirnya.

"Kok bisa sih. Gue rasa dia mencret mencret tuh dikamar mandi. Seharusnya kan gue yang mencret mencret gegara minumannya dia." Celetuk Fariz dengan seringaiannya

"Iya ya, kenapa gak lo aja yang mencret mencret?" Kata Putri sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal sama sekali.

'Nih gue yang bego atau dia sih yang lemot?'Gumam Fariz yang juga ikut ikutan menggaruk tengkuknya.

"Lu ngapain garuk garuk juga riz? Mau bikin kreografi sama gue?" Tanya Putri saat melihat Fariz yang mengikutinya.

"Ini kutu-"

"Ya ampun Fariz lo punya ku-" Teriak Putri yang langsung disumpel pake kertas karna saat ini ia sudah menjadi pusat perhatian. Atau mungkin sedari tadi ia menjadi pusat perhatian.

"Udahlah lama lama gue disini makin bego. Gue cabut." Ucap Fariz sambil melambaikan tangannya.

"Ternyata ganteng ganteng punya kutu." Gumam Putri sambil memperhatikan Fariz dari tempatnya.

Sementara itu, Nadia sedang berada di gudang dengan rambut yang ditarik oleh salah satu perempuan disana.Clara.

"Lo tuh emang dasar cewe gak tau malu ya." Ucap Clara yang semakin menarik rambut Nadia.

Nadia yang tak terima diperlakukan seperti itu langsung memberontak tapi sama saja hasilnya nihil karena saat ini dia dikelilingi oleh lima orang antek anteknya Clara.

Clara merupakan salah satu senior yang tergila gila sama Fariz karna siapapun yang bakalan deketin Fariz akan mendapatkan apa yang dirasakan Nadia saat ini. Padahal jika ia mau banyak lelaki lain yang bisa dijadikannya sebagai kekasih.

"Lo ngomong apaan sih? Yang gak tau malu itu lo ya. Dateng dateng main tarik tarik gue trus tiba tiba ngomel ngomel." Sarkas Nadia dengan senyum miring.

"Berani lo jawab gue hah?" Tanya Clara dengan terus menambah kekuatannya untuk menarik rambut Nadia.

"Buat apa gue takut sama manusia macem lo?" Ketus Nadia dengan menahan rasa sakitnya.

PLAAK

Satu tamparan mengenai pipi mulus Nadia yang disusul dengan wajah kemerahan di pipinya yang terkena tamparan tersebut.

"Gue cuma mau peringatin sama lo. Jauhin Fariz dari hidup lo karna dia cuma punya gue. Milik gue." Kata Clara sambil menunjuk wajah Nadia.

Setelah itu, Clara dan teman temannya langsung pergi dari tempat itu.

"Apa apaan sih tuh orang, kemaren Dinda sekarang dia. Dasar pantat kambing, siapa lagi yang mau sama cowo biadab kayak Fariz." Ucap Nadia yang masih mengelus pipinya yang masih terasa nyeri.

Nadia yang merasa muak bila berlama lama disana pun akhirnya pergi melangkah keluar dengan langkah gontai menuju ke kamar mandi untuk merapikan penampilannya yang terbilang abstrak. Berantakan.

Dengan kaki yang berjalan,tangan yang menyisir rambutnya,dan mulut yang komat kamit membuatnya menjadi pusat perhatian bagi orang orang yang berada disekelilingnya.

Saat Nadia sampai di kamar mandi. Tiba tiba tubuhnya bertubrukan dan membuat kepalanya yang tadinya sudah pusing menjadi bertambah dua kali lipat.

"Ya ampun Nadia. Lo abis dari mana aja?Kok dandanan lo begini sih. Lo mumet ya?Gara gara pelajaran fis-" Ucap Putri yang tadi tak sengaja menabrak Nadia pun terpotong karena Nadia tiba tiba pingsan.

Putri langsung menangkapnya dengan wajah panik saat Nadia tiba tiba pingsan. Jantungnya berdetak lebih kencang sekarang ia takut jika terjadi apa apa pada Nadia. Putri langsung menelfon siapapun nomor yang mungkin bisa membantunya.

