Love My C.E.O !!! (The End)

Od new_angel95

1.3M 36K 361

Bak seorang dewa yang memiliki wajah sempurna, sungguh. Namun sayang, dia datang dengan segudang kesombongan... Více

Prolog
#1
##2
#3
##4 whatever!
##5 She Repost!
##6 Choice!
##7 PDKT..
##8 Start!
##9Hm???!!!
## 10. Party...!!!
##11 The First
##12 I LOVE HER
#13 Girls Out
##14 Revisi! Our Trip
##15 Holiday....
##16 Holiday part II
##17 back to Jakarta
## 18 kantor vs kampus
## 19 awkward moment
## 20 Tentang Dia
PENGUMUMAN
##21 Pertemuan
## 22 Pertemuan (II)
## 24 informant
## 25 New Page!
## 26 fully for you
## 27 Waived
#28 accident
## 29 Accident II
##30 Aku Mendengarmu
##31 Syukurlah kamu kembali...
## 32 Penantian selama ini
#33 The Proposal
##34 The Day...
Author Note
Epilog
Author note's

## 23 Dispute!

20.2K 663 9
Od new_angel95

Aku tengah bersiap – bersiap untuk pergi kepagelaran yang diadakan oleh Jessica. Setelah selesai merias wajah, akuberjalan menuju walk in closet membukanya dan mencari busana apa yang kira –kira pantas aku gunakan ke acara fashionshow. Karena tema dari fashion show iniadalah "Elegance and happiness" akhirnya pilihan ku jatuh pada dress yang Ricard berikan pada ku saat kami liburan bersama di Bali. Seketika memori saat itu berputar di kepala ku seperti sebuah kaset.

"Mba.. Mba... kak Reika dan kak Tris sudah datang tuh, mereka menunggu dibawah"

Aku berjengit mendengar suara Sela, "astaga! kamu membuat ku kaget, Sela.."

Sela memasang wajah bingungnya, yang membuat ku ikut – ikutan bingung juga. "aku sudah mengetuk pintu Mba beberapa kali dan memanggil dari tadi karena gak ada jawaban makanya aku masuk kesini. Masa mba tidak dengar si.."

"hehe... maaf La aku 'kan sedang di sini jadi mungkin aku tidak terlalu mendengarnya" kata ku sedikit berbohong. Tidak mungkin 'kan aku mengatakan bahwa sedang memikirkan Ricard...bisa – bisa Sela akan mengejek ku hingga malam nanti! Oh memikirkannya saja sudah membuat ku malu, lagi pula walk ini closet ku berada diujung kamar atau lebih tepatnya disamping kamar mandi ku. Jadi wajar jika aku tidak mendengar ketukan pintu.

"ya.. ya terserah. Ya sudah jangan lama – lama"

"ya sebentar lagi, atau katakan pada mereka untuk ke kamar ku jika tidak ingin menunggu di bawah" setelahnya Sela mengangguk dan hilang di balik pintu kamar.

Aku kembali ke kegiatanku mengambil dress tersebut dan melepaskannya dari gantungan.

"Diana.." panggil Reika

"masuk aja Rei, Tris aku sedang ganti baju" teriak ku dari sini. Saat aku sedang berganti baju, pintu terbuka yang lagi – lagi membuat ku terkejut "for the god! Kenapa semua orang sepertinya hari ini ingin membuat ku jantungan si, ck!"

"hehe sorry Na.." jawab Tris yang kini sudah berdiri di samping ku. Oh, Tris terlihat sangat cantik dengan dress biru langitnya dan di sekitar lehernya terdapat brukat yang membentuk pola dihiasi payet – payet silver yang sangat cocok untuk kulit putihnya, membuatnya lebih bersinar dari biasanya.

"oh! lo sangat cantik hari ini Tris, wah gue sampai pangling"

"sure, you too. Gue tidak ingin kehilangan momen ini, apa lagi yang mengundang Jesica sendiri." Aku tersenyum menanggapinya, lalu beralih untuk mengambil sepatu yang senada dengan dressku. Sebuah high heels berwarna silver dengan tinggi 10cm. Lalu kami berjalan keluar menghampiri Reika yang sedang duduk manis di atas kasurku.

"tapi Na, gue belum pernah liat lo pake dress ini deh dan seinget gue terakhir kita hunting lo gak beli ini?" tanya Tris bigung, ya jujur saja karena kami (aku, Reika dan Tris) memang sering pergi bertiga entah itu untuk jalan – jalan, makan, membeli sesuatu atau apapun itu. Terkadang kami juga membeli aksesoris yang sama, itu terjadi karena selera kami tidak jauh berbeda, heh...

"em.. ya, ini adalah hadiah. Dari Ricard lebih tepatnya"

"dari Ricard? Wah seleranya terhadap pakaian perempuan tidak buruk"

"dress saat kita di Bali bukan? Wah ternyata sangat cantik dan cocok buat lo, waktu itu gue gak terlalu memerhatikannya" timpal Reika, yang sudah mulai bergabung dengan obrolan. Aku melirik cermin yang letaknya berseberangan dengan tempat tidur ku, melihat pantulan diri ku disana membuat ku ikut memuji pilihan Ricard (lagi).

"ya udah yuk jalan, ntar kita malah telat lagi kalau kelamaan ngobrol disini" kata ku memutuskan perbincangan dan keluar dari kamar. Aku menawarkan untuk menggunakan mobil ku dan untuk sementara mobil Tris ditinggal di rumahku, namun ide ku di tolak oleh Tris.

Acara fashion show diadakan di salah satu mall besar di jakarta, begitu kami tiba suasana sudah sangat ramai dan meriah. Penataan lighting, kursi, perpaduan warna, dekor sungguh menarik. Aku banyak melihat kalangan selebriti, pengusaha, serta kalangan sosialita yang datang. Aku jamin pasti mereka akan membeli baju – baju rancangan Jessica tidak peduli berapapun harganya. Setelah memerhatikan keadaan, dengan membawa rangkaian bunga kami duduk di kursi yang masih kosong, baris ke dua tepat di depan panggung. Tempat yang cukup strategis. Tidak lama acarapun di mulai.

Para model keluar dengan gaun yang sangat menawan serta berkelas. Cantik dan indah sesuai dengan temanya, motif serta warna yang digunakan juga memperlihatkan kebahagian atau kecerian.

"gue baru pertama kali melihat fashion show Jessica secara langsung, gila! Keren banget" kata Tris yang duduk di sebelah kiri ku terdengar sangat antusias, seperti biasanya.

"gaunnya bagus – bagus! andai gue punya uang banyak untuk beli salah satu diantaranya," jawab Reika tak kalah semangat yang berada di sebelah kanan ku.

"Rei... lo kan baru beli minggu kemarin, masa udah mau beli lagi?" tanya ku.

"iya, itu dia masalahnya Diana, karena itu gue hanya bisa melihatnya sekarang. Lagian mama juga gak bakal izinin gue beli, itu terlalu mahal. You know, gue gak sekaya diri lo.."

"lo bener Rei... kita harus kuat dan sekarang gue udah cukup senang bisa lihat ini semua secara langsung" sahut Tris.

Aku berdecak sebal mendengar kalimat Reika,"oh ayolah! Lo berdua tahu gue... gue bukan tipe yang suka menghambur – hamburkan uang, lagi pula yang kaya itu papa bukan gue, ok?! Jadi bisakah kita hentikan obrolan omong kosong ini, dan menonton acara yang ada di depan mata kita?"

"sorry.." jawab Reika dan Tris bersamaan, lalu setelahnya tidak ada lagi yang berbicara kami kembali melanjutkan memerhatikan pagelaran.

Setelah acara selesai kami segera menuju back stage untuk menemui Jessica. Dari tempat ku berdiri, aku dapat melihat Jessica yang berdiri di belakang panggung masih di keliling oleh orang – orang yang memberikan ucapan selamat untuknya. Atas acara yang sudah berlangsung dan sukses. Tak lama pandangan kami bertemu, Jessica tersenyum ramah pada ku dan memberikan isyarat untuk menunggunya sebentar yang ku jawab dengan acungan jempol ku.

Jessica berjalan menghampiri kami, "hai... maaf ya jadi buat kalian nunggu" sapanya dan mencium pipi ku yang lagi – lagi membuat ku terkejut atas segala keramahannya. Padahal kami baru bertemu tiga kali jika ku hitung. Setelahnya, Jessica menyalami Tris dan Reika bergantian.

"tidak masalah dan ini.." memberikan bunga ku padanya "selamat atas kelancaran acara mu"

Jessica menerimanya dan mencium bunga tersebut,"bunga yang harum terima kasih"

"selamat ya, aku sangat suka dengan semua karya – karya anda." kata Reika.

