LTT Diéz (10)

897 82 11
                                    

"Lo menos que nunca imaginaron que el amor es hermoso. Debido a todo esto sé que el amor es doloroso. Pero se llega con la felicidad plisada."

"Sedikitpun aku tak pernah membayangkan jika jatuh cinta itu indah. Karena selama ini yang kutahu jatuh cinta itu menyakitkan. Tapi kau hadir dengan berlipat kebahagiaan."

***

Jadi pernahkah kalian merasakan suatu debaran, merasa senang, nyaman saat bersama seseorang yang awalnya kalian begitu ingin dihindari?

Selena merasakannya saat ini. Tentu saja pada Marc. Lelaki yang beberapa minggu lalu sempat membuat Selena ingin ia pergi dari hadapannya. Ingin menendang tulang kakinya agar Marc menghindar dan berhenti menjadi penguntit.

Ingin mengunci pintunya rapat-rapat agar tidak seenaknya numpang sarapan atau makan siang di rumah orang. Marc melakukannya setiap hari.
Tanpa disadari oleh Selena, setiap hari itu ia menyiapkan dua porsi sarapan. Untuknya dan untuk Marc.

Marc menyukai susu, dan selai nanas untuk rotinya. Marc selalu duduk di kursi depan berhadapan dengannya. Marc selalu membantu membereskan meja makan dan menyalakan mesin vacum untuk membersihkan lantai jika Selena sedang mencuci piring.

"Hmmm... Marc." sebut Selena saat matanya belum terpejam.

Marc beberapa kali-- dengan lancang-- tanpa permisi selalu hadir dalam bunga tidurnya. Marc nya yang jahil, penguntit, pengganggu. Segalanya tentang Marc.

Selena membenamkan tubuhnya pada selimut tebal menyisakan kepala dan senyum yang hangat saat pikirannya melambung pada lelaki pengganggu itu.

"Ada apa denganku, ya?" Tangannya menempel pada dada, mencoba meredakan hentakan jantung yang semakin hari menjadi hangat karena kehadiran Marc.

Selena menggelengkan kepala lalu mencoba tidur malam ini.

***

"Kau sedang mencari apa, Ariana?" Mrs. Grande tercengang ketika melongok ke dalam kamar Ariana, putri semata wayangnya.

"Besok malam prom, bu. Aku harus memadupadankan bajuku untuk dipakai besok malam. Ibu bisa membantuku?" Ariana menatap penuh harap pada ibunya. Sudah hampir satu lemari ia keluarkan isinya, namun tak satupun baju yang berhasil dipadu padankan.

"Ingin beli?" tanya ibunya, seolah tahu yang sedang dipikirkan oleh anak gadisnya.

"Ah tidak, ibu pilihkan saja baju yang pantas untukku."

"Ariana, turunlah sebentar. Marc mencarimu."

Marc?

Mencariku?

Ariana bergegas turun sebelum ayahnya berteriak lagi. Meninggalkan ibunya yang tengah memandangi tingkah Ariana. Sebagai ibu, ia tahu bahwa anak gadisnya sedang jatuh cinta pada seorang pemuda, kepada Marc Marquez.

"Marc, hey. Ada apa malam-malam kemari?" Marc masih dengan senyum lebarnya mengulurkan sebuah kado berbentuk persegi, namun berbentuk lebar dengan dihiasi pita kain berwarna coklat.

"Aku belum ulang tahun. Jadi ini apa?"

"Untukmu, Ariana. Maaf aku tak bisa menemanimu belanja tadi sore. Aku ada sedikit kepentingan. Emm... Alex sedang sakit." Mata Ariana membulat. Bukan karena mendengar berita bahwa Alex sedang sakit, tapi tentang kado ini. Marc memberinya kado.

"Sakit apa?"

"Diare, dia terlalu banyak makan makanan pedas tadi waktu kami jalan-jalan selepas mengantar kalian." Ariana ingin tertawa, namun sepertinya tidak sopan menertawakan orang yang sedang sakit.

A Love At The Thresold Of Twilight (Marc Marquez & Selena Gomez) COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang