LTT Trés (3)

1.4K 113 14
                                    

Mumpung lagi dapet inspirasi setelah nonton GP San Marino malam kemarin. Kalian ada yang nonton?
Yah meskipun harus menerima posisi Marc yang sedikit lebih tertinggal, gapapalah. Yang penting ganteeeennnggg (ngomong sambil ngelus dada) biar keibuan #plukk

Cekidot aja deh biar geje asal asleee

***

Cuaca tidak mendukung hari ini. Teriknya menyiksa. Tidak hangat seperti kemarin. Arianna duduk disalah satu bangku koridor menunggu kelas Selena bubar. Tangannya memainkan kunci mobil sambil sesekali meneguk soda. Ingatannya beralih pada Marc. Ia masih tidak percaya bahwa Marc Marquez berada di sini. Di kotanya. Dan ia menyukai Selena. Hatinya mengernyit. Beruntung sekali Selena.

"Kau membolos lagi, hmm?" Lamunan Arianna buyar saat sebuah tangan menepuk pundaknya. Membuat kaleng soda yang dipegangnya jatuh berkelontangan di lantai.

"Melamunkan apa?" Arianna tergagap saat matanya menangkap seorang gadis sedang berdiri di belakangnya.

"Demi Tuhan, Selena. Untung aku tidak punya penyakit jantung. Kau suka sekali mengagetkan orang." Selena terkikik pelan melihat Arianna mencebik.

"Hari ini aku akan keluar bersama teman-temanku. Kau pulang sendiri ya. Bawa saja mobilku." Arianna menyerahkan kunci mobil pada Selena.

"Baiklah. Akan kusampaikan pada ibumu nanti. Aku akan menunggu bus saja daripada nanti mobilmu masuk bengkel." Arianna tahu betul Selena tak cakap mengendarai mobil. Ini hanya alasannya saja.

"See you." Arianna melambai lalu pergi dengan sedikit berlari meninggalkan Selena.

Alasan yang tepat, dengan begitu Selena tak akan curiga pada Arianna yang sedang merencanakan sesuatu dengan Marc.

Ketika Selena sampai, ada beberapa mahasiswa berada di halte. Tujuannya sama, menunggu bus datang. Selena menegur sapa kedua temannya yang ia kenal. Tak lama menunggu, sebuah bus berhenti tepat di depan halte.

Hanya Selena yang masuk karena bus tersebut sesuai dengan jurusan menuju rumah.

"Sial. Ramai sekali." Mulut Selena mengumpat pelan melihat penuhnya penumpang di dalam bus.

"Kau bisa duduk di sana, Nona." Seorang lelaki menunjukkan tempat duduk kosong pada Selena. Selena mengucapkan terima kasih dan berangsur duduk di tempat kosong tersebut.

"Syukurlah." Desisnya lega sambil menyandarkan kepala di bangku penumpang.

"Kita bertemu lagi, Selena." Selena berjingkat saat mendengar suara lelaki menyapanya. Lelaki itu tepat duduk di bangku sebelahnya. Memakai jaket kulit coklat tua dan bertopi hitam.

"Marc?" Selena menyesali pertanyaannya. Benar dia Marc. Kenapa lelaki ini ada di dalam bus?

"Kau... sedang apa di sini?" Marc tersenyum--dengan tetap mempesona. Selena mengakuinya.

"Menguntitmu." Selena diam saja.

"Bisa kita berteman?" Marc mengulurkan tangannya lagi. Tetap berharap sambutan yang menyenangkan.
Tapi keinginan itu harus tetap dipendamnya dalam-dalam. Karena baik Selena sama sekali tak merespon.

"Oke, dua kali kau mengacuhkanku."

"...."

"Selena, apa kau suka es krim? Bagaimana kalau kita turun dan membeli es krim?"
Selanjutnya Marc mengutuk ucapannya. Bukankah itu kekanak-kanakkan? Mereka bukan anak ababil lagi (wkkkk)

"Kau tak suka ya. Bagaimana jika burger?" Senyum Marc menghilang saat Selena memandang tajam ke arahnya. Seolah menyuruh Marc untuk diam.

"Selena, jawablah. Jangan biarkan aku dianggap orang gila di sini." Bisik Marc.