"iya benar, aku juga sangat menyukainya. Sangat indah dan menawan, anda memang seorang designer yang handal" sambung Tris

"terimakasih atas pujiannya, aku sangat senang mendengarnya. Tapi kalian tidak usah terlalu formal pada ku, umur kita tidak terlalu beda jauh bukan... panggil aku Jessica, lagi pula teman Diana adalah teman ku, iya kan Diana?"

Apa? Benarkah begitu? Bahkan aku saja tidak merasa dekat dengannya. Maksud ku, kami baru beberapa kali bertemu. Aku sangat takjub dengan keramahannya serta sifatnya yang sangat welcome dengan orang lain. "ya tentu saja, jika kau tidak keberatan. Kau tahu... kau sangat ramah Jes" ucap ku.

"wah.. benarkah, kalau begitu senang bisa berteman dengan mu Jes" kata Tris.

"aku juga senang bisa berteman dengan kalian, sepertinya kalian juga tipe orang yang baik dan asik" jawab Jessica, "jadi kalau begitu aku permisi dahulu, masih banyak yang harus aku kerjakan. Sampai bertemu lagi." pamitnya dan berlalu menyapa yang lainnya.

Kami berjalan meninggalkan tempat itu, dan memutari mall ini sejenak. "gue rasa kaki gue mulai sakit deh... ah menyebalkan!" kata Tris kesal.

"kenapa? Kaki lo lecet lagi..." sahut Reika.

"iya lo tahu lah... gue emang gak bisa pakai heels terlalu lama. Menyebalkan banget tahu gak?!"

"hahaha... mungkin lo bukan perempuan tulen Tris, ya gak Na.."

"mungkin lain kali lo bisa stocking Tris" kata ku dengan bercanda.

"enak aja lo berdua, sialan! Gue perempuan 100% ck! Dah ah balik yuk..." lalu menyeret aku dan Reika menuju parkiran.

"oh iya Tris, sepertinya gue gak langsung pulang, bisa lo anterin gue ke kantor Ricard? Gue ada urusan sedikit." ujar ku saat mobil Tris keluar dari pelataran parkir.

"sip bos... alamatnya?" jawab Tris dan aku segera menyebutnya alamat kantor Ricard.

Sesampainya di kantor Ricard aku segera masuk dan menuju meja receptionist, "permisi selamat siang, apa aku bisa bertemu dengan tuan Ricardo?" tanya ku. Receptionist itu menatap ku dan wajahnya tampak sangat terkejut.

"se.. selamat siang nona, tunggu sebentar akan saya tanyakan kepada sekertarisnya." Katanya dengan nada gemetar yang tidak bisa disembunyikan. "anda bisa langsung naik nona, anda bisa menggunakan lift khusus sebelah kiri".

Aku mengangguk mengerti, "terimakasih" singkat ku. Aku bersiap pergi namun suaranya menghentikan ku "uh nona, maaf" katanya. Aku memutar tubuhku menghadapnya dan menatapnya bingung, "maaf atas kejadian waktu itu, saya benar – benar tidak tahu bahwa anda adalah tunangan dari tuan Ricardo. Maaf atas kelalaian saya" lalu membungkukkan badannya.

"tidak apa, aku juga salah waktu itu. Kalau begitu aku akan naik sekarang" receptionist itu tersenyum formal pada ku dan sekali membungkuk hormat.

Ketika aku sampai di lantai Ricard, aku menyapa Geri yang berdiri di belakang meja kerjanya dan berjalan menuju ruangan Ricard. Aku tersentak melihat adegan yang tersuguh di depan mata ku sekarang. "Ricard.." kata ku lirih namun masih bisa terdengar. Aku segera menggerakkan kaki ku agar bisa pergi secepatnya dari tempat ini.

"Diana.. Diana tunggu sebentar" namun aku tidak mengindahkannya. "sayang aku mohon tunggu sebentar" dan aku merasakan seseorang memegang tangan ku.

Aku menepis tangan Ricard dengan kasar, "jangan sentuh aku!" dengan nada yang mulai meninggi masih mencoba untuk mengontrol emosi ku.

Namun Ricard tak mau kalah kini kedua tangan ku di pegang olehnya,"ini bukan seperti apa yang kamu pikirkan sayang, ku mohon..."