Jari Putri langsung tertuju pada nomor 'pangerannya putri😙'. Siapa lagi kalo bukan abangnya Nadia? Fikri. Ia langsung memencet beberapa kali karena diriject. Saat panggilan ke sekian baru diangkat.

"Ha-halo,kak. Assalamualaikum" Ucap Putri saat sudah tersambung.
"Wa'alaikumsalam. Kenapa put?" Kata Fikri  datar.
"Nadia kak." Ujar Putri yang mulai terisak.
"Nadia kenapa?" Mendengar suara dari sebrang terlihat panik. Ia jadi tidak tega mengatakan hal ini.
"Put? Nadia kenapa? Ngomong sama gue. Put Na-"
"Na-nadia ping-pingsan kak. Cepetan ke depan kamar mandi lantai 2." Ucap Putri yang kian lama makin terisak. Setelah itu dia langsung menutup telpon secara sepihak.

"Nad, ayo dong bangun." Ujar putri berkali kali sembari menepuk pipi Nadia pelan.

"Gue minta hiikksss maaf ya Nad. Gue hiikksss udah bawel sama lu tadi. Maafin gue ya Nad hiiikksss gak mau nemenin lo ke kamar mandi." Ucap Putri sesenggukan.

"Ayo dong Nad bangun. Kak Fikri mana lagi lama banget." Racau Putri.

Tiba tiba orang yang ditunggunya sedari tadi langsung datang dengan muka yang tak kalah panik darinya.

"Nadia kenapa put?" Ucap Fikri dengan nada khawatir.

"Gak tau. Tadi tiba tiba pingsan gitu." Ucapnya sambil berusaha menghapus air mata yang sedari tadi turun.

Fikri yang mendengar itu langsung mengangkat Nadia dan membawanya ke dalam mobil miliknya.

"Lo mau ikut atau enggak?" Tanya Fikri karena melihat Putri yang mengikutinya sampai ke mobilnya.

"Gue ikut kak. Gue gak bisa ngeliat Nadia kayak gini. Dia tuh udah gue anggap kayak adek gue sendiri." Ucap Putri

"Yaudah cepetan naik." Seru Fikri yang langsung  mengitari mobilnya untuk mengendarai mobilnya.

Fikri menginjak gas mobilnya dengan kecepatan diatas rata rata karena jalanan ibukota sedang sepi.

"Kak, cepetan dikit dong." Ujar Putri panik.

"Hmmm."

Setelah beberapa menit. Akhirnya mobil yang dikendarainya sampai juga.

"Biar gue aja yang bawa." Ucap Fikri  yang langsung menggendong Nadia di pundaknya.

"Suster. Tolong adek saya ya sus." Kata Fikri yang melihat suster yang sedang berjalan.

"Oh, iya mas."

******

"Nadia kok bisa kayak gitu sih put?" Tanya Fikri dengan wajah khawatir yang masih menghiasi wajahnya.

"Saya juga gak tau kak. Soalnya pas saya ketemu sama dia. Dianya dah pingsan duluan. "Ucap Putri.

Saat Putri selesai bicara dokter yang memeriksa keadaan Nadia tiba tiba keluar dari ruangan pasien.

"Gimana dok?" Ujar Fikri gelisah.

"Keadaannya baik baik saja hanya saja dibagian kepalanya ada sedikit gangguan yang membuatnya pingsan. Tapi tidak apa apa kok, sebaiknya anda langsung lihat saja keadaannya didalam." Terang Dokter tersebut.

"Makasih dok. Saya masuk dulu." Kata Fikri.

Setelah mengatakan itu Fikri dan Putri langsung memasuki ruangan Nadia. Dilihatnya Nadia yang baru saja membuka matanya membuat rasa gelisah dan khawatirnya seakan hilang perlahan demi perlahan.

"Kamu kenapa sih Nad?" Ucap Fikri sambil mengelus rambut Nadia perlahan.

"Biasa anak gede." Kata Nadia sambil tertawa renyah.

"Alhamdulillah Nad. Lo dah sadar, gue panik banget tadi liat lu yang tiba tiba pingsan."Ujar Putri dengan wajah yang masih dihiasi kekhawatiran.