Selena hanya membalas dengan gerakan jari telunjuknya. Menunjuk muka Mark lalu membuat tanda strip pada dahinya. Artinya KAU MEMANG GILA.

Bukannya marah, Marc justru terkekeh melihat ekspresi Selena .

Selena benar-benar dibuat geram oleh pemuda yang kini mengikutinya dari belakang saat berjalan menuju rumah.

Benar-benar seperti penguntit.

"Kenapa kau menggangguku? Kau tak punya urusan lain?" Selena sedikit berteriak saat Marc ikut menghentikan langkahnya.

"Aku hanya ingin berteman denganmu."

Selena berhenti lagi dan menoleh pada Marc yang membuntutinya.

"Kita tidak bisa berteman. Aku tidak mau berteman dengan pemuda manapun. Kau hanya orang asing." Selena berjalan lagi tanpa memperdulikan Marc yang berjalan dengan wajah menunduk. Topinya ditekuk untuk menghalau sinar matahari.
Sebenarnya bukan. Topi itu untuk menyamarkan identitasnya saja. Namanya cukup di kenal di semua negara. Bukan begitu fans????

"Marc, berhentilah mengikutiku."

"Ayo kita berteman dulu." Selena benar-benar geram dengan kepercayaan diri Marc.

"Oke, Tuan Muda. Jadi kau ingin aku balas budi karena sudah menolongku saat pingsan?" Selena mendengus sebal karena Marc memgikutinya sampai di depan rumah--dengan cengiran lebarnya.

"Yah bisa dibilang seperti itu. Jadi kita berteman?"

"Jangan harap!" Selena menutup pintu rumahnya
Bahkan ketika Selena sudah beeada di kamarnya, Marc masih berada di bawah, diluar.

Selena mengintipnya dari atas, lalu menggeleng-gelenglan kepala. Memuakkan bukan diikuti oleh pemuda yang baru kita kenal?

***

Marc mondar-mandir di teras rumahnya. Memikirkan cara yang tepat untuk mendekati Selena. Tapi tak satupun ide lolos untuk di uji coba.

"Hai, Marc." Mata Marc mengarah pada suara wanita yang memanggilnya.
Arianna--tetap dengan lincahnya menghampiri Marc.

"Bagaimana tadi?" Tanya Arianna.

"Tetap saja. Dingin."

"Huh, Selena tidak peka."

"Begitulah. Oh ya, rencana apalagi yang kita lakukan besok?"

"Entah. Aku belum memikirkannya." Arianna sedang tak ingin membicarakan tentang Selena. Maka membuang jauh-jauh pandangannya pada hamparan air pantai adalah jalan satu-satunya.

"Kau kenapa?" Marc duduk di sebelah Arianna. Sikap gadis ini tidak seperti biasa. Ia terlihat lebih murung dan terkesan diam.

"Arianna?" Gadis itu menoleh pada Marc. Seulas senyum tergambar di wajahnya yang cantik.

"Tidak apa-apa. Aku ingin bercerita tentang Selena, sebenarnya. Tapi aku tak tahu harus mulai darimana. Dan aku ragu menceritakannya padamu." Marc menatap Arianna dengan alis berkerut.

"Aku pemuda baik-baik. Aku bersumpah, jika itu yang kau ragukan. Dan aku menyukai sahabatmu itu." Memang ada keraguan di hati Arianna saat Marc berkata--kata yang membuat hati Arianna iri karena Selena. Kenapa harus Selena yang merebut perhatian Marc.

Arianna menatap Marc dari samping. Mengagumi setiap inchi dari wajah tampan Marc Marquez, rider yang diidolakannya sejak Marc baru terjun di dunia Moto GP.

"Aku ada rencana untukmu." Mata Marc langsung berbinar mendengar Arianna mengucapkan 'rencana' nya.

***

Gimana part ini??

Sebenarnya pengen publish kemaren. Tapi berhubung anakku minta dikelonin (akunya asik liat GP kemarin heuheu) gak mau dikelonin Yayahnya.

Oh ya,

SELAMAT HARI RAYA IDUL ADHA yaaa bagi yang merayakan.

Regards

#Iam93/ Ne'Kyle

A Love At The Thresold Of Twilight (Marc Marquez & Selena Gomez) COMPLETEDWhere stories live. Discover now