LTT Dieciséis (16)

785 76 24
                                    

Ya Tuhan, ini bukan mimpi kan? Selena ada di sisiku. Dan aku tak henti memandangnya dari sisi manapun.

Duduk di sampingku, merebahkan kepalanya pada bahu dan mengapit lenganku. Mengusir hawa dingin yang tercipta karena amgin pantai yang tak berhenti menghembus.

"Hujan," lamunanku buyar ketika Selena memekik pelan. Aku melihat Alex berlari dengan kaki jenjangnya sambil berpayung mantel.

"Kau ada payung?"

"Payung? Aku tidak tahu. Memangnya kau mau kemana?"

"Pulang. Ini sudah malam." Wajah Selena berubah pias.

"Hujan deras begini? Tidak. Kau akan di sini sampai hujan reda. Dan jika hujan tidak juga reda, maka kau akan menginap."

"Tapi, Marc." Aku mengacungkan jari telunjukku meminta Selena untuk tidak protes.

"Percuma membantah Marc. Terima saja nasibmu." Sepertinya Selena makin kesal karena gerutuan Alex yang tanpa berdosa melenggang pergi begitu saja.

"Jangan membuang muka dariku, sayang."

"Apa kau selalu seperti ini? Mengatur?" Aku terkekeh mendengar kata dari bibirnya yang ranum.

"Aku tidak mengatur. Hanya melarang." Selena memutar bola matanya ketika kurebahkan kepala di pahanya.

Oh ayolah fans, aku ingin bermanja-manja dengan kekasih baruku. Jangan manyun membaca ini, okay? Kalau masih manyun, gempor aja tu authornya jangan saya.

"Apa kau tak ingin menemaniku sebelum aku kembali?"

"Jadi kau akan tetap kembali? Bukannya liburanmu masih ada satu bulan."

"Terpaksa."

"Bukankah kau akan pulang karena aku menolakmu? Sekarang aku menerimamu apa kau masih ingin pulang sebelum liburan berakhir?"

"Siapa bilang aku pulang karena kau tolak?"

"Alex." Mau tak mau aku terbahak-bahak memdengar jawaban Selena.

"Kalau begitu selamat. Kau kena tipuan Alex."

"Sial." Selena membungkam mulutku yamg masih terbahak.

Good Job Alex,

"Ibu merindukan kami. Jadi kami harus pulang." Oke, berbohong adalah jalan yang mudah.

"Yasudah pulanglah."

"Aku akan sering mengunjungimu."

"Tidak mungkin. Spanyol-Jerman bukan negara yang dekat. Sayang sekali gajimu harus habis untuk tiket pesawat."

Aku tersenyum mendengarnya
Jika aku menikah dengannya nanti, pasti keuangan rumah tangga akan selalu aman.

"Selena," kuraih jemarinya yang dingin.

"Apa Alex berkata sesuatu tentangku?" lanjutku.

"Tidak. Aha... atau jangan-jangan kau yang menyuruh Alex merayuku agar menerimamu ya?"

"Apa? Tidak. Sungguh. Maksudku tentang siapa aku."

"Huh, aku bosan dengan pertanyaan itu. Ariana, Alex, dan kau sendiri menanyakan hal yang sama. Memangnya siapa sih? Kau bukan koruptor, buron atau penjahat kan?" Selena Tampak kesal dan mungkin bosan menjawabnya.

"Jadi kalau saja aku seperti yang kau katakan tadi, apa kau masih mau mencintaiku?" Kini Selena menunduk menatap wajahku dibawahnya.

"Apapun. Tentu saja."

"Terima kasih."
Selena terhenyak, lalu tersenyum malu.

"Mengapa kau mencintaiku? Bukankah Ariana lebih cantik dan menyenangkan, tidak pemarah dan menyebalkan sepertiku. Biar kuingatkan, bahwa kau selalu menyebutku begitu."

"Karena aku suka gadis pemarah. Apalagi kau, kau akan tampak seksi kalau sedang marah karena kuganggu. Hehehe."

