A Love At The Thresold Of Twi...

By Niakarunia93

42.1K 3.2K 1.6K

"Karena aku sudah terbiasa diganggu. Jadi jangan berhenti menggangguku." Kejenuhan rutinitasnya sebagai pemba... More

A Girl at the Thresold of Twilight
LTT Dòs (2)
LTT Trés (3)
LTT Quatro (4)
LTT Cincó (5)
LTT Séis (6)
LTT Siéte (7)
LTT Ocho (8)
LTT Nuéve (9)
LTT Diéz (10)
T.T
LTT Oncé (11)
LTT Docé (12)
LTT Trecé (13)
LTT Catorce (14)
LTT Quince (15)
LTT Dieciséis (16)
LTT Diecísiéte (17)
LTT DieciOcho (18)
LTT Diecinuéve (19)
LTT Veinti (20)
LTT Veintionce (21)
LTT Veintidoce (22)
LTT Veintitrés (23)
LTT Veintiquatro (24)
LTT Veinticincó (25)
LTT Veintiséis (26)
LTT FRESH
LTT Veintisíete (27)
LTT Veintiocho (28)
LTT Veintinuéve (29)
LTT Treinta (30)
LTT Treinta y Uno (31)
LTT Treinta y Dos (32)
LTT Treinta y Trés (33)
LTT Treinta y Quatro (34)
ENDING
Epilog
Gagal MoveOn
PENTING!
PENGUMUMAN PREORDER
Daredevil

LTT Uno (1)

2.2K 149 91
By Niakarunia93

Marc terbangun dari tidur siangnya setelah semalam ia hanya membolak-balikkan badan di atas ranjang luxury. Benar-benar susah tidur dengan desiran angin pantai yang menderu di luar.
Ya, susah karena ia menikmati desiran demi desiran seorang diri. Berkali-kali merutuki diri sendiri karena memilih sendiri di tempat ini.

Alasan klise, Marc. Bilang saja kau takut dengan bunyi-bunyi ombak dan angin yang menderu malam tadi.

(pengalaman author : sumpah suasana tidur di rumah pantai itu luar biasa menakutkan. Apalagi authornya cuma pake tenda. hiiiii)

Untunglah pagi segera datang hingga akhirnya Marc bisa memejamkan matanya hingga siang hari.

Sebelumnya Marc sudah berandai-andai bahwa nanti-- sesampainya di rumah ini, ia akan melihat sunrise dan sunset secara langsung.

Haah... boro-boro. Jarum jam berada diangka SATU di siang hari saat Marc membuka matanya.

Beberapa saat hanya bermalas-malasan di kamar, Marc turun dari peraduannya memutuskan untuk mandi. Tubuhnya perlu aroma musk agar kembali segar untuk siap bertemu dengan helaan semilir angin pantai. Dan tentu saja menunggu gadis berbaju hitam kemarin.

"That's cool, men." Puji Marc sendiri saat berhasil menata rambutnya di depan cermin. Kemudian tak lupa menyemprotkan cologne pada tubuhnya sebelum berpakaian.

Begitu Marc turun, ia melihat beberapa makanan sudah terhidang rapi di meja makan. Memang Marc menyewa salah satu pengurus rumah ini untuk membersihkan dan memasak untuknya.

Oh ayolah... Marc takut memegang pisau. Apalagi masuk dapur. Jangan HARAP.

Tak enak memang jika harus menikmati makanan lezat ini sendirian. Sekilas bayangan Alex melintas. Bocah tengil itu pasti dengan senang hati menghabiskan semua makanan lezat ini. Mana tahan bocah itu jika melihat makanan. Apalagi seorang cewek. hihihi.

Matahari sudah separuh tenggelam, sementara Marc hanya duduk di tepian menunggu air surut. Sambil kakinya berkecipak di air, ia berkali-kali mengawasi.
Mungkin gadis itu akan kembali.

Marc ingin berteman saja. Barangkali jika memiliki teman seorang gadis, sedikitnyà ia bisa memahami bagaimana tingkah lakunya, apa yang diinginkannya, dan yang penting, ia bisa mempraktekannya pada gadis yang ia suka atau lebih parahnya--yang dijodohkan Alex. Takkan membiarkan Alex mengatainya sebagai cowok tidak peka lagi.

Matahari benar-benar tenggelam, sementara gadis itu tidak nampak. Marc sedikit kecewa dan memutuskan untuk kembali ke rumah pantai.