"Alah lebay lu Put. Muka lu ampe segitunya amat kayaknya. Biasanya juga lu yang ngetawain gue paling keras kalo gue jatoh." Ejek Nadia sambil menoyor kepala sahabatnya itu.

"Yeh dasar. Tadinya kan gue mau ninggalin lu aja tuh pas lu jatoh. Tapi karena Putri itu baik hati dan tidak sombong. Jadinya lu gue bantuin deh." Ucap Putri dengan senyum sumringah.

"Najisin banget tau gak." Ujar Nadia

"Eh Nad, kayaknya gue harus balik deh. Soalnya supir gue dah nungguin di depan." Ucap Putri.

"Dih kok cepet banget sih." Kata Nadia dengan muka melas.

"Giliran gue mau balik aja baru so so sedih. Tadi aja so banget sama gue."

"Daahh my besti. Muach." Ucap putri lagi sambil memonyongkan mulutnya.

"Oh ya kak, balik dulu ya." Ucapnya lagi dengan senyum termanisnya.

"Iya, thank's ya." Ucap Fikri yang membalas dengan senyuman juga.

"Iya kak. Sama sama." Ucap Putri  dengan senyum yang masih menghiasi wajahnya.

"Huuuh. Giliran ama abang gue aja senyum senyum." Ejek Nadia sambil tertawa yang melihat ekspresi Putri memerah sebelum keluar dari ruangannya saat ini.

"Abangnya dianggurin mulu dari tadi nih." Ucap Fikri sambil manyun.

"Jelek banget begitu." Kata Nadia sambil mencomot mulut Fikri yang dimanyunkan.

Fikri yang mulutnya ditarik itu langsung melotot matanya, tanda ingin dilepaskan. Nadia yang melihat itu semakin geram menarik mulut abangnya itu.

Fikri yang merasa tarikan adiknya semakin kencang itu langsung menarik tangan adiknya agar copot dari mulutnya itu.

"Adek abang sekarang bandel ya." Ucap Fikri setelah berhasil melepaskan tangan Nadia dari mulutnya. Dia pun langsung mencubit hidung Nadia.

"Aduh baangg sakit." Kata Nadia dengan suara sumbang.

"Utuk utuk utuk bilang abang ganteng dulu dong baru dilepasin." Ucap Fikri semakin gencar menjahili adiknya itu.

"Iya iya. Tapi lepasin dulu." Kata Nadia tak mau kalah memasang wajah sedihnya.

Fikri yang merasa kasian langsung melepaskan tangannya dari hidung mancung milik Nadia." Udah dilepasin tuh." Ujar Fikri.

"Uuu Nadia yang baik hati ini pasti sayang sama abangnya yang jelek ini." Ucap Nadia mencubit gemas pipi abangnya itu.

"Ssshh. Apa apaan. Gue ganteng gini juga." Kata Fikri sambil menyisir rambutnya kebelakang dengan jari tangannya.

"Hih, So ganteng betul. Abangkan mirip sama pak tarno tuh." Ucap Nadia sambil menjulurkan lidahnya di akhir kalimat.

"Kalo abang mirip pak tarno kamu mirip siapa dong? Ely sugigi ya?" Kata Fikri sambil tertawa melihat Nadia yang melipat kedua tangannya didepan dadanya.

"Males ah sama abang. Adeknya cakep gini kayak Barbara palvin juga." Ucap Nadia dengan kekehan.

Fikri yang melihat itu langsung mencium pipi adiknya manja. "Iyain aja deh. Orang waras mah ngalah." Kata Fikri langsung berlari keluar ruangan untuk membayar perawatan Nadia.

"Abaaaanggg jangan kabuuur." Teriak Nadia.

Nadia yang melihat abangnya belum kembali juga. Ia pun mengambil hpnya yang berada di nakas.

Nadia : Nanti temuin gue di kaffe deket sekolah. Jam 3 sore nanti.

Setelah mengetikan beberapa kata Nadia mengembalikan hpnya lagi ditempatnya. Beberapa detik kemudian terdengar notifikasi line dari hpnya.