"Dasar," Sekarang hidungku yamg mancung ini menjadi sasaran Selena. Dia menariknya hingga memerah. Dan tak peduli bahwa aku kesakitan.

"Haàah, kau selalu menyakitiku."

"Itu bentuk protesku agar kau tak punya pikiran mesum."

"Ish... lalu kenapa kau mencintaiku padahal kau tahu aku pria mesum?"
Mata Selena membulat. Tangannya beralih pada kepalaku, mengelusnya pelan.

"Karena kau biasa menggangguku. Ada yang hilang saat kau tak datang sarapan dan menjemput. Kau juga yang mengubah seluruh pandanganku terhadap masa depan. Sebenarnya kau pria baik, hanya saja terlalu iseng."

"Biarpun iseng sanggup membuatmu jatuh cinta." Terpaksa aku meringis lagi karena Selena menarik hidungku kembali.

"Kau tahu alasanku mencintaimu? Karena disaat semua orang mencibirku, kau yang percaya. Ketika semua menjauh, kau mendekat. Ketika semua meninggalkanku, kau yang datang menemani. Dan ketika semua putus asa--termasuk Ariana, kau yang meyakinkanku. Itu dirimu."

Apa yang diucapkan Selena begitu menyentuhku. Itu bukan sekedar kata rayuan ataupun kata prosa seperti punya d99tik itu. Aku merasakan ungkapan perasaan yang dalam saat mendengarnya.

"Sayang, aku tak bisa menjanjikan apapun. Tapi aku akan berusaha membuat kita bahagia." Selena menarik lengkungan senyumnya. Di sudut mata tampak butiran airmata yang siap jatuh mewakili perasaannya.

"Tadi, aku berangkat ke Gereja. Benar-benar meminta restu pada Tuhan. Jika kau memang berjodoh denganku, maka kau akan datang padaku. Semoga ini jawabannya." Selena mengangguk dan mencium keningku.

Kurubah posisiku menjadi duduk berhimpitan dengannya.
Menarik bahu dan memeluk Selena.

"Aku akan segera kembali secepatnya. Dan aku ingin kau menyelesaikan S2 mu di Spanyol."
Selena menarik tubuhnya memandangku dengan banyak pertanyaan.

"Kau bercanda? Aku tak punya banyak uang untuk kuliah di luar negeri. Apalagi di Spanyol."

"Setelah aku kembali, kupastikan aku akan melamarmu. Kau mau menikah denganku kan?"

Mulut Selena hanya menganga mendengar keputusanku yang terlalu cepat untuknya.
Memang terkesan instan, tapi aku tidak ingin lagi menunggu memiliki Selena seutuhnya.

"Ini... ini terlalu cepat, Marc."

"Tak bisakah kau juga memanggilku Sayang?"

"Tapi... aku masih ingin bekerja. Lagipula aku tak berniat melanjutkan S2. Tabunganku menipis, dari mana aku mendapatkan biaya pernikahan,huh?"

"Aku yang mengatur. Jadi kau menerima lamaranku tidak?"
Aku memainkan rambutnya dengan jariku. Memutar-mutarnya kemudian mencium harumnya. Harum jeruk dan mint.

"Aku mau, tapi ini terlalu cepat. Bukankah kita bisa mengenal satu sama lain dulu?"

"Itu urusan belakang. Setelah menikah juga kita akan mengenal satu sama lain."

"Oh Marc."

"Jangan mendesah seperti itu. Aku jadi..."

Pletak.

"Ouch..." aku meringis lagi mendapat jitakan dari tangan manis Selena.

***

Pendek ya??
Ampuni thothor ya fans...
Ini part khusus Ungkapan hati Selena dan Marc.

Chapter berikutnya insya Allah lebih panjang.
Ngalahin Uttaran pokoknya daah. Hahahaha.

Tetep ane minta Vote dan komennya ya genks.

Haimisyuh...

#MM93
#Iam93

A Love At The Thresold Of Twilight (Marc Marquez & Selena Gomez) COMPLETEDWhere stories live. Discover now