LTT Docé (12)

940 74 19
                                    

Wohooyyy...
Gimana dengan pertandingan di Aragon kemaren?
Pastinya kalian liat dong ya, si Babang kita tercinta ntu berhasil berdiri di podium ATU pemirsa. Dari awal Pole Position, Setelah beberapa kali kena salip Si Lorengsoh, Mas Rossi dan Vinales. Dari urutan pertama sampe jadi urutan ke 4. Dari urutan ke empat sampe jadi The Winner.

Memang, Spanyol harus berdiri winner dari Spanyol juga.
"Spanyol tidak untuk bermain-main." Kata Marc.
Yup, akhirnya terobati syudah kerinduan ane dan kalian pastinya dengan senyuman Babang Marc di keberhasilannya.

Kemarin adalah kebanggaan tersendiri buat keluarga Marquez, dimana adek ipar kita, si Alex ntu juga berhasil nangkring di podium dua (tumben-tumbenan) loh ini.

Anw, CONGRATULATION MARQUEZ BROTHER !!!

"Cepetan thor apdetnya, banyak cincong lo."
Hooh iya, bentar, ane lagi good mood banget ini. Kalian tau, ane ngetik ini jam 4 shubuh setelah nyiapin kebutuhan kerja suami. Dan mumpung anak belom bangun. Hweeee
(Kagak nanyaaa) #getokwajan.

***

Selena ""

Aku terjaga saat udara di luar-- mengetuk-ngetuk jendela. Membuat tirainya berkelebatan seperti menari bersamaan dengan hembusan angin.
Sepeninggal Marc, aku tak yakin bisa merapatkan mataku lagi dan melanjutkan mimpiku yang sempat tertunda. Mimpi yang indah sebenarnya.

Dan yang baru saja terjadi, aku tahu ini bukan sekedar mimpi, atau khayalan. Marc benar-benar ada di sini, di kamarku-- di sampingku-- menciumku. Ciuman pertama yang kulakukan dengan sadar.
Sekali lagi kuraba bibirku, mencoba mencari bekas Marc yang baru saja ku dapat.

Masih terasa lembabnya, dan dingin. Bibir Marc dingin. Apa sebenarnya dia gugup? Aku tergelak. Tidak mungkin Marc gugup, melihat dari kelihaiannya mencecap setiap inti bibirku. Aku yakin sudah banyak wanita yang pernah di cium Marc. Mengingat betapa tampannya dia, aku yakin banyak wanita rela menyerahkan apa yang Marc mau.

Ah, membayangkannya saja membuat hatiku berdenyut. Marc menyatakan cintanya padaku. Menciumku lalu pergi seenaknya.

Ingatkan aku untuk mengunci jendela kamar sebelum pergi tidur. Aku tak ingin lagi ada orang yang menyelinap masuk malam-malam, mengendap-endap dan tiba-tiba menyatakan cintanya padaku.

Kecuali Marc, tentunya.

Apakah aku juga jatuh cinta?

Aku mengacak rambutku kesal. Bagaimana bisa semudah itu aku jatuh cinta pada pemuda yang tak lama kukenal. Seharusnya aku berpikir, bahwa ia adalah pendatang, bisa dikatakan sebagai Turis. Dia datang hanya untuk berlibur. Tiga bulan. Setelahnya ia akan pergi.
Harusnya aku berkaca, siapa diriku? Bagaimana dengan kisah cintaku sebelumnya.

Ah Selena, kau terlalu munafik.

***

Marc ""

Langkahku terhenti di depan rumah pantai saat melihat Alex tertidur di sofa depan televisi. Pasti anak itu menungguku semalaman. Sempat aku terkikik geli melihat ekspresi tidur Alex yang menggemaskan. Otakku melambung beberapa tahun yang lalu ketika Alex masih balita. Wajah adikku sudah berubah. Jika dulu menggemaskan, sekarang menyebalkan. Suka ngintil kemanapun aku pergi.

"Hey, bangun. Sudah pagi." Berharap Alex bangun, kutepuk pipinya berulang kali.

Alex mengerjap, memandangku dengan tatapan sebal--sepertinya.

"Ngantuk." ucapnya serak sambil memiringkan tubuhnya dan bersedekap.

"Kau menungguku semalam?"

"Tidak. Geer sekali. Aku menonton televisi."

A Love At The Thresold Of Twilight (Marc Marquez & Selena Gomez) COMPLETEDWhere stories live. Discover now