Alfariz : Tumben banget lo ngajak ketemuan. Kangen ya sama gue😂😂

Nadia : Siapa yang mau kangen sama orang kayak lo? Pokoknya lu harus dateng.

Alfariz : Buat lu apasih yang enggak. Jam 3 ya, jangan lupa dandan yang cantik😊😊

Nadia : Ogh.

Alfariz : Iya sayang. Tunggu aku ya nanti.

Nadia : G

Alfariz :  Bye hanny😘😘

Alfariz : Jangan kangen sama abang ya.

Nadia yang melihat itu langsung bergidik jijik. Kenapa cowo itu tingkat ke PeDeannya tinggi banget ya? Siapa juga yang mau kangen sama orang begitu.

Tiba tiba saja pintu ruangannya terbuka menampilkan sosok pria tampan yang ia tunggu sedari tadi.

"Kemana aja lo? So so ilang ilangan kayak gitu." Ujar Nadia

"Kangen sama abang ya sampe segitunya." Kata Fikri sambil mengusap lembut kepala adiknya itu.

"Kamu udah boleh pulang sekarang. Mau abang gendong gak?" Katanya lagi.

"Mau." Ucap Nadia dengan senyum sumringah. Kapan lagi digendong ama orang ganteng.

"Ayo naik." Kata Fikri sambil membungkukkan badannya.

Nadia langsung bergegas menaiki badan abangnya itu dengan tawa yang menghiasi wajahnya yang cantik itu.

"Tambah berat ya sekarang badan adek gue yang satu ini." Ucapnya sambil mengambil tasnya dan tas Nadia yang berada di atas meja.

"Enak aja. Badan gue enteng gini juga. Lo nya aja yang lembek." Kata Nadia dengan menoyor kepala abangnya yang sedang membuka pintu ruangannya

"Ett dah ya. Pala gue pake di toyor toyor entar gue tambah pinter nanti lo kalah pinter ama gue." Ucapnya.

"Heleh. Gak bakal, gue kan anak akselerasi. Nanti lu mau gue balap lagi?" Kata Nadia dengan senyum sumringah.

"Iyain deh yang anak akselerasi mah beda. Pantesan tua tampangnya." Ujar Fikri dengan kekehan.

Nadia yang mendengar itu langsung menarik telinga abangnya itu dari belakang. "Iiiihhhh gue tuh baby face gak kayak lo tuh yang udah ada keriputnya." Ucap Nadia sambil melepaskan tangannya pada kuping abangnya itu.

"Mana ada? Gue kan ganteng idaman para wanita." Kata Fikri dengan kepercayaan diri yang sangat tinggi. Tapi memang benar apa yang diucapkannya.

"Iyain aja deh." Ucap Nadia sambil menyandarkan kepalanya ditubuh tegap abangnya itu dan dengan perlahan matanya mulai terpejam

Fikri yang merasakan Nadia menyandarkan tubuhnya langsung tersenyum dibalik badannya itu.

'Gue harap lo bakalan jadi Nadia yang gue kenal setelah lo tau perasaan gue Nad.' Seru batinnya.

Vote and koment ya😊

Karena vote dan koment kalian sangat berharga untuk saya mengetikan Part selanjutnya.

Marhaban ya ramadhan 🙇🙏
Mohon maaf lahir dan batin💕🙇🙏

Continue Reading

You'll Also Like

2.3K 1.3K 32
"Dia mencintaiku tanpa sengaja, aku menyayanginya secara tiba - tiba." ⚠🚫DILARANG KERAS PLAGIAT🚫⚠ Merupakan sebuah karya fiksi berbalut kisah cinta...
1M 76.3K 46
[TELAH TERBIT DI BANANABOOKS & TERSEDIA DI TOKO BUKU ONLINE KESAYANGAN KALIAN] ⚠️CERITA INI MENGANDUNG KATA-KATA KASAR⚠️ Altariksa Ferando, seorang l...
ALZELVIN By Diazepam

Teen Fiction

5.9M 331K 36
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...
1M 85.5K 80
[GENORAZORS SERIES 1] Kazanta Ellardio Dawana, sosok jenius yang menyembunyikan segala keburukannya dibalik prestasinya yang menganggumkan. Semua ora...