Marc menoleh sekilas ke tempat gadis itu kemarin muncul. Langkahnya terhenti saat melihat gadis itu--kali ini memakai sweater biru muda, celana hitam dan pinaple hat berwarna ungu. Tetap berdiri di sana, memandang nanar pada hamparan pantai yang mulai surut.

Dengan langkah pasti kaki Marc bergerak kearahnya. Namun ketika berada dekat dengan gadis itu, mendadak lidah Marc kelu. Kata yang semalam dirangkainya untuk berkenalan mendadak hilang tak bisa diucapkan.

Oh shit... rupanya sisi gugupku kambuh lagi jika menyangkut tentang seorang gadis.

Marc tersenyum gugup saat gadis itu berbalik dan terkejut melihat Marc ada di belakangnya sedang menatap dengan senyum lebarnya yang--diakui oleh gadis itu--Menawañ.

"Hai." Marc menyapa, berharap ada percakapan lebih panjang. Namun gadis yang kini sedang ada dihadapannya hanya diam. Tanpa senyum, tanpa keramahan. Hanya diam menatap Marc dengan mata coklat pekatnya.
Marc menelan saliva nya.

Beautiful. Like a barbie.
Gumam Marc dalam hati.

"Kau... siapa namamu?" Tanya Marc ketika gadis itu tak juga menjawab sapaannya.

Beberapa detik kemudian, semuanya sangat cepat. Tiba-tiba tubuh gadis itu limbung jatuh di atas pasir putih yang hangat.

"Astaga." Spontan Marc menggendong tubuh limbung itu membawanya ke dalam rumah.

***

Untuk beberapa saat Marc hanya mondar mandir di kamarnya sesekali melihat ke arah tempat tidur. Gadis yang beberapa waktu ditemuinya kini berbaring di sana. Dan Marc tidak tahu harus berbuat apa untuk membuat gadis itu siuman.

Minyak angin? Marc menyesal tidak menuruti ibunya untuk membawa serta barang kecil itu.

"Di mana aku?" Marc segera menoleh dan mendekat saat gadis itu siuman.

"Kau di rumah pantai." Jawab Marc pelan. Mata gadis itu membulat menatap Marc sedang berjongkok di sebelahnya.

"Apa yang kau lakukan?" Serunya sedikit berteriak.

"Hey, tenanglah. Kau pingsan di pantai dan aku membawamu kemari."

"Benarkah? Kau kira aku percaya dengan ucapanmu?" Pandangan matanya menyelidik.

"Sungguh, Nona. Aku tidak berbohong. Apa aku kelihatan seperti pemuda tidak baik-baik?"
Gadis itu masih menatap Marc dengan ketakutan namun ada sirat menantang di dalamnya.

"Aku Marc. Kau?" Tangan kanan Marc terulur berharap di sambut. Gadis itu tetap bergeming menatap Marc dengan pamdangan sulit diartikan.

"Selena." Jawabnya kemudian tanpa berniat membalas uluran tamgan Marc. Marc menarik kembali tangannya.

"Nama yang bagus. Kau tinggal di daerah sini?" Tanya Marc lagi yang hanya dijawab anggukan kepala.

"Aku harus pulang. Terima kasih sudah menolongku." Selena bergegas bangkit dan berjalan cepat. Marc tersenyum melihat tingkahnya.

"Tunggu. Kau bisa menunjukkan aku pintu keluar rumah ini, Tuan muda?" Langkah Selena terhenti

"Apa? Tuan muda? Namaku Marc." Marc meringis mendengar Selena menyebutnya.

"Ya, erm... Marc."

"Akan kuantar sampai rumahmu. Ayo." Marc menggenggam jemari Selena yang tanpa disadari oleh Marc, membuat Selena berdegup kencang.

Beberapa tahun yang lalu sejak terakhir tangannya digenggam seseorang, dan kini Selena merasakan desiran aneh itu pada pemuda yang baru dikenalnya. Dia Marc.

***

Selena memghembuskan nafasnya yang selama itu tertahan karena meredam debaran jantungnya. Bagaimana tidak, Marc-- pemuda yang baru saja mengantarnya itu tak melepas tangannya--meski tadi mereka berjalan dengan keheningan.
Sampai mereka tiba di rumah Selena.

Rasanya Selena ingin menangis sekaligus tersenyum. Bagaimana mungkin Marc bisa membuat debaran itu hanya dengan memandang matanya.

Tidak sopan,

Selena menatap langit-langit kamarnya sambil mengingat sebab ia pingsan saat melihat Marc.

Bodohnya kau, Selena. Itu memalukan.

Selena mengetuk-ngetuk kepalanya dengan kesal.

"SELENAAA," Wajah Arianna menyembul di balik daun jendela dengan gayanya yang periang.

"Arianna, rumahku punya pintu. Kau harus membiasakan masuk lewat pintu mulai sekarang."

"Aku mengetuk pintumu beberapa kali dan kau tidak muncul. Jadi aku memanjat lewat jendela. Hehehe," Selena mendengus mendengar kekehan Arianna, sahabatnya.

Selena dan Arianna berteman sejak kecil. Mereka bak botol dengan tutupnya. Tak dapat dipisahkan. Namun nasib Selena tidak sebaik Arianna. Ibunya meninggal karena melahirkan adiknya yang juga tidak tertolong. Dan ayahnya pergi meninggalkannya sendiri. Tewas saat ombak pantai menerjang para nelayan lima tahun yang lalu. Termasuk, Adam Mc'Louis. Pemuda yang dicintai sekaligus dibencinya.

"Jadi siapa pemuda tampan yang mengantarmu tadi, heuh?" Arianna menaik turunkan matanya pada Selena.

"Hanya orang gila."

"Ayolah Selena. Siapa dia? Aku tak pernah melihatnya. Apa dia dari kota?" Selena mengangkat bahu. Namun ia tahu, gadis seperti Arianna takkan putus asa sebelum pertanyaannya terjawab. Gadis keras kepala.

"Marc. Itu yang dia katakan."

"Wah... jadi kalian sudah berkenalan? Bagaimana ceritanya?" Arianna membalikkan tubuhnya menjadi tengkurap di kasur empuk Selena.

"Aku pingsan." Ucapku singkat. Tapi sukses membuat Arianna tertawa keras sambil menendang-nendangkan kakinya di udara kosong.

"Astaga Selena, berkenalan saja membuatmu pingsan." Gadis itu tertawa sampai terbatuk-batuk, membuat Selena semakin merah padam.

"Jangan salah. Aku terkejut melihatnya tiba-tiba berdiri di belakangku. Mataku berkunang-kunang dan...."

"Dan...?" Sambumg Arianna menunggu kelanjutan kalimat Selena.

"Ah, tentu saja kau pingsan, lalu pemuda yang bernama Marc itu menggendongmu seperti bridal style dan memberimu nafas buatan." Arianna terkekeh geli menyuarakan bayangannya tentang apa yang terjadi pada sahabatnya.

Selena memukul kening Arianna dengan penggaris berharap gadis itu berhenti berpikir yang tidak-tidak.

"Berhentilah berkhayal dengan otak bodohmu itu. Kau terlalu banyak menonton film Mattel."
Arianna mendesis sambil mengusap keningnya

"Selena, berhentilah menunggu Adam di sana. Dia sudah... kau tahu sendiri. Bahkan ayahmu juga tak terselamatkan." Selena menatap Arianna tajam.

"Dia akan kembali. Dia sudah berjanji padaku akan kembali. Buktinya, mereka tak menemukan mayat Adam jika ia benar-benar telah tewas. Mereka hanya menemukan mayat ayahku dan beberapa nelayan yang pergi bersama ayahku." Arianna menghela nafas panjang. Sulit sekali mengubah keyakinan Selena yang masih percaya bahwa Adam masih hidup.

***

Well well well...

Ancur ancur deh ini cerita.

Betewe, kritik saran donk buat ini ff gueje.

So, paling enggak tolong tinggalkan jejak guys. Jangan cuma jd silent reader yaaa.

xie-xie

Continue Reading

You'll Also Like

450K 4.7K 85
•Berisi kumpulan cerita delapan belas coret dengan berbagai genre •woozi Harem •mostly soonhoon •open request High Rank 🏅: •1#hoshiseventeen_8/7/2...
11.8K 773 34
Note! Beberapa part telah dihapus Cuma cerita Tessa dan Gio yg pertama saling membenci lalu tumbuh rasa suka Daripada kepo yuk langsung baca!
491K 36.8K 59
Kisah si Bad Boy ketua geng ALASKA dan si cantik Jeon. Happy Reading.
557K 24.1K 139
Seorang pengusaha sukses, punya kekayaan berlimpah, terlahir dengan wajah yang tampan Bertemu seorang gadis cantik dan polos yang ingin menjadi sekre...