"stop! berhenti memanggil ku sayang!" potongku, "lepaskan tanganku dan biarkan aku pergi dari sini"

Ricard menatap ku tegas, pertanda dirinya tidak akan menuruti kemauan ku, "aku tidak akan melepaskan mu, kamu harus mendengarkan ku terlebih dahulu"

Aku balik menatapnya nyalang, ku rasakan sekarang mata ku mulai panas dan sekuat tenaga menahan air mata yang sedang mencoba untuk keluar "aku bilang lepaskan! Sekarang! Tidak ada yang perlu dijelaskan lagi! Lepaskan atau aku akan mengabaikan mu untuk selamanya?!" Kini aku sudah tidak mampu menahannya lagi, dada ku bergerak naik turun nafas ku pun mulai tidak teratur, emosi ku sudah sampai puncaknya yang aku ingin sekarang hanyalah pergi dari sini secepatnya.

Ricard menggelengkan kepalanya matanya melihat ku sendu dan pegangan tangannya mulai mengendur, saat itu lah aku segera menarik tangan ku dan melangkah pergi dari tempat terkutuk ini. Baru beberapa langkah air mata ku sudah jatuh membasahi pipiku. Begitu sampai di lobi aku segera menaiki taksi yang baru saja menurunkan penumpangnya.

Taksi yang ku naiki berhenti di sebuah kafe dengan nuansa barat. Demi apapun aku sedang frustasi apakah perlu sekarang aku menjabarkan tempat ini?! Dengan asal aku duduk di meja yang kosong.

"selamat siang, ingin pesan apa?" tanya seorang waiter dan memberikan ku menu.

"satu tropikal juice mint" kata ku tanpa melihat pesanan, dia langsung mencatat dan meninggalkan ku. Apa yang aku lakukan disini?bukannya lebih baik aku pulang? Jadi aku bisa menangis atau berteriak sesuka hati ku?

Dan menerima konsekuensi bahwa setibanya di rumah mama akan menanyai mu kenapa bisa seperti ini? Batin ku yang lain mencibik. Ah! Aku benci situasi saat ini, baiklah aku hanya ingin sendiri untuk saat ini.

"Diana..." seseorang memanggil ku, aku bergeming. Atau mungkin hanya perasaan ku saja. aku harap memang hanya perasaan ku saja, karena aku sedang ingin sendiri. "Diana?" kini ku rasakan sebuah tepukan di pundak ku dan menoleh.

"hai... ternyata benar ini kau. Aku kira aku salah orang, karena sejak tadi aku panggil kau tidak menjawab" kata orang yang sekarang sudah berdiri tepat disamping ku.

"oh ya? Aku tidak mendengarnya, maaf." bohong ku, hah... sirna sudah harapan ku untuk sendirian.

"tidak apa, apa kau sendirian? Apa aku boleh duduk disini?" tanyanya, sebelum aku menjawab dirinya sudah duduk terlebih dahulu. Tidak mungkin 'kan aku mengusirnya.

"apa yang sedang kau lakukan sendirian disini? Sedang menunggu Ricard, hmm?"

Mendengar nama laki – laki itu membuat ku kembali emosi, "tidak! Aku sedang menunggunya!" kata ku acuh. Joan tampak ingin berkata lagi namun terhalang oleh waiter yang datang membawa pesananku.
----
Jangan lupa untuk meninggalkan jejak ya... :D

24/12/2016

Pokračovat ve čtení

Mohlo by se ti líbit

Why? Od Mika

Beletrie

3.1M 155K 30
SUDAH TERSEDIA VERSI AUDIOBOOK YA GAESS!! CUSS LANGSUNG KE APP POGO DAN SEARCH, MIKAS4 ;) ** Nafla tidak pernah bermimpi untuk menikah muda, apalagi...
9.3M 696K 56
Rank 1 - 04/03/2019 #Komedi #Sekretaris #KisahCinta #Badung #Chicklit #Romcom #Boss #Kantoran - 16/03/2019 #Gadis #Officelove "Sepertinya saya suda...
2.9M 205K 38
"Gue sumpahin tuh dosen dapet istri kayak setan! Biar tahu rasa!" Percayalah, Flora sama sekali tidak bermaksud mengutuk Madhava, dosen galak yang sa...
4.6M 179K 18
[DIHAPUS SEBAGIAN - Bisa dibaca lengkap di aplikasi Dreame/Innovel] Seumur hidupnya, Raye tidak pernah berkeinginan untuk membuat konflik dengan